3

23 1 0
                                    

Disinilah Ainka sekarang, jalanan yang padat pengunjung. Ia meneteng se-box pizza dan juga sedang melihat-lihat jaket pria. Selain memesan pizza, Ramon juga memesan jaket. Padahal kan ia bisa beli sendiri namun ia bilang ke Ainka jika dirinya sibuk dan tak sempat mampir ke toko baju hanya untuk sekedar membeli jaket.

"Kalau gue liat-liat jaket sama bawa nih pizza, ntar keburu dingin. Gue pake jasa kurir aja deh,"

Ainka pergi ke kurir dan menuliskan alamat rumah abangnya. Lalu dia melanjutkan acaranya mencarikan jaket untuk Ramon.

"Bang, gue kirim pake kurir. Ntar kalau gue bawa keburu dingin, kan gue harus nyariin lo jaket."

"Oke, jaketnya yang bagus."

"Bawel dah, iya iya. Byee,"

Setelah memutuskan sambungan telepon Ainka langsung melanjutkan acaranya memilih-milih jaket.

Setelah 2 jam berlalu akhirnya Ainka menemukan juga pesanan Ramon. Hari sudah gelap, perut Ainka keroncongan jadi sebelum pulang ia mampir ke restaurant

"Astaga," seru Ainka

Seseorang telah menabraknya, bukan! Bukan hanya sekedar menabrak, tapi orang itu mencopetnya. Tasnya dirampas oleh orang itu.

"Help! Help! That's stolen!" Ainka berteriak, dan ada seorang laki-laki yang mengejar pencuri itu namun terlambat pencuri itu sudah pergi mengendarai mobil.

"Tas gue," nafas Ainka masih terengah-engah akibat mengejar pencuri tasnya itu. Airmatanya menetes, Ainka menangis.

Lelaki disebelahnya menenangkan  Ainka, "Udah gausah nangis, percuma juga,"

Ainka menoleh ke sumber suara, dan matanya melotot. Lelaki ini,

"Biasa aja kali liatinnya,"

Refleks Ainka menjauh, menjaga jarak dengan lelaki di sampingnya.

Raut wajah lelaki itu bingung dengan sikap tiba-tiba Ainka yang mundur beberapa langkah. Ia hendak maju, namun tangan Ainka lebih dulu menahannya.

"Stop!" lima jari Ainka mengacung tepat di depan dada lelaki itu

"Lo pasti mau balas dendam kan, makanya lo nyuruh orang buat nyopet gue!" tuduh Ainka.

Sedangkan yang di tuduh berdecak, "Kamu nuduh aku? Aku barusan nolongin kamu loh,"

"Itu kan cuma bisa lo jadiin alasan, udah mending lo pergi. Gue takut deket-deket sama lo, jangan-jangan lo pshyco."

Lelaki yang dituduh Ainka hanya terkekeh mendengar tuduhan yang di lontarkan Ainka.

"Yasudah kalau kamu memang bisa sendiri, aku duluan. Tapi aku ingetin hati-hati ya, disini rawan pemerkosaan." ujar laki-laki itu di telinga Ainka.

Bulu kuduk Ainka merinding mendengarnya, "Lo gak usah nakut-nakutin gue ya, udah pergi sana," usir Ainka.

"Kamu gak pernah baca koran sih, aku duluan ya,"

Ainka semakin takut ketika laki-laki tersebut berjalan menjauhi nya.

"Lo ya emang dasar! Laki-laki nggak peka!!" teriak Ainka.

Yang di teriaki berhenti dan membalikkan badan.

"Kan kamu yang nyuruh aku pergi,"

Ainka gelagapan mendengar perkataan lelaki itu, benar juga katanya. Tapi kan seharusnya dia keukeuh untuk mengajak Ainka pergi dari sini bukannya malah pergi sendiri dan meninggalkan Ainka.

"Lo harusnya lebih peka, gue kan cewe ya wajar lah bersikap kayak gitu,"

"Yauda ayo, aku antar kamu pulang,"

SEASON (Karena Dibalik Musim Ada Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang