“William Colegate.”
Hening.
“A—Charlene. Charlene Finn. Mohon kerja samanya,” ujarku sambil tertawa canggung. Benar juga, kami belum pernah berkenalan secara resmi sebelumnya. Mengapa aku sampai terdiam seperti tadi? Kujabat tangan Produser Colegate yang terulur. Ini hanya perasaanku, atau memang dia menarik tangannya terlalu cepat? Rasanya seperti ada sehelai kain lembut yang jatuh melewati tanganku, tapi kain itu sudah jatuh ke lantai ketika aku mencoba menggenggamnya.
“Janet Oliver, manager divisi human resource. Salam kenal, Miss Finn!” kali ini giliran Manajer Oliver yang memperkenalkan diri.
“Charlene,” kubalas senyumannya.
Produser Colegate duduk di sofa kulit di sudut kiri ruang kerjanya itu. Sofa-sofa itu disusun mengelilingi meja kopi dari kayu yang dicat hitam polos. Furnitur lain seperti meja kerja dan rak-rak buku juga tampak senada, sederhana namun elegan. Manajer Oliver duduk di sisi lain meja kopi tadi setelah mempersilakanku untuk duduk juga.
Setelah sedikit basa-basi—hanya Manajer Oliver yang berbicara, tentunya—aku disodori sebuah map berisi kontrak kerja yang hanya kubolak-balik sekilas. Aku terlalu malas mencerna deretan kata yang sebenarnya tidak lebih dari sekedar formalitas itu. Lagipula selagi aku membaca, Manajer Oliver menjelaskan semuanya. Jadi ceritanya kontrak ini hanya untuk percobaan tiga bulan pertama, dimulai dari minggu depan. Selama tiga bulan itu aku juga bisa mengikuti semacam pelatihan untuk penyiar yang biasa diadakan Dales Tales beberapa bulan sekali. Jadwal siaranku hanya tiga kali seminggu selama empat puluh lima menit, Selasa dan Kamis malam serta Sabtu sore. Honorku juga tidak terlalu besar, mungkin karena statusku masih semacam trainee.
“Bagaimana, Miss Finn? Atau mungkin ada yang ingin ditanyakan?” Manajer Oliver mengakhiri penjelasannya.
Aku tidak langsung menjawab. Jujur saja, aku benar-benar ingin menolak. Waktu itu aku mendaftar hanya karena pekerjaannya terlihat gampang dan aku jadi punya alasan untuk meninggalkan Mortonville. Toh aku tidak benar-benar butuh pekerjaan. Aku masih rutin menulis untuk majalah-majalah dan kalau aku masih tinggal di rumah, itu lebih dari cukup sampai penerbit menghubungiku soal novelku nanti. Ditambah lagi ini acara konsultasi cinta! Salah satu bentuk penipuan terbesar terhadap orang-orang naïf di luar sana! Yang kutahu soal cinta hanya sebatas cerita-cerita romance yang ditulis oleh orang-orang yang tentunya naïf dan delusional. Bahkan produsernya sendiri pun terang-terangan bilang kalau aku tida cocok untuk pekerjaan ini!
Sialnya aku tidak mungkin menarik kata-kataku pada Siegfried Larson tadi.
Kuharap orang itu tidak pernah muncul di hadapanku lagi dan membuatku melakukan hal-hal bodoh lainnya.
Dalam diam aku mencuri pandang ke arah Profesor Colegate. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa-apa, tapi aku bisa merasakan bahwa dia terus mengawasiku. Aku benar-benar tidak bisa menebak pikirannya yang ia sembunyikan di balik poker face itu. Aku tidak habis pikir, kenapa tiba-tiba aku bisa lulus audisi? Dari perkataannya waktu audisi, aku yakin sekali dia pasti langsung mencoret namaku, tapi di depan Siegfreid tadi ia tampak begitu yakin aku tidak akan mengacaukan acaranya.
Entah apa yang dia pikirkan, tapi dia pasti merencanakan sesuatu.
“…Ada yang ingin kutanyakan,” ujarku ragu-ragu, “Kenapa… Kenapa aku bisa lulus audisi?”
“Ah, kalau yang satu itu, tentunya Produser Colegate dan para kru punya pertimbangan sendiri, bukankah begitu, Mr. Colegate?” Manajer Oliver menoleh ke arah si produser.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk menatap pria itu langsung. Dia belum menjawab sementara aku sekali lagi gagal menebak isi pikirannya dari sorot matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please be Careful with My Heart
ChickLitKehidupan tidak pernah berjalan sebagaimana mestinya. Setelah drop out dari universitas top se-Glenoma, Charlene Finn iseng-iseng ikut audisi penyiar radio Dales Tales sambil menunggu kabar novel pertamanya dari penerbit. Audisinya kacau balau, tapi...