prolog

36 4 3
                                    

Ariana baru saja keluar dari sebuah toko buku. Ia sengaja membeli beberapa novel untuk menemani kesehariannya dirumah. Yup, dia sangat suka novel. Ia mengkayuh sepedah nya menuju cafe yang sering dia kunjungin.

setelah sampai didepan cafe, ia mempakirkan pinky as sepedah pink nya, dan berjalan santai memasuki cafe.

"Hai, mbak Tika yang cantik." sapa Ariana dengan percaya diri luar biasa.

"Siapa ya? saya Mita bukan Tika." jawab pelayan itu dengan tatapan aneh.

Ariana meringis sambil garuk-garuk kepala, begini deh jadinya kalau sok akrab sama orang. Enggak bisa bedain orang yang dikenal sama enggak. Dan untuk menutupi malu, akhirnya ia mengeluarkan jurus terakhirnya. "Udah ganti nama, mbak? hem... Nama Mita lebih bagus kok dari pada Tika."

Pelayan dihadapannya terbelalak melihat Ariana yang sok kenal dengan dirinya, menyebut dirinya sudah berganti nama padahal dari dulu namanya sudah seperti itu. "Aneh." batin pelayan itu.

"Maaf, mbak. Nama saya sudah seperti itu dari dulu, tidak pernah diubah oleh kedua orang tua saya." ucap pelayan itu membenarkan

"Oh gitu, ya. Terus... yang namanya mbak Tika mana?" Tanya Ariana yang masih bersikukuh bahwa ia mengenal salah satu pelayan disini.

Pelayan itu melirik dan mencolek teman pelayan satu nya lagi. "Tika siapa sih, lo kenal?"

"Enggak, ada apa sih?"

"Ada orang aneh." jawab pelayan itu dengan enteng. Kemudian ia kembali menghadap Ariana. "Maaf dek, kayanya disini enggak ada yang namanya Tika. jadi pesan, mbak?" Tanya pelayan itu dengan nada sedikit kesal, sudah lelah melayani orang tak jelas yang sok kenal dengan dirinya.

"Oh gitu ya, saya pesan seperti biasa." jawab Ariana yang lagi-lagi membuat pelayan itu mendelik kesal kearahnya.

"Maaf mbak, apa anda sudah sering berkunjung? saya tidak tahu kebiasaan anda memesan."

"Yah, gimana sih mbak... yaudah saya pesen--"

"Eh mbak, kalau mau ngerumpi diluar aja. Saya capek nih ngantri lama."

Ariana membalikan badan. "Lo bisa sabar dikit gak sih? ini juga baru mau pesen!" cerca nya.

"Yaudah cepet!" sengit pria itu tak terima. Seharusnya dia yang marah, tetapi kenapa cewek gila ini yang justru memarahinya. Tapi niatnya untuk memarahinya ia urungkan karena waktunya sudah tak cukup. Ia harus segera menjemput keluarganya di bandara.

"Mbak, frappuccino nya satu." pinta Ariana cepat.

"Atas nama?" tanya mbak-mbak cafe tersebut.

"Ariana."

setelah mendapatkan pesanannya, ia segera duduk dan mulai membaca novel yang tadi dibelinya, dan mulai merancau tak jelas. "Cewek sok jual mahal nih, padahal Brian ganteng banget." membalikan halaman berikutnya. "Kenapa dia jahat banget sama Brian, sih!? dia kan gak salah apa-apa. Dasar pe'a."

Terdengar decitan mobil bersamaan dengan bunyi benturan benda yang ditabrak. Suaranya sangat keras akibat tabrakan tersebut, membuat seisi cafe melihat ke arah luar.

"Pinky ku!" teriak Ariana saat melihat sepedah pink kesayangannya sudah terjatuh dan sebagian badan sepedah itu masuk kolong mobil.

Para pengunjung cafe tersebut otomatis berpaling kearah Ariana dan memandangnya dengan tatapan kasihan. Ariana kalap dan langsung keluar dari cafe dengan wajah sadisnya.

Ia mengetuk-ngetuk kaca mobil dengan keras. Lebih tepatnya seperti ingin menghancurkan kaca mobil itu dengan tangannya. "Woi, buka!"

Arkan berdecak, lalu mengacak-ngacak rambutnya secara masal. "Bego banget gue!" umpatnya

Ariana menerawang melalui kaca mobil. Matanya melotot nyalang, ternyata yang menabrak pinky nya adalah cowok yang tidak sabaran saat di cafe tadi. "Woi, keluar lo! gue teriakin nih, biar lo digebukin massa!"

Akhirnya Arkan keluar dan melihat bagian belakang mobilnya yang lecet dan penyok sedikit. "Yah, mobil gue!"

"Apa lo bilang, mobil lo!" pekik Ariana. "Lo liat sepedah gue!"

Tatapan Arkan mengikuti arah telunjuk Ariana. Melihat sepedah di belakang mobil nya, sudah tergeletak dan sebagian badan sepedah itu masuk ke kolong mobilnya, sebagian lagi sudah penyok akibat benturan keras.

"Lo juga sih, yang parkir sepedah sembarangan." elak pria itu.

"Apa? jelas-jelas lo yang enggak bener bawa mobil. Kalau enggak bisa, enggak usah bawa mobil." cerca Ariana yang masih kalap, mungkin sudah ada api diatas ubun-ubun gadis itu.

"Ada apa ini neng?" seorang satpam tiba-tiba menghampiri mereka.

Ariana mendelik. "Ini loh pak, dia nabrak pinky saya!"

"pinky?" ulang pak satpam

Ariana berdecak "Sepedah saya pak." tunjuk nya

"Maaf pak, tadi saya enggak sengaja. Saya buru-buru." Arkan membela diri.

"Bohong pak! dia itu enggak bisa naik mobil." ucap Ariana

"Gue ganti." buru-buru Arkan menyela ucapan pak satpam yang sudah siap memarahinya

"Gue enggak mau-- Pinky gue gak boleh diganti."

"Trus lo mau apa?"

"Lo harus bayar biaya pengobatan nya~" jawab Ariana

seketika membuat Arkan menatapnya aneh. Menganggap bahwa ia berhadapan dengan wanita yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa. "Nih." Arkan memberikan uang ratusan ribu sebanyak lima lembar.

"Lain kali kalau gak bisa bawa mobil, mending enggak usah nyetir." ucap Ariana sarkas

"Rese lo. gara-gara lo nih gue jadi telat."

"Bodoamat!" Ucap Ariana. Membuat laki-laki itu mendelik kesal dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan Ariana.

Ariana kembali menatap sepedahnya dengan pandangan miris. "pinky, are you okay?" sambil mengusap sepedah itu dengan sayangnya.

"Mbak, mendingan pulang. Trus perbaiki mping mbak yang rusak." ucap satpam

"Namanya pinky pak." Ariana meralat ucapan pak satpam

"Oh iya. maksud saya pengki."

"Budek." Ariana memutar bola matanya malas. Dan pergi sambil menuntun sepedah pink nya.

◎◎◎◎◎◎◎◎
Halohaaaaa!!!! cerita ketiga gue. sebenarnya kelima deh. cuma yang dua gua tarik lagi. soalnya absurd banget~ yaudah semoga kalian seneng bacanya

please kasih komen kalo gak srek sama ceritanya, slow aja gua gak gigit kok. jangan lupa vote nya gaessss.

AnorakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang