Chapter 1: Time machine.

303 2 2
                                    

Kring!

 "Yes, see you later everybody." Seru Mr. Charles, guru bahasa Inggris disekolah Asha.

Semua anak serentak berdiri dari kursinya dan berlari keluar kelas. Asha bersama Setha, teman baiknya itu berjalan menuju kantin sekolah.

Setha adalah satu-satunya orang yang memiliki jalan pikiran yang sama dengan Asha. Setha sama seperti Asha, ia adalah anak yang pintar, mereka masuk ke dalam kelas yang sama. Setha juga tidak pernah mempermasalahkan nilainya jika jelek-- walaupun hampir tidak pernah, sama halnya seperti Asha. Mereka berdua termasuk anak yang paling 'normal' di kelas mereka. Walaupun mereka dekat, Asha belum pernah menceritakan tentang Genta kepada Setha. Asha lebih memilih menyimpan rahasia itu sendiri.

"Aduh, kelas 11 berat banget, deh." Keluh Setha, "Gue bahkan ga punya waktu buat tidur siang lagi."

Asha tertawa, "Masa iya lo tidur siang, adek gue yang umur 6 tahun aja jarang tidur siang."

"Adek lo kan ga capek, gue kan capek." Elak Setha.

Seperti biasa, kantin sangat ramai. Hanya tersisa satu meja kosong di ujung kantin.

"Ayo cepet, cepet!" Setha menarik tangan Asha dan membawanya ke meja itu.

Namun disaat yang bersamaan, Genta dan teman-temannya juga menuju meja itu. Mereka sampai di meja itu disaat yang sama dengan Asha dan Setha.

Asha terlihat kaget saat melihat Genta. Genta yang juga melihat Asha hanya terdiam, setengah tersenyum.

"Mau di pakai, ya?" Tanya Asha pada Genta dan kawan-kawannya-- Atau, sebenarnya hanya kepada Genta.

"Hmm, iya sih, tapi lu duluan kan? Lu aja yang pake, kita cari yang lain." Genta kemudian berjalan melewati meja kosong itu.

Asha menoleh ke arah Genta, "Makasih, ya!" Teriaknya. Genta menunjukkan ibu jari tangannya.

Asha tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Itu Genta, kan?" Tanya Setha sambil mengunyah Takoyakinya.

Asha mengangguk, "Baik ya dia."

"Cieee! Suka, ya? Dia bukannya udah punya pacar?"

Asha kaget, mukanya memerah. "Nggaklah! Iya dia udah punya pacar, namanya Harsya. Anak kelas dia juga, kok."

"Ya elah, namanya mirip sama nama lo tuh. Harsya sama Asha. Hahaha udah, rebut aja!"

"Apaan sih, Setha! Gue ga suka sama dia... udah ah, gue mau beli es jeruk dulu, tunggu disini ya." Asha berdiri dan berjalan menuju kasir kantin. 

"Mau beli es jeruk apa mau.... Hahahahaha!"

Argh, Setha, bikin masalah aja sih!

"Mbak, es jeruk satu ya." Pesan Asha.

"Sama mbak, es jeruk satu." Sahut suara di belakangnya.

Asha menoleh kebelakang. Ia menemukan Genta yang berdiri di belakangnya. Genta menyengir lebar saat Asha menoleh.

"Kenapa?" Tanya Genta pada Asha.

Asha hanya menggeleng. Ia bisa merasakan wajahnya yang panas. Asha kembali menoleh ke depan, ia takut Genta melihat perubahan di wajahnya.

Setelah mendapatkan dan membayar pesanannya, Asha berjalan kembali ke mejanya.

"Asha!" Genta berlari kecil mengejar Asha, "Lu ganti nomer ya? Kemaren gua coba telfon ga nyambung. Gua minta nomer lu dong, biar bisa dihubungin nanti." 

"Iya, uhm, nomer lo masih sama kan? Nanti deh gue sms." Jawab Asha.

"Sip! Makasih, ya."

Asha mengangguk. Ia lalu berjalan cepat ke mejanya. Setha sudah menanti-nantikan Asha, bibir sahabatnya itu tersenyum lebar.

Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang