4

19 2 2
                                    

Grup Line Remaja santai dan gaul.

Gilman : Mana nih si Ari? sialan, tadi dia pulang duluan

Raffi : Emang mau lo apain, kalau tadi ada Ari?

Gilman : Ya, pengen gue pites. Gue jadiin sambel kacang

Angga : Assalamualaikum gaes

Raffi : Kenapa lagi nih ibu-ibu pengajian muncul.

Angga : Sudah ku bilang, jangan macem-macem sama Ari. Gak kapok lo pada disembur lagi sama mbah dukun?

Gilman : Diem lu ketek oncom!

Raffi : pepes tahu!

Angga : Diem lu, kodok beranak!

Gilman : Kecebong hanyut..

Raffi : Kepala duren!

Ariana : Pada nyampah!

Gilman : Noh, sampahnya si Angga

Arianastop it!

Ariana left the group

Ariana masih duduk dengan malas di dalam cafe Strbuck. Tempat dimana ia bertemu untuk pertama kali denga laki-laki yang telah membuat pinky nya rusak akibat tabrakan waktu itu.

Ariana memandang keluar cafe. Diluar sangat cerah, ia melihat beberapa orang bahkan berlalu lalang menggunakan benda sebagai perlindungan tubuh. Seperti payung, tas, topi bahkan switter. Ari menanggapinya dengan senyuman kecil serta gelengan kepala. Memikirkan betapa perdulinya para wanita itu menjaga kulit mereka agar tetap putih. Kalau dirinya, mungkin tidak akan perduli pada kulitnya.  Ia tak takut sama sekali jika dirinya akan mempunyai kulit sawo matang. Lagi pula, percuma juga ia berjemur seharian kalau beberapa minggu kemudian kulitnya akan putih kembali.

Matanya menangkap sebuah mobil fortuner hitam berhenti di parkiran cafe Strbuck. Seorang laki-laki keluar dari kursi pengemudi, Ariana sedikit menyipitkan matanya agar dapat melihat laki-laki tersebut dari luar sana. Silauan cahaya matahari pun sedikit menghalangi pandangan nya.

"Gak mungkin!" geram nya. Hari ini Cafe tersebut lumayan sepi. Jadi, tak akan ada yang berfikiran aneh, melihat dirinya yang berbicara sendiri.

Ariana menutupi wajah dengan tas yang dibawanya ketika cowok itu masuk. Ia belum pulang kerumah dan belum sempat mengganti seragam sejak ia pulang dari rumah papa nya.

Terdengar dari telinga Ariana, cowok itu memesan minuman. Dari ujung matanya, ia melihat Arkan yang berjalan ke arah meja kosong terletak disamping meja nya.

Ariana mengintip kearah Arkan yang sedang menerima panggilan telpon dari seseorang. "Hallo, gue lagi di cafe strbuck.—tadi gue ajak lo gamau.—yaudah cepet, gue tunggu." Arkan menutup sambungan telpon nya.

Arkan merasakan ada yang sedang memperhatikan nya sejak tadi. Ia mengangkat kepalanya, lalu memperhatikan seseorang yang duduk menutupi wajah nya dengan tas.

Arkan sangat penasaran dengan orang tersebut, niat nya ingin memperhatikan lebih lama lagi namun ia urungkan karena tak sopan bila terlalu lama memperhatikan orang dengan intens.

Ari bangkit dari tempat duduk nya, namun seseorang memanggil nya.

"Maaf, mbak, eh mas. Itu hp nya ketinggalan." Arkan bingung harus memanggil apa orang tersebut, karena seragam nya yang persis dengan cowok namun mempunyai rambut panjang yang diikat persis seperti cewek.

Ari membuka penutup wajah nya, lalu memandang Arkan cemberut. "Oke. Makasih udah di ingetin." ucap Ari langsung pergi meninggalkan cafe tersebut

Arkan menaikan sebelah alisnya. Mempertanyakan kepada dirinya sendiri, kenapa ia harus bertemu lagi dengan gadis aneh itu ditempat yang sama untuk kedua kali. Arkan tersenyum licik.

◎◎◎◎◎◎

Ari memparkir kan mobil nya di halaman depan rumah nya. Lalu melangkah masuk dengan wajah yang ditekuk

"Ari, kamu kenapa cemberut gitu?" tanya Mamah Ari di ruang tamu. Sudah rapih dengan seragam kantor serta beberapa file yang akan dibawanya.

Ari mendengus kesal. "Mama, mau lembur lagi?" bukan nya menjawab, ia malah kembali bertanya

"Iya. Tugas dikantor lagi banyak." jawab Rina lalu mengecup kening anaknya. "Dah, Mama berangkat dulu. Kalau mau makan, sayur nya di angetin dulu Ar." ucap Rina berlalu meninggalkan Ari sendiri

Jam menunjukan pukul 5 sore, dan mamah nya kembali bertugas. Pekerjaan yang padat membuat Rina harus merelakan waktu istirahatnya untuk bekerja.

Ariana melangkah pergi menuju kamar nya. Lalu merebahkan dirinya di kasur dengan posisi terlentang. Ia bukan manusia super. Terkadang ia juga bisa merasakan kesedihan di dalam dirinya yang selalu muncul ketika berada dalam kesendirian. Hidup nya bisa dibilang berkecukupan namun ia sulit mendapatkan kebahagiaan.

Menurutnya, kebahagiaan itu terletak dimana ia dikelilingi orang terkasih dan juga keluarga yang masih utuh. Ari tak mau munafik bahwa ia sering merasa cemburu pada ibu tiri nya dan juga Selda. Ari hanya manusia biasa, terkadang ia merasa kesal karena Papa nya lebih memilih mereka dibanding dirinya dan juga Mama nya. Tapi perkataan Mama nya selalu membuat Ari tegar.

"Sayang, Mama sama Papa memang berpisah tapi bukan berarti kami bermusahan lantas meninggalkan kamu. Kami berpisah karena hubungan diantara kami sudah tidak bisa bersatu lagi. Suatu saat kamu akan mengerti Ari."

Ari yang egois masih bersikukuh bahwa Papa nya lah yang ingin meninggalkan mereka demi perempuan lain. "Bohong! Papa selingkuh kan, sama sekretaris nya, makanya dia mau ceraikan mama?"

"Enggak sayang, bukan seperti itu. Lihat Mama. Mama lebih suka yang santai tapi Papa kamu, dia lebih suka yang perfect. Ada kalanya orang perfect lelah dengan kesantaian orang santai." Ucap Rina dengan tenang lalu ditutup dengan seulas senyum.

"Jangan pernah menunjukan kesedihan mu didepan orang lain, walau seberat apapun cobaan itu. Berusahalah menjadi wanita tegar, walau diri kita sudah gentar. Dengan begitu, kau tidak akan dianggap lemah. Berusahalah kuat Ari, ujian hidup masih panjang." sambung Rina, seketika membuat Ariana memeluk erat Rina diselingi dengan tangisan Ariana yang tak bisa ditahan nya.

Itulah terakhir kali Ariana meneteskan air mata nya. Ia sudah berjanji, tidak akan meneteskan air mata lagi.



AnorakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang