15.21
Le Palais, West Dales, Glenoma
Ketika Peeps bilang bahwa apartemennya dekat, kupikir jaraknya sekitar sepuluh sampai lima belas menit jika ditempuh dengan mobil. Aku salah. Sepuluh sampai lima belas menit itu mungkin waktu tempuh dengan pesawat jet.
“TIdak sejauh itu kok! Jalan pulangnya memang memutar, tapi kalau kau naik bus dari apartemen ke kantor Dales Tales, hanya perlu dua puluh menit!” bela Peeps.
“Di Belystad, aku bisa pergi dari ujung kota yang satu ke ujung yang lain hanya dalam lima belas menit.”
“Tapi globular hanya ada di Belystad. Selamat datang di sisi gelap Glenoma, di mana kau hanya bisa bergantung pada kendaraan yang bergerak di atas tanah.”
“Sangat menakutkan, Peeps, terima kasih.”
Setelah entah berapa lama di jalanan West Dales, akhirnya kami berhenti di depan apartemen Peeps. Aku jarang-jarang datang ke West Dales dan ini pertama kalinya aku datang ke daerah ini. Ketika Peeps bilang ‘apartemen’, aku langsung terbayang menara-menara setinggi minimal dua puluh lantai yang menganggu pemandangan seperti di Belystad. Sulit bagiku membayangkan gedung-gedung seperti itu berada di kota bernuansa kuno seperti di sini. Rupanya dugaanku meleset. Ternyata tingginya tidak sampai dua puluh lantai. Bahkan kelihatannya tidak lebih tinggi dibanding gedung milik Dales Tales. Alih-alin menjulang tinggi, gedungnya memanjang ke samping, masih dengan gaya klasik-romantik yang mewarnai seluruh kota. Tidak buruk.
Peeps menghentikan mobilnya di depan lobby. Petugas valet berseragam langsung membukakan pintu untuk kami. Ketika Peeps memberikan kunci mobilnya untuk diparkirkan, petugas itu membisikkan sesuatu padanya.
“Ada apa, Peeps?”
“Ah, tidak... Tidak apa-apa,” ini hanya perasaanku saja atau Peeps terlihat agak... panik? “Jacques, nanti tolong antarkan barang-barang di bagasi ke apartemenku, ya! Char, um... Kau mau jalan-jalan dulu? Taman tengah di sini benar-benar bagus!”
Ada yang salah. Apa Peeps mendadak berubah pikiran?
“Sebenarnya aku baru ingat... Apartemenku sangat berantakan waktu kutinggal tadi, jadi aku ingin beres-beres sebentar. Tidak apa-apa kan, Char? Sebentar saja, kok! Nanti aku turun lagi setelah semuanya beres.”
“Uh... Oke.”
Aku hampir yakin seratus persen Peeps menyembunyikan sesuatu. Kurasa ada hbungannya dengan yang dibisikkan si petugas valet. Tapi tak ada gunanya aku ngotot. Toh itu urusannya. Aku tidak berhak ikut campur. Untuk apa mempersulit keadaan?
“Terima kasih, Char! Tunggu sebentar, ya!”
Peeps tiba-tiba memelukku erat sebelum melesat ke dalam lobby. Aku terbengong-bengong sesaat, terkejut. Entah apa yang terjadi.
“Miss Finn?”
Panggilan dari si petugas membuatku tersentak. Dia tahu namaku... Ah, mungkin Peeps sempat memberitahunya, “Iya, ada apa?”
“Jika Anda ingin melihat taman tengah Le Palais, letaknya ada di ujung lorong di samping meja resepsionis.”
“Ah! Benar, taman tengah. Aku ke sana saja. Terima kasih.”
“Terima kasih kembali. Selamat dating di Le Palais!”
Aku mengangguk kepada si petugas valet, lalu menyusul Peeps ke dalam lobby. Aku berjalan secepat mungkin ke arah yang ditunjukkan petugas valet tadi agar tidak perlu berurusan dengan resepsionis.
Tidak sulit menemukan lorong menuju taman yang disebut Peeps tadi. Dan tempatnya memang indah. Bentuknya melingkar dikeliling paviliun yang tampaknya terdiri atas unit-unit apartemen. Ada kolam yang cukup besar di satu sisi, dilengkapi jalan setapak menuju semacam pulau kecil di tengah kolam. Di atas pulau kecil itu ada tiga bangku putih dengan satu meja bundar di tengahnya. Aku berani bertaruh ada penghuni apartemen yang terlalu malas mengajak pacarnya keluar dan malah candle-lit dinner di tengah kolam itu. Di sisi yang lain, aku melihat sebuah coffee bar di lantai dasar salah satu pavilion yang menghadap langsung ke taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please be Careful with My Heart
ChickLitKehidupan tidak pernah berjalan sebagaimana mestinya. Setelah drop out dari universitas top se-Glenoma, Charlene Finn iseng-iseng ikut audisi penyiar radio Dales Tales sambil menunggu kabar novel pertamanya dari penerbit. Audisinya kacau balau, tapi...