Chapter 8

1.2K 165 24
                                    

***

Oh Sehun, laki-laki berkulit putih pucat dengan iris hitam legam juga garis rahang yang tajam itu pernah menjadi goresan-goresan tinta yang memenuhi lembar kertas kehidupan Soojung. Hampir setengah dari hidupnya ia habiskan bersama Sehun. Ia pernah tersenyum, pernah tertawa, pernah bahagia bahkan Soojung juga pernah menangis.

Tak bisa ia pungkiri, Sehun mempengaruhi kehidupannya.
Laki-laki itu masuk terlalu dalam di hatinya, membuatnya begitu bergantung dengan kehadiran sosok itu. Dan ia sadar, dalam relung hatinya masih ada sisa-sisa kerinduan yang meluap untuk Sehun.

Namun ...

Park Chanyeol diam-diam mengganggu pikirannya.

Laki-laki tinggi dengan daun telinga yang lebar, surai kecokelatan serta pemilik iris almond favoritnya itu sering diam-diam menyusup dalam ruang privasi Soojung -hatinya.
Tak dapat ia elak, terkadang eksistensi Chanyeol begitu ia harapkan. Ia sendiri tak mengerti apa yang membuat Chanyeol begitu menarik, sampai-sampai ia merasa aneh jika laki-laki itu tak menghiraukannya seperti pagi tadi.

Soojung menarik napasnya dalam-dalam lantas menunduk memperhatikan sekotak obat yang sengaja ia bawa dari rumah. Gadis itu terdiam, membiarkan angin siang itu menerbangkan helaian hitam rambutnya seraya menyapu permukaan kulit wajahnya yang putih. Jarinya bergerak gelisah, memikirkan hal-hal aneh beberapa hari ini tentang dirinya yang -entah kenapa ia merasa ada yang berbeda.

Park Chanyeol, sosok menyebalkan yang selalu mengusik hidupnya, mencampuri semua urusannya, bahkan tak segan mengganggu privasinya. Namun anehnya, Soojung merasa nyaman di dekatnya.

Ya. Ia sadar akan itu.
Chanyeol mampu membuatnya merasa lepas, membuatnya merasa bebas dan begitu ringan hingga ia lupa kalau Sehun pernah menyakitinya.

Tapi -kenapa?

Bukankah dirinya masih mencintai Sehun? Dia juga meyakini apa yang Sehun katakan tadi malam adalah benar. Ia bohong jika bilang ia sudah melupakan semuanya. Hubungannya dengan laki-laki itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilupakan layaknya cinta monyet remaja-remaja masa kini, hanya saja, ia merasa -benar-benar berbeda.

Soojung masih sibuk dengan pikirannya ketika diam-diam Sehun sudah berdiri di hadapannya. Mengamati air muka gadis itu lantas mengambil posisi duduk di sebelahnya.

"Aku mencarimu, rupanya kau di sini."

Seketika Soojung terkesiap. Bola matanya sedikit melebar, tapi detik berikutnya ia hanya memasang wajah dingin seperti biasanya.

"Ada apa?"

"Bukankah aku sudah bilang, kita makan siang bersama."

Gadis itu tak langsung menjawab, justru berdiri dari posisinya membuat Sehun mengernyit tipis ke arahnya.

"Maaf, Sehun. Aku belum memutuskan soal pertanyaanmu semalam dan juga ..."
Ada jeda sebelum gadis itu melanjutkan. Gerakannya gelisah, ada kesan ragu dan Sehun menangkapnya. "Ada hal lain yang harus aku lakukan."

Sedetik kemudian gadis itu berlalu, meninggalkan Sehun seorang diri duduk di bangku taman, dengan pikirannya yang mengawang jauh, memperhatikan punggung Soojung yang lamat-lamat menghilang di balik bangunan sekolah.

Ada sesuatu yang sesak dan terasa membanting hatinya hingga retak, membuatnya terkekeh miris dalam posisinya.

.
.
.
.
.

Sosok tinggi itu baru saja keluar dari kelas dan berjalan di koridor dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. Sesekali ia bisa mendengar beberapa gadis menjerit lirih ke arahnya, membuatnya hanya memutar bola mata malas lalu tersenyum bangga.

HeartlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang