7

25 1 0
                                    

"Bang, lo mau beli sesuatu gak?" tawar Ainka pada Ramon.

Sekarang mereka sedang di pusat kota, Ainka hendak membeli beberapa pakaian. Jadi setelah sarapan Ainka mengajak Ramon untuk kulinar, namun Ramon menolak dengan alasan baru saja selesai makan dan ia masih kenyang. Lagipula masakan Denada lebih enak dari masakan apapun jadi buat apa kulinar makanan. Itu kata Ramon, Ainka membenarkan perkataan abangnya itu, bahwa masakan Denada memang paling enak.

Tujuan Ainka mengajak Ramon untuk kulinar adalah ia ingin makan makanan khas Paris. Karena di rumah, Denada selalu masak makanan Indonesia jadi Ainka sedikit jenuh.

"Hm gue udah banyak baju dek,"

"Nambah koleksi Bang, biar baju lo gak itu-itu doang. Nanti lo bingung lagi kalau mau nge-date."

"Ya nanti dek kalau udah saatnya gue bakal beli,"

Ainka merasakan suatu keganjalan. Tadi abangnya bilang apa, " nanti kalau udah saatnya," berarti sekarang bang Ramon udah ada sasaran, cememew.

"Lo udah ada cememew bang?"

"Apa? Mau mau?" Ramon bertanya lagi, memastikan pendengarannya.

"Hah?" jawab Ainka bingung.

"Itu yang lo bilang tadi dek, mau mau? Mau apaan?"

"Astaga, cememew bang. Cewe!" ujar Ainka gemas.

"Ah elah, kirain apa. Pakai bahasa Indonesia yang benar dong!"

"Serah deh,"

"Dih ngambek, gue udah ada kok." jawab Ramon sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"Kok lo gak bilang-bilang sih?" damprat Ainka.

"Nah barusan gue bilang,"

Ainka menatap tajam Ramon sambil menggesekkan gigi atas dan bawahnya. Sama persis seperti anak kecil yang dilanda emosi sang lawan. Dari kecil itulah kebiasaan Ainka.

"Dih garongnya keluar," ejek Ramon.

"Lo tuh badak!"

"Kalo gitu lo saudaranya badak dong, kan gue abang lo,"

"Gue jadi laper debat sama lo bang, au ah!" Ainka pergi meninggalkan Ramon sambil menghentakkan kakinya. Sedangkan Ramon hanya tertawa melihat tingkah laku adikknya.

***

Disinilah Ainka, berjalan dengan kesal di pinggir jalan melewati bermacam kedai makanan yang membuatnya ingin sekali melahap semua makanan itu agar kekesalannya bisa hilang.

Bagaimana ia tidak kesal, setelah insiden debat dengan Ramon masalah cememew. Ia jadi pergi sendiri siang ini. Kekesalannya berada di puncak ketika ia menyadari bahwa abangnya, Ramon yang tadi membuatnya kesal tidak mengejarnya dan malah menghilang. Meninggalkan dirinya sendirian. Dan bodohnya dirinya, Ainka lupa membawa ponsel jadi ia tidak bisa menghubungi abangnya.

Ainka sengaja tidak mau pulang dulu karena ia masih ingin jalan-jalan. Daripada pulang terus ketemu Ramon lebih baik jalan-jalan dulu ngehilangin penat akibat kebetean yang disebabkan oleh Ramon. Nanti kalau Ainka pulang, ia bertemu dengan wajah polos abangnya, membuatnya tambah bete. Jadi Ainka putuskan untuk jalan-jalan terlebih dahulu.

Yah walaupun kadar keisengan Ramon berada di paling tinggi dan selalu membuat Ainka bete, tapi Ainka tetap menyayangi abang satu-satunya itu. Bagi Ainka, Ramon adalah superhero kedua setelah Rusdi. Jadi apapun yang Ramon lakukan padanya, ia tetap menyayangi Ramon.

"Aw!" teriak Ainka. Ia terkejut karena ada seekor kucing yang berlari dan menyenggol kakinya. Akibatnya, coklat panas yang ia pegang tumpah dan mengenai tangan serta bajunya.

SEASON (Karena Dibalik Musim Ada Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang