2 - Kerajaan Kribel -

124 27 11
                                    

Arfian tak pernah berpikir bahwa dirinya akan berpisah seperti ini. Berada di tempat asing yang kini berbaring di ranjang kerajaan dengan kondisi luka di kaki sudah terbalut. Arfi mulai meragukan hal-hal yang diceritakan Ghinos. Mulai dari ceritanya yang tidak rinci, bertanya pun tidak bisa memastikan kebenaran jawaban. Perasaan bersalah menyeruak, jauh-jauh terseret ke negeri asing demi rasa keingintahuan yang sesaat. Dia seharusnya tahu batas.

Remaja itu menengok, menatap ke arah jendela besar mengamati matahari yang bersembunyi di rindang pohong. Kicauan burung menyadarkan dia bahwa ini bukanlah negerinya. Sepersekian detik dia beranjak dari kasur dengan langkah pincang. Ruangan yang besar membuatnya butuh waktu untuk sampai ke pintu kamar.

Tangan yang belum meraih knop, tiba-tiba terbuka sendiri-seolah membaca pikiran Arfi agar pintu segera terbuka. Langkahnya yang berjalan di kamar membuat mata berbinar. Lampu hiasan yang menjuntai di tengah lorong semburat jingga; hiasan vertikal yang menonjolkan bentuk heksagonal berukiran rune atau mungkin simbol kerajaan di setiap pilar. Juga kilauan keramik lantai sampai memantulkan bayangan di atasnya.

Dari tiga arah, Arfi memilih jalan lurus menaiki anak tangga sekadar melihat dunia luar, berhubung pintu lain terbuka.

Dari tiga arah, Arfi memilih jalan lurus menaiki anak tangga sekadar melihat dunia luar, berhubung pintu lain terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sial. Dia terdampar di negeri orang. Apa mungkin film fantasi, teori multiverse itu menunjukkan kebenaran jika dunia lain memang ada? Pemandangan ini terasa tidak normal jika dilihat dari kaca mata orang-orang bumi.

'Cyaaaakkk'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Cyaaaakkk'

Sekarang apa lagi? Burung dengan sayap besar dan ekor yang panjang. Arfi menggeleng, pikirannya jadi tidak normal di tempat yang seharusnya tidak mereka datangi.

Arfi kembali masuk dan memilih menelusuri lorong yang megah di sebelah kiri. Beberapa pelayan istana-mungkin-yang melintas seketika memberi hormat, "Sesilasimatsi pasigisi." membungkukkan badan.

Aneh, tapi begitulah perlakuan mereka: begitu patuh, tunduk, untuk jalan saja terlihat rapih seperti sedang PBB.

Namun Arfi tidak banyak menelusuri, dirinya terpaku dan berhenti tepat di daerah singgasana. Kerajaan tampak sepi tak sebanding dengan megahnya istana. Sekelebat Arfi teringat perkataan Ghinos jika Ratu Filsaxio membunuh Ratu Orlyory. Lagi-lagi dia membuat keputusan yang salah. Sebaiknya dia tetap di kamar.

O Negeri Fancy OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang