Kamu #11

103 10 3
                                    

Akhirnya gua mutusin buat ngajak Syifa kerumah Dita dulu sebelum pulang.

"Permisi" Gua dan Syifa kompak.

"Iya sebentar" Suara dari balik pintu yang tak lama terlihat kalo ia adalah Tante Irma.

"Permisi Tante, Dita ada?" Tanya Gua.

"Iya ada, ayo duduk dulu"

"Iya Tante makasih"

Tante Irma langsung masuk untuk memanggil Dita, gak lama Dita pun keluar.

"Eh kalian, ada apa nih?" Tanya Dita ramah.

"Nih dia ngajak gua kesini. Tau deh mau ngapain" Kata Syifa datar.

"Iya Dit, gua kesini cuma mau tanya"

"Tanya apa?"

"Bener kan lu gapapa?"

"Iya gapapa. Kenapa sih?"

"Gapapa kok. Yaudah kalo lu gapapa gua langsung balik aja"

"Kok buru-buru, kenapa?"

"Gapapa kok. Oke gua pulang yaa"

"Iya hati-hati"

Gua bohong kalo sebenernya gua itu pengen tau kabar perjodohannya, tapi gua gak kuat buat denger langsung dari dia. Gua langsung tutup pintu mobil, sekarang gua ada dikursi pengemudi, jadi gua bisa tancap gas seenak hati menuju rumah Syifa.

"Lu ngapain dah ke rumah Dita kalo mau gitu doang"

"Tadinya gua mau tanya langsung, tapi. . . Ah sudahlah"

"Yaudah gua turun ya"

"Oke Syif makasih ya"

"Iya sama-sama. Hati-hati, konsentrasi lu. Awas lemes lagi dah ntar haha"

"Nggak kah koplak. Oke see you"

***

Dua minggu ini gua kepikiran terus sama omongannya Syifa. Antara percaya dan nggak, entahlah gua bingung.

Tanya. Nggak. Tanya. Nggak. Tanya. Nggak. Tanya. Nggak. Tanya. Nggak.

Elah, kok gue serasa lagi metikin kelopak bunga ya.

Daripada gua mikirin yang aneh-aneh dan gajelas terus-terusan, mending langsung gua tanya aja deh ke dia. Gua harus berani dan juga harus tabah sama apapun yang bakal dia bilang nanti.

Cuma 15 menit untuk sampe kerumahnya dan gua pun langsung liat udah ada dua mobil yang parkir. Yang satu mobil Dita, tapi satu lagi gua gak tau.

"Permisi. . . Permisi. . . Permisi. . ." Cukup lama gua nunggu akhirnya pintu pun dibuka. Waw! Ternyata Dita yang membukakan pintu, alangkah cantiknya dia ketika mengenakan kebaya. Eh kebaya? Iya kebaya.

"Eh Kamu Dim, maaf ya lama"

"Nggak kok baru aja. Ehiya lagi ada tamu ya?"

"Iya itu temennya papa aku. Dia rencananya mau stay di Indonesia buat beberapa hari, baru dateng dari Mesir"

Deg!

Jantung serasa berenti berdetak dan copot seketika itu juga. Lemes pun kembali menjalar dari ujung kaki sampe kepala. Dengan sekuat tenaga, akhirnya gua langsung nanya ke dia.

"Dit, itu keluarga jodoh lu?"

"Apa? Maksud kamu gimana?"

"Udah Dit jujur aja, itu keluarga jodoh lu bukan?"

"Iya Dim" Nada suaranya merendah. Dia jawab pertanyaan dari gua sambil nunduk.

"Kok bisa sih Dit. Lu tau gak kalo selama ini gua suka sama lu, dan terus semua perhatian yang udah gua kasih sia-sia gitu aja?"

"Iya Dim, aku tau, aku juga rasa. Tapi mau gimana lagi, aku gamau ngelawan kehendak orang tua aku. Aku gamau jadi anak durhaka, dan aku pengen Papa aku tenang disana. Jadi apapun kehendak orangtua, aku harus taat." Kata Dita sambil berkaca-kaca. Dia langsung ninggalin gua masuk kerumah, dan setelah lima menit akhirnya dia keluar lagi.

"Kenapa Dit?"

"Ayo ikut aku. Kita lanjut di taman aja, gak jauh kok"

"Oke"

Akhirnya gua jalan kaki ngikutin Dita dari belakang. Setelah sampe ditaman, kita langsung duduk berhadapan di kursi panjang yang ada ditaman dan tanpa buang waktu lebih banyak lagi, gua langsung mulai pembicaraan.

"Dit, terus gimana? Sekarang kita udah tau kalo kita suka sama suka. Apa gak bisa kita pacaran aja? Apa gak bisa kita kabur aja biar lu gak jadi pindah ke Mesir? Kita kan tinggal nunggu lulus aja." Entahlah ide darimana, seketika itu pula niat jahat serasa menyerbu otak gua.

"Astagfirullah. Gak bisa! Lagipula percuma kalo kita kabur, kita mau kawin lari? Kamu sadar, aku itu butuh wali. Lagipula aku gabisa nikah tanpa restu dari orangtua. Aku kecewa sama Kamu. Aku kira kamu orang baik, tapi nggak, ternyata kamu sama aja kaya orang jahat yang bisa ngehalalin segala cara!"

"Tapi Dit. ."

"Cukup! Aku mau pulang! Dan inget, aku bakal tetep lanjutin perjodohan ini! Kamu jangan berpikiran kalo aku bakal ikutin cara jahat kamu! Dan ya, satu lagi. Gausah hubungin aku lagi! Assalamualaikum"

Baru kali ini gua liat Dita marah, tatapan matanya yang tajem gak sanggup gua liat. Gua malu banget sama Dita dan diri gua sendiri. Gua kecewa sama diri gua sendiri. Gua egois!

Sekarang gua gatau apa yang harus gua lakuin. Mungkin hanya Tuhan yang bisa nyelesain semua ini dan ngasih jalan terbaik untuk kedepannya.

Kamu. . .

Apa iya itu kamu?
Apa iya itu diri kamu yang sesungguhnya?
Aku tak mengenal dirimu saat ini. .

Bibir ku tak henti bergetar. . .
Kaki ku seketika melemah. . .
Mata ku hanya ingin tertutup. . .
Sungguh aku tak sanggup. . .

----------

Hoyhoyhoy... Aloha? Apakabar? Gimana episode kali ini banyak salahnya gak? *krikkrikkrik*

Ini udah mulai konflik nih, kira-kira gimana ya kelanjutannya? Pada penasaran? *krikkrikkrik*

Okelah, sekali lagi jangan lupa vote&komentar yaa. Dua hal itu ngebantu banget buat jalannya cerita ini. Yuk ah. Yukyakyuk!!!

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang