Mungkin hal pertama yang harus kuceritakan adalah mengapa aku bisa sampai terpikir untuk mendaftar menjadi penyiar radio.
Aku bukan tipe penyiar atau pembawa acara. Aku ini penulis, seniman kata. Terkadang aku melukis, tapi kemampuanku tidak seberapa, hanya sebagai hobi saja. Sampai tiga tahun yang lalu, aku nyaris menjadi seorang scientist. Karirku bicara di depan umum hanya sebatas berdebat selama setahun di prep school dan presentasi-presentasi ilmiah waktu kuliah dulu, tapi itu semua terlalu formal. Sedikitpun tidak mirip dengan pekerjaan seorang penyiar acara radio yang lebih santai.
Waktu itu aku baru pulang ke Mortonville dan sedang mencari pekerjaan untuk mengisi waktu sembari menunggu jawaban dari penerbit soal novelku. Sempat terpikir olehku untuk mencoba melamar ke majalah-majalah, tapi aku sudah hampir setahun bekerja di editorial majalah ketika baru keluar dari Bel-U sambil riset untuk novelku, dan aku benar-benar tidak tahan dengan rutinitas, masuk kantor jam delapan pagi dan pulang jam lima sore, dan terkadang harus lembur sampai tidak tidur menjelang deadline. Hampir tidak ada bedanya dengan kuliah. Aku ingin pekerjaan yang tidak monoton, jam kerja yang singkat, namun bayarannya cukup. Aku juga tidak ingin bekerja di Mortonville—aku suka kampung halamanku itu, tapi kota itu terlalu kecil dan membosankan, dan aku tidak ingin tinggal di rumah hanya untuk mendengar ibuku setiap hari mengomel dan meratapi masa depanku karena aku drop out dari Bel-U dan hanya bertindak sesukaku. Dan tahu-tahu Dales Tales membuka audisi penyiar di beberapa kota di sekitar West Dales, salah satunya Mortonville. Aku pun langsung mendaftar tanpa pikir panjang.
Maksudku, apa sih susahnya jadi penyiar? Hanya perlu datang menjelang waktu siaran, mengoceh sesuai script, lalu aku bisa langsung pulang. Aku juga tidak perlu bekerja seminggu penuh, hanya tiga sesi seminggu. Honornya juga lumayan untuk pekerjaan gampang seperti itu. Mengapa tidak?
Yang tidak kuperhatikan adalah acara seperti apa yang harus disiarkan.
Aku baru bangun lima menit sebelum audisi gara-gara salah menyetel alarm yang seharusnya p.m. menjadi a.m. sebelum tidur siang, padahal butuh waktu minimal setengah jam dari rumah ke stasiun radio lokal yang dipinjam untuk audisi. Begitu sampai, ternyata giliranku sudah lewat. LO audisi itu melihatku dengan tatapan aneh, tapi akhirnya ia mengizinkanku maju terakhir setelah peserta lain selesai.
Saat giliranku tiba, aku disodori sederetan e-mail berisi curhatan entah siapa yang baru saja putus cinta dan ingin mencoba bunuh diri.
Saat itu, barulah aku sadar bahwa ternyata Dales Tales sedang mencari penyiar untuk membawakan acara konsultasi cinta.
Aku terkejut. Wajahku pasti kelihatan aneh, aku tahu karena aku melihat para kru menahan tawa dari balik jendela yang memisahkan ruang siaran dan ruang operator. Sementara itu, kerutan di wajah si produser yang sebenarnya tampan tapi selalu cemberut tampak bertambah.
Tidak ada script atau petunjuk apapun. Aku benar-benar harus memikirkan solusinya sendiri. Spontan.
Satu lagi fakta tentang diriku, aku tidak punya pengalaman sama sekali soal cinta-cintaan. Jangankan pacaran, jatuh cinta pun tidak pernah.
Oke, memang pernah ada beberapa orang yang kuanggap ‘menarik’ dan membuatku membayangkan bagaimana jadinya kalau orang itu jadi pacarku, tapi tidak pernah cukup untuk membuatku benar-benar tertarik untuk mendekatinya. Dan tahu-tahu sekarang aku harus memberi solusi untuk masalah percintaan orang lain.
Aku benar-benar harus mencari pekerjaan lain.
Setelah beberapa saat aku terdiam sambil dipelototi oleh si produser, akhirnya aku memutuskan untuk jujur dan mengatakan apa yang benar-benar kupikirkan tentang masalah si pengirim e-mail.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please be Careful with My Heart
ChickLitKehidupan tidak pernah berjalan sebagaimana mestinya. Setelah drop out dari universitas top se-Glenoma, Charlene Finn iseng-iseng ikut audisi penyiar radio Dales Tales sambil menunggu kabar novel pertamanya dari penerbit. Audisinya kacau balau, tapi...