Mada?!

26 1 0
                                    


"Anggi! Buruan dong nanti abang telat nih!" Teriakan lelaki dengan baju kemeja kantor menggema ke seluruh rumah di kawasan perumahan tempat ia tinggal.

"Iya iyaaa! Sabar sedikit kenapa sih. Gabakal telat juga." Balasnya ngedumel sambil turun tangga menuju meja makan. Dihampirinya Raden yang tengah menyeruput air mineral selepas makan. Segera dia habiskan susu digelasnya dan menaruhnya di wastafel.

"Bun, Anggi sama bang Raden berangkat ya!" Teriaknya kepada kamar di lantai satu dekat toilet itu. Mamanya keluar mengenakan daster 7/8 panjang berwarna merah lalu mencium dahi kedua anaknya. "Hati hati." katanya.

Di mobil Raden memulai percakapan berisi nasehat-nasehat yang ituitu lagi ituitu lagi. Jangan nakal. Jangan mau dimodusin cowo. Jangan lupa makan. Dan jangan segan segan pinjam pr teman. Untuk yang terakhir memang sedikit menyeleweng, hey, tapi ini SMA kan? Apalagi mengingan sekarang dirinya sudah menginjak bangku kelas 2.

Sesampainya di depan gerbang, Anggi segera masuk menuju lorong untuk mencari namanya di mading dan... "Gotcha!" Teriaknya dalam hati. Nama Remania Anggita Trianjani terpampang pada nomor absen ke 28 kelas 11 IPS 3. Anggi melangkah menuju kelasnya di lantai 2 dan bertemu 2 teman dekatnya yang Alhamdulillah nya sekelas lagi. Tapi satu orang pisah menyisakan dirinya duduk di bangku kosong dibelakang Hanum dan Puti.

"Vita di kelas berapa?" Tanyanya setelah pantatnya mulus menempel pada kursi. "11 IPS 2. Sumpah gua sedih banget dia terasingkan sendiri gitu. Kasian. Jadinya duduknya sama Febri deh." Cerocos Hanum. Dia memang sedikit banyak cerewet.

"Kenapa sama Febri?" Tanyanya bingung mengingat Vita memang ga terlalu dekat dengan Febri. "Abisnya gaada temen lagi katanya." Sekarang gantian Puti yang menjawab. Anggi hanya ber-oohh ria menanggapi.

"Nggi, tau ga?" Tanya Hanum. Dahi Anggi berkerut tanda berfikir. "Enggak" jawabnya kemudian. "Dikelas kita bakal ada anak baru. Pindahan dari sekolah SMA yang tempat tawuran itu." Anggi ber-oohh lagi menanggapi. "Begajulan dong?" Tanya Puti. Sekarang percakapan diambil alih oleh mereka berdua sebelum bel masuk berbunyi. Kira kira isinya begini :

Hanum : Engga tau juga. Palingan juga iya. Kan disana isinya anak bandel ratarata. Kalo emang dia pindah karena dikeluarin ya pasti begajulan.
Puti : Ohh. Ganteng ga?
Hanum : Yeeh elo. Emang kalo ganteng kenapa? Mau lo embat? Rafa gimana? Ha?
Puti : Yeeh mentang mentang gua punya pacar sewot banget. Apa salahnya sih tepetepe dikit?
Hanum : Mau emangnya sama lo?
Puti : Jahat banget sih, Han.

Setelahnya Hanum terkekeh dan bel pun berbunyi. Selang 15 menit tanpa guru dan kelas yang gaduh, masuklah Pak Haye dengan kacamata dinaikan keatas kepala dan berteriak. "EH ADA APA INI RIBUT RIBUT?! MENTANG MENTANG GAADA GURU." Dipelototinya kawanan Surya lalu kepalanya tertoleh ke kiri memanggil masuk seorang cowo berpostur tinggi dan tampan. Ya. Tampan seperti yang tampan. Kulit putih. Mata hitam pekat. Hidung mancung. Bibir tipis. Dan rambut polem alias poni lempar.

Anggi melihat sekilas kearah cowo itu yang sedang mengedarkan pandangannya kearahnya dan melengos malas karena sekarang seisi kelas ribut dengan bisik bisik cewe yang berkata ganteng lah, tinggi lah, badannya bagus lah.

"Nama gua Raden Raja Arizky. Panggil Raja aja. Gue pindahan da--"

Belum selesai cowo itu memperkenalkan diri tibatiba Bu Nia masuk kelas tanpa mengetuk terlebih dahulu. "Maaf, Pak Haye." Sontak seisi kelas tertengok ke arah pintu termasuk Anggi. "Ini, sebenarnya Raja masuk ke kelas 11 IPS 2, bukan disini. Dia ditukar sama Mada Arfiansyah ini." Katanya seraya menarik Mada. Sontak mata Anggi membulat kaget juga senang melihat Mada.

Raja And Who?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang