Ale
Saat aku sedang berjalan dikoridor sekolah ingin menuju kelas, aku mendengar suara derap langkah dari arah belakang.
"Hai Kaka Ale sayang" sudah tidak asing bagiku setiap paginya menerima sapaan seperti itu dari Riko. Riko adalah adik Rey yang katanya tergila-gila dengan ku, dia selalu memberikan aku barang atau makanan saat pagi hari. Aku bingung kenapa dia bisa sebegitunya dengan ku. Waktu itu dia pernah menembak ku, tapi kutolak secara halus dengan alasan aku tidak ingin berpacaran, selain itu memang aku tidak suka berpacaran dengan cowok yang usia nya lebih muda dari ku. Walaupun sudah kutolak, Riko tetap mendekati ku sampai kadang aku merasa tidak enak sendiri.
Aku tersenyum dan membalas sapaan nya, "Hai juga Rik". Senyuman lebar terbentuk dari bibir Riko lalu dia mengeluarkan kotak makanan berwarna biru dari tas nya.
"Ini buat Kakak, diabisin ya biar belajar nya fokus" Riko memberikan kotak makanan itu pada ku, aku menerima nya dan langsung mengucapkan terima kasih.
"Yaudah aku ke kelas duluan ya Kak, Bye" setelah mengucapkan kalimat itu, Riko mengacak rambutku pelan lalu dia langsung berlari kencang ke arah kelas nya. Selalu seperti itu, jika dia telah memberikan sesuatu untuk ku.
Aku pun tersenyum kecil melihat tingkahnya lalu melanjutkan perjalanan menuju kelas. Aku berniat akan memakan makanan dari Riko bersama Ovi nanti sebelum bel masuk berbunyi. Aku selalu menghargai pemberian orang lain termasuk Riko, jika dia memberi ku makanan pasti akan aku makan, jika dia memberi ku barang pasti akan aku simpan dan ku rawat. Oke cukup cerita tentang Riko, sekarang aku harus cepat-cepat sampai ke kelas untuk berbicara dengan Tya.
"Assalamualaikum" ucap ku saat masuk ke dalam kelas, baru ada beberapa murid yang datang. Tya dan Ovi belum datang, jadi aku memilih untuk duduk diam sambil memainkan handphone ku.
"Woy, serius amat mba main handphone nya" celetuk seseorang dari arah samping. Aku menengok dan langsung mendengus pelan saat mengetahui siapa orang tersebut.
"Masuk kelas tuh salam kek Rey" ucap ku sambil memasukkan handphone ku ke saku rok.
"Gue udah salam padahal lo nya aja yang budeg ikan lele" ucap Rey yang membuat ku malu sendiri.
"Lagi tumben deh lo sama Riko udah dateng jam segini?" tanya Ale dengan kening yang berkerut.
"Bokap nganterin gue sama Riko tadi pagi biar kita berdua gak telat katanya, padahal gue masih ngantuk banget" jawab Rey dengan nada gerutu. Rey, teman cowok yang paling dekat dengan ku diantara yang lain. Dia selalu bersikap baik padaku, sedangkan dengan perempuan lain dia seperti cowok sok ganteng yang gamau dideketin oleh para cewek. Entah apa yang membuatnya seperti itu.
"Gue mau lanjut tidur dulu ya Le, nanti kalo bel bangunin gue" ucap Rey yang sudah menelungkupkan kepala nya diantara kedua lengannya diatas meja nya.
"Hmm" aku pun hanya menjawab dengan gumaman.
"Assalamualaikum" dua orang yang aku tunggu-tunggu kini sudah datang, Ovi langsung duduk disamping ku sedangkan Tya berjalan ke tempat duduknya yang berada di dekat meja guru.
"Le, sarapan pagi ini apa nih menu nya?" tanya Ovi saat melihat kotak makanan dari Riko yang aku letakkan diatas meja.
"Gatau, buka aja" ucap ku yang langsung dilakukan oleh Ovi.
"Waaaww sandwich Le, yaelah bentuk nya love lagi kaya anak bocah aja" ucap Ovi dengan antusias saat melihat isi dari pemberian Riko.
"Yang menting..." ucap ku yang langsung dibalas dengan Ovi "Rasanyaaaa" kita berdua pun langsung memakan sandwich itu.
"Le, gimana chatan nya kemarin?" tiba-tiba Tya menghampiri kita berdua dan duduk dimeja depan kita.
Aku mengambil handphone ku disaku rok, lalu membuka chatan ku dengan Marcel kemarin dan langsung kuberikan pada Tya, "Lo baca aja sendiri, gue gak tega ngomongnya" ucap ku disela-sela mengunyah.
Tya langsung membaca chatan ku dengan Marcel, seketika wajah nya berubah menjadi murung. "Ty, lo mau gak?" tawar Ovi sambil menyodorkan potongan sandwich pada Tya.
Tya tersenyum lalu menggeleng, "Enggak, makasih". Aku tau senyum itu palsu, setelah makanan didalam mulutku habis bersamaan Tya yang mengembalikan handphone ku, aku berniat untuk menyemangati Tya.
"Gausah dipikirin. Lebih baik lo move on secara perlahan, pasti kita berdua bantuin kok". ucap ku yang membuat Ovi menatap ku dengan satu alis terangkat yang seolah dia bertanya 'ada apa?', aku pun langsung memberikan handphone ku pada Ovi agar dia mengerti kemana arah pembicaraan ku.
"Iya emang gue harus move on, tapi itu susah banget Le" ucap Tya dengan wajah yang murung.
"Lo cari cowok lain aja yang bisa bikin lo move on" celetuk Ovi dengan santai nya.
"Lo ngomong enak Vi, gue yang ngelakuin nya susah" ucap Tya.
"Boleh kah aku tidak terlibat dalam masalah percintaan ini? aku mumet sendiri jadinya" ucap ku dramatis yang membuat Tya dan Ovi langsung membuang arah pandang nya. Memang kadang mereka berdua teman kurang ajar.
"Gak gabisa. Lo udah terlanjur terlibat" ucap mereka berdua yang membuatku mengerucutkan bibir.
Iya tau kok ceritanya emang gajelas
Maaf kalo typo nyempil dimana mana
Thank for reading guys

KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Believe You
Genç KurguJangan lo jadiin gue sebagai pelarian, karna lo ngeliat dia udah bahagia sama cowok lain. -Alethia Agatha Candy Awalnya gue sayang sama dia, tapi ternyata gue lebih sayang bahkan cinta sama lo sekarang. -Revaldo Josef