Chapter 6

57 6 1
                                    

Haah.
Mesin jahit dirumah sudah rusak. Apa boleh buat, aku harus mengerjakannya disekolah sampai selesai. Karena besok aku sudah harus menyerahkannya pada Mio'senpai. Sekarang sudah jam 10 malam, dan aku tidak mungkin menginap di asrama. Baiklah, aku akan menyelesaikannya dan pulang. Sebelum yakuza datang dan mencekikku hingga tewas. Ngomong-ngomong, club disana 'kok ramai sekali? Mungkin pemenang bola basket tadi sedang merayakan kemenangannya--tim mana yang menang? Aku tidak melihatnya sampai selesai.

Tsuini!!
Selesai juga. Oh God, aku bahkan ingin memilikinya. Syal ini bagus sekali, pas dengan wajah Mio'senpai yang... ah sudahlah, biarkan orang mengetahuinya sendiri. Mungkin sebotol air mineral akan menyegarkanku. Ada minimarket di depan sekolah. Masih ada beberapa pembeli rupanya. Lebih baik kupakai syal ini, diluar pasti dingin. Jaket saja tidak cukup.

Jalanan sangat sepi, hanya terdengar bunyi gaduh dari kejauhan yang sumbernya dari club malam. Semoga tidak ada yakuza atau penggemar Mio'senpai yang masih berkeliaran untuk menyiksaku--karena mereka sama saja sadisnya. Sebaiknya kupercepat langkahku, aku takut sekali.

Ting. Ting. Seperti suara botol kaca yang dipukulkan ke tiang listrik. Kucing? Gang itu sangat gelap, sesekali lampunya menyala, lalu mati lagi. Tiba-tiba, bunyi itu berhenti. Sebuah botol bir berwarna hijau menggelinding menghampiriku. Lalu terdengar suara yang samar-samar di depan sana. Seperti desahan. Korban pelecehan? Kugunakan sinar di layar handphone'ku agar aku bisa melihat siapa itu.

Saat aku merogoh kantongku untuk mencari handphone'ku, suara erangan itu muncul lagi. Kuberanikan diri untuk mendekatinya--secara terpaksa karena ini gelap sekali. Kulihat ada orang tergeletak saat lampu jalan di gang ini menyala sedetik. Yoon Gi'senpai?! Sedang apa dia sekarat disini?! Oh Tuhan, lengannya lecet semua. Mungkin dia kesakitan hingga pingsan, sebaiknya kubersihkan lukanya sebelum infeksi--untungnya aku membeli sebotol air mineral. Lampu itu berkedip lagi, menampilkan wajah Yoon Gi'senpai yang penuh memar dan darah. Siapa yang berani melakukan ini?! Kuharap kau menahannya, Yoon Gi'senpai, aku tahu ini sakit sekali, tapi lukamu perlu kubalut karena sangat banyak darah yang keluar.

"Ah, Yui" samar-samar kudengar dia memanggilku. Tak peduli. Dia yang terpenting sekarang. Aku tidak keberatan kalau dia bahkan tidak mengenalku saat ini. "Hei.." dia memegang tanganku yang sedang membalut lengannya. Simpanlah tenagamu, Yoon Gi'senpai. "Perempuan baik sepertimu tidak boleh berada disini" ucapnya dengan serak. Itu membuatku terdiam sejenak.

Hujan.

Tidak ada pilihan lain, aku harus membawanya kerumah. "Yoon Gi'senpai, berdirilah" aku berada di pundaknya--dasar Yui pendek--dan aku mencium aroma parfum Yoon Gi'senpai. Ah. Fokusku teralihkan.

"Ah! Sedang apa dia?!" eh? Senior dari bagian dance masih ada? Sayangnya aku tidak dekat dengan mereka, jadi aku tidak bisa meminta bantuan pada mereka.
"Perempuan macam apa dia ini? Berkeliaran malam-malam!" Yoon Gi'senpai mengangkat kepalanya.
"Bersama laki-laki lagi!" kali ini Yoon Gi'senpai menoleh kearah mereka. Wajahmu yang hancur itu, jangan diperlihatkan ke banyak orang!
"Dia berdarah?! Wah, mereka benar-benar berbuat sesuatu!" seketika terlepas dari rangkulanku, Yoon Gi'senpai bergerak mendekati mereka. Jangan banyak bergerak, tolong. "Ah, itu Yoon Gi oppa!! Mwohaeyo?! Oppa gwaenchanhayo?! Wae geuraeyo?!" Kuso. Aku tidak mengerti yang mereka katakan, tapi aku yakin mereka khawatir. Huh. Lalu apa yang mereka katakan sebelumnya?

"Ah!" Yoon Gi'senpai berteriak, lalu berbicara dengan Bahasa Korea dan suara keras. Aku tidak pernah melihat laki-laki dalam emosi yang sehebat itu. Aku hanya bisa mendengar 'iriwabwa' dari semua yang Yoon Gi'senpai katakan sebelum para senior gila itu lari. Tiba-tiba Yoon Gi'senpai jatuh tergeletak. Secepat mungkin aku berlari kesana. "Kau juga! Kau sudah dipermalukan karena aku! Pergilah!" dia membentakku--kali ini dalam Bahasa Jepang--saat aku kembali merangkulnya.

"Tidak peduli!" sekarang dia diam dan menurut. Baka. Kesakitan seperti itu dia masih saja melindungiku. Sekarang, aku hanya perlu membawanya kerumah dengan segala kemampuan ikan teri! Dibelakang kami masih ada beberapa murid dan orang-orang club malam. Setidaknya jangan ada yakuza untuk malam ini, karena jarak rumahku agak jauh. Bertahanlah, Yoon Gi'senpai.

