Chapter 4: Which One or You'll Lose Both.

128 2 0
                                    

Pertandingan antara Arsenal melawan Manchester United baru saja berakhir. Namun sayangnya, kesempatan selama 90 menit pertandingan tidak bisa dimanfaatkan Arsenal untuk memasukkan satu gol pun ke gawang Manchester United. Genta, yang merupakan seorang gooner terlihat kecewa. Asha tersenyum simpul melihat sahabatnya itu cemberut. Beruntung, Asha sudah mengerti bagaimana cara mengembalikkan mood Genta yang hilang itu. 

"Namanya juga pertandingan, Gen. Ada kalah, ada menang." Hibur Asha.

"Iya, udah biasa kok," Genta menghela nafas, "Cuma defense Arsenal tadi jelek banget, kesel sendiri gua liatnya." Gerutunya. 

"Hahaha, kayaknya dari dulu masalahnya defense mulu!, udahlah gak usah sedih, gue beliin es krim rasa green tea, deh!" 

Genta tertawa, "Tau aja lu gua masih suka es krim green tea." 

Asha kembali tersenyum. 

Handphone Genta tiba-tiba berbunyi, nama Harsya tertera di layarnya. Genta meminta izin Asha untuk pergi ke toilet sebentar.

"Halo, sayang?"

Yang menelfon tidak menjawab.

"Harsya? Are you there?" 

"Kamu lagi jalan sama mama kamu apa sama siapa sih, Gen?"

Sesaat, Genta merasakan ada sengatan listrik yang menyetrum dirinya. Namun, dengan segera menghela nafas dan menjawab pertanyaan Harsya,

"Sama mamakulah, kenapa emang?"

"Kamu sadar gak sih, dari tadi siang kamu gak ngehubungin aku sama sekali. Aku sampe nelfon ke rumah kamu, ternyata yang ngangkat mama kamu. Kalo mama kamu ada di rumah, terus kamu jalan sama siapa, Gen? Kamu bohong kan sama aku?" 

Skakmat. Genta menepuk jidatnya sendiri. Bagaimana dia bisa melupakan Harsya, padahal hampir setiap hari Genta selalu mengabari Harsya setiap hal yang ia lakukan. Genta harus berpikir keras untuk mencari alasan yang masuk akal.

"Oh, tadi aku emang jalan sama mamaku, Sya. Tapi abis itu aku pergi lagi, main sama temen smpku." Genta berusaha sebisa mungkin agar ia terdengar tidak berbohong, "Maaf, aku lupa ngasih tau kamu, hpnya ketinggalan di mobil." 

"Temen-temen smp kamu itu siapa aja?" 

"Yaaa, banyaklah. Rame-rame kok." 

Hening. Harsya tidak merespon pernyataan Genta. Harsya tau ada sesuatu yang aneh. Genta tidak pernah sekalipun lupa memberinya kabar, sekalipun hal yang tidak penting, pasti Harsya akan ia beri tahu. Harsya yakin, Genta pasti sedang bersama seseorang yang penting, sangat penting hingga ia lupa dengan Harsya. 

"Gen, aku percaya sama kamu. Kamu gak akan nyia-nyiain kepercayaanku ke kamu, kan?" 

Genta terdiam. Ia mengepalkan telapak tangannya, ada sesuatu di dalam hatinya yang ingin sekali ia keluarkan, namun di sisi lain ia belum siap untuk menerima konsekuensinya. 

"Maaf, Sya.... aku sayang kamu." 

Di ujung telfon, Harsya menghela nafasnya. Menahan rasa sesak yang ia tanggung. 

"Siapapun itu, Gen. Aku gak bakal ngebiarin dia ngerebut kamu dari aku. Gak akan pernah." 

Telfon terputus. 

Kepalan tangan Genta semakin kuat. Rasa kesal mengalir dari ujung kaki ke ujung kepalanya. Pintu toilet tidak luput dari pukulannya. 

"Kalo aja lu tau Sya, kalo aja lu tau gua tau yang sebenarnya...."

***

"Siapa, Gen?"

"Hmm? Oh, itu, si Harsya."

Asha terdiam. Ia tahu ada yang salah. Namun, Asha tidak ingin menanyakan lebih lanjut ke Genta. Ia tidak ingin merusak malam yang sangat membuatnya bahagia ini.

"Well, mau kemana lagi kita, Sha?" Tanya Genta sambil merangkul Asha dari belakang. 

Asha tersenyum, "Kemana ya...?"

"Hah, dari dulu percuma kayaknya gua kalau nanya lo. Gak akan pernah dijawab."

Ledekkannya di balas senyum yang lebar oleh Asha.

"Ya udah deh, kita pulang aja yuk. Udah malem juga, nanti dikira nyokap lo gua ngebawa lo kabur lagi."  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang