Nafasku tercekat saat aku melihat matahari yang menembus tirai tipis dari jendelaku. Ah ini hanya mimpi. Aku bahkan kesusahan bernafas. Aku tertidur hampir empat jam dan ini sudah hampir pukul satu siang. Aku berjalan gontai menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Aku harus melupakan mimpi itu.
Deringan ponselku membuatku mengerjap, aku mengeringkan wajahku dengan handuk kecil lalu kemudian bergegas melihat siapa yang menelpon. Nama Ethan muncul disana. Entah kenapa wajahku terasa panas, untunglah Ethan tidak berada disini. Karena jika ya, ia akan melihat wajahku merah padam.
"Aku menelpon kerumah dan ibumu mengatakan kau tidur pulas sekali" ujar Ethan dari seberang sana.
Aku memijit sedikit keningku "Ya, aku tidak bisa tidur semalaman ?"
"Aku tahu, aku merasakan hal yang sama"
Ethan menghela nafas.
"Ada apa Ethan ?"
"Kiarra aku harap kau beristirahat cukup, jangan pikirkan pernikahan. Kita akan mengundur jika kau mau"
"Bukan itu, Ethan"
"aku memang mencintaimu, namun jika hal itu menyiksamu maka aku akan mundur. Kau tahu, kau memiliki pilihan Kiarra" jelas Ethan, aku menelan ludah.
Seketika obrolan kami menjadi hening. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
"aku sudah memilih, Ethan" jawabku kemudian. Ethan masih diam, lalu kemudian aku mendengarnya kembali menghela nafas "aku menjemputmu pukul empat. Apakah kau bisa ?"
"Ya. aku bisa"
*
Apa arti mimpi buruk itu ?
Aku masih membayangkan Rama yang hampir saja menangis saat gadis itu menariknya menjauhiku. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Siapa gadis dalam mimpiku ?
"Kiarra... ada Rama diluar"
Deg...
Aku terpaku dengan kalimat ibuku yang tiba-tiba saja sudah berada di pintu kamarku. Aku mengangguk dengan cepat dan berjalan keluar dengan baju rumahan yang sudah pasti terlihat buruk. Aku tidak peduli. Lagipula Rama sudah mengenalku selama lima tahun dan dia sudah tahu baik buruknya.
Aku menegang sesaat ketika aku melihat bahu tegaknya sedang berdiri diruang tamu. Ibuku berjalan mendekatiku, "Ibu ada arisan, jaga rumah baik-baik Kiarra"
Sepertinya ibu sengaja pergi agar aku bisa berbicara dengan leluasa dengan Rama. Rama tersenyum samar kearah ibuku yang melangkah keluar.
Rama menatapku, baru kali ini tatapannya mampu membuatku gugup. Aku menelan ludah secara paksa karena kerongkonganku terasa kering, tak bisa bicara.
"Apa kabarmu, Kiarra ?"
Aku mendongak, menatap tubuhnya yang tinggi menjulang didepanku. Senyumnya samar. Ya, pria itu terlihat berusaha tersenyum didepanku, namun aku tahu senyumnya tidak sampai ke matanya. "aku baik" jawabku dengan suara serak. "bagaimana keadaanmu ?"
"tidak pernah merasa lebih baik sejak kau meninggalkanku"
Jawabannya mampu membuatku merasa ditelanjangi.
Rama menatapku sedih, aku bisa merasakan betapa pedih hatinya saat mengatakan hal itu. aku jahat. Ya, sampai detik ini aku masih berpikir bahwa aku jahat padanya.
Hubungan kami baik-baik saja dan aku meninggalkannya karena laki-laki lain – meskipun itu semua bukan keinginanku.
"Aku mencintaimu, Kiarra" suara Rama setengah berbisik, seolah sudah tidak ada tenaga untuk mengeluarkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Ethan
Romance"Oh Tuhan. Apakah itu seorang malaikat ? Rambut perunggunya, punggung kecoklatannya, cetakan V-Line pada pinggulnya... Oh!" Dua puluh dua tahun. Kurasa usiaku masih sangat muda untuk dikatakan sebagai seorang 'istri'. Tidak. Aku bahkan baru memulai...