*

"Tubuhku berat. Berhentilah menggotongku seperti ini" entah apa yang membuatku kuat mengangkatnya.

"Dan Senpai terluka. Berhentilah menjadi sok kuat. Berbeloklah. Rumahku ada disana" dia langsung diam. "Ma-maafkan kata-kataku"

Yang terdengar sekarang hanyalah desahan Yoon Gi'senpai yang menahan sakit. "Berbaringlah, Senpai. Badan Senpai pasti sakit semua. Aku akan buatkan teh hangat" aku akan dimarahi Okasan karena aku membawa laki-laki kerumah--bahkan sekarang aku menyuruhnya berbaring di kasurku. Ya, aku siap. Kuso! Lukisanku diamatinya! Adalah hal yang sangat bodoh kalau kau, para perempuan meninggalkan teman laki-lakimu didalam kamarmu. "Se-Senpai..?" sepertinya dia paham kalau perempuan itu tidak mau privasinya dilihat orang.  Mukanya memerah. Cute.

"Maafkan aku" dia membungkukkan badannya 90 derajat seperti kebanyakan orang Korea. Itu lukisan yang terambil dari kejadian di lapangan basket. Saat itu bola Yoon Gi'senpai menggelinding kearah kakiku saat aku membetulkan senar biola. Ah. Aku jadi ingat tentang punggung tanganku yang tertulis dengan huruf Hangeul 'Min Yoon Gi' yang memalukan itu.

"Ah, berarti aku tidak perlu menyatakannya. Senpai sudah tahu duluan" yep. Setelah semua kebodohanku yang membuatnya tahu tentang perasaanku padanya, kurasa dengan tambahan lukisan itu dia tidak perlu penjelasan lagi.

"Apa? Tahu apa?" nani?! Oh tidak. "Tidaklah, aku sudah tahu. Aku senang mengetahuinya" dia mengangkat kepalanya dan mengembangkan senyum yang mengerutkan matanya. Chotto! Senang, katanya?!

"Se-senang maksudnya?" aku merinding.

"Kau melempar Mio dengan bola voli. Hal itu membuatku banyak menghabiskan waktu dirumahnya untuk merawatnya" sesaat dia terdiam. Dia suka kalau pacarnya terluka? "Kecantikannya palsu" nah, kukira senpai tidak tahu. "Dia punya.. segudang alat kecantikan. Haha, aku terlalu terlarut, ya 'kan? Maafkan aku" senyumnya mencairkan suasana.

"Tidak apa-apa, lanjutkan saja" sekedar meluruskan pandanganku terhadap si Ratu Osaka yang dielu-elukan di seluruh sudut sekolah.

"Baiklah" kelihatan dari dengusan nafasnya, Yoon Gi'senpai menyimpan banyak hal. "Dia memakai--entahlah, alat pembentuk tubuh, mungkin? Seperti sesuatu yang mengikat perutnya hingga terbentuklah postur yang indah" Yoon Gi'senpai menjelaskan secara total dengan gesturnya. "Lalu, dia memakai kontak lensa yang membuat matanya besar.. Dan juga..  seperti selotip untuk membuat kelopak mata ganda.." ah, yang itu aku tahu. "Oh, iya. Ini yang sangat rahasia.." dia mendekatkan bibirnya ke telingaku. Geli.
*
"Dia.. melakukan operasi plastik" pasti dia kaget karena aku pun kaget saat mengetahuinya.

"Be-benarkah?" matanya melebar. Aku suka.

"Benar. Semua hal yang ekstrem dia lakukan hanya untuk satu alasan" kuuusap rambutnya dengan tanganku yang penuh lecet. "Tapi sekarang aku bersyukur.. Aku yang jahat dan jelek ini kau selamatkan.. Terlebih lagi kalau kau menyukaiku"dia tampak tidak mengerti. "Maaf sebelumnya" lebih baik kujelaskan secara langsung. "Aku ini badboy dan kau anak baik. Jadi, berhentilah menyukaiku"

Hening. Dia setengah menangis. "Jangan mengharapkan apapun dariku. Aku tidak punya apa-apa untuk dibanggakan"

"Tidak. Kau bukanlah orang jahat. Kau juga bukan orang jelek" Eh? "Aku paham tentang semua caramu melindungi Mio'senpai. Kau sangat sayang padanya, aku paham. Kau sampai mengejarku di kamar UKS dan meminta tanggung jawabku. Aku paham semuanya! Bodohnya aku, aku mengharapkan laki-laki sebaik Senpai yang sangat menyayangi kekasihnya! Aku ini me-" aku menangis tanpa kusadari. "Se-Senpai..? Maafkan aku!" kusembunyikan wajahku. Dia pun menundukkan kepalanya. Jangan halangiku untuk melihat wajahmu.

"Nado mianhae... Ah. Maaf, aku kelepasan berbahasa Korea" dia mengusap air matanya.

"Aku tau artinya.." dia belajar Bahasa Korea? Mungkin buku tebal di meja tadi itu kamusnya. Mata besarnya meneteskan sisa-sisa air mata.

"Boleh aku memelukmu?" eh? "Oh Tuhan. Lupakan yang tadi, aku pasti sudah gila" bisa-bisanya aku berkata seperti itu. Tidak akan kubiarkan diriku berbuat aneh-aneh padanya. Lebih baik aku tidur di sofa.

"Senpai.." sesaat aku beranjak dari kasurnya--ya ampun, kasurnya jadi kotor karena bajuku--dia memanggilku dengan lirih. Lalu ketika aku menoleh kearahnya, dia memelukku.  "Senpai.."

"Iya?" kuhadapkan wajahnya kearahku. "Berhentilah menangis, ada aku di sini"




☑️RE:LIVE (Ft. Min Yoon Gi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang