Bagian 5

138 3 2
                                    


 Sebelum pesanan datang, Leonel pergi sebentar ke toilet sedangkan Artha termenung menatap hamparan sawah yang ada disampingnya. Angin yang berhembus menerpa lembut rambutnya. 

 '' are you okay? '' Leonel mendapati Artha sedang melamun.

 Artha kemudian melihat ke arahnya '' sebenarnya urusan kita sudah selesai kan?'' ungkit Artha. 

Leonel menarik dan memajukan kursinya lebih dekat ke meja , Leonel menggeleng '' belum '' kemudian ia mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya yang ia taruh dibawah kursi. Artha sempat melongok sedikit penasaran. 

Leonel mengambil amplop cokelat '' kau melupakan ini '' ia meletakan diatas meja. Artha lekas mendorong mengembalikan uangnya '' why? Aku tidak bisa menerima ini.. Aku tidak berbuat apapun denganmu'' Leonel tersenyum '' kumohon ambil lah, kan Austin temanku sudah membuat perjanjian dengan Rena untuk ini semua, dan setidaknya kau bisa membagi beberrapa persen dengan Rena? Dia pasti akan menanyaimu tentang hasilnya'' jelas Leonel panjang lebar. 

Hal itu sama sekali tak terfikirkan oleh Artha. Ia terdiam sesaat. Dia juga butuh uang untuk Brenda. '' sebenarnya aku butuh uang itu, tapi...'' kata kata Artha terhenti.

 Leonel mengerutkan alisnya ''tapi aku hampir saja menjual diri hanya untuk uang itu, aku merasa tidak bisa menerimanya'' Artha mencoba jujur, ia hanya merasa tak enak menerima uang sebanyak itu cuma cuma. Tapi ia juga tak mau harus menjual dirinya.. Disisi lain dia butuh uang. Leonel menopang dagunya. Ia nampak berfikir

 '' Permisi.. '' seorang pelayan mengantarkan pesanan kami. '' Jus Tomat, Jus Markisa, bebek betutu , Nasi goreng bebek pedas.. 

Silahkan '' pelayan itu menata sajiannya diatas meja. 

 '' terimakasih '' jawab keduanya serempak. Artha menyedot Jus Tomatnya.

 '' begini saja, kau terima uang itu tapi kau harus bekerja untukku'' kata Leonel. Mendegngar itu Artha tersedak dan batuk-batuk. Hiungnya terasa panas. Dengan spontan Leonel mengambilan tissue untuknya

 '' hey hati-hati kalau minum'' ujar Leonel. '' Uhuk..Uhuk.. Be bekerja apa?? Kau mau aku memenuhi perjanjian pertama? '' tanya Artha dengan terbata-bata. 

Leonel mengibaskan tangannya '' no no no... Lupakan soal itu,, aku butuh asisten selama aku keliling Bali dan Lombok.. Aku akan membuat dokumentasi perjalanan wisata di sini untuk sebuah majalah di Inggris.. Bagaimana? That is my Job and I need you to helping my Job..'' jelasnya. 

Tanpa berfikir panjang Artha mengiyakan tawaran Leonel. '' oh iya Artha, setelah ini kau bisa kan menemaniku nonton Tari Kecak? '' pinta Leonel. 

 '' apa aku sudah mulai bekerja hari ini? '' tanya Artha lalu kembali menunduk menyantap makanannya. 

 '' oh tidak.. Ini hanya untuk jalan-jalan saja sudah lama aku tidak lihat tari Kecak '' jawab Leonel. '' sepertinya kau sering ya ke Indonesia..?'' Artha mengelap mulutnya dengan tissue.

 ''Ya begitulah.. '' suasana malam di Bali memang tak menentu, beberapa tempat namak sangat sepi namun jangan tanya jika sudah mendekati tempat wisata atau hiburannya. Tak ada kata sepi selama 24 jam.

 Sepanjang Jalan Artha banyak mengobrol dengan Leonel yang ternyata punya saudara laki-laki dan 2 saudara perempuan. 

'' ya saudaraku punya kesibukan masing-masing, mereka di London dan di Southtampton , lalu saudara laki-laki ku dia menjadi Cheff disalah satu Hotel di Paris, '' ceritanya dan ia nampak bersemangat .

 Artha juga banyak menceritakan tentang keluarganya di Bandung, kebetulan Leonel pernah mengunjungi Bandung sekali. 

 '' aku suka Bandung, apalagi kalau hujan, enaknya makan kue cu.. Cu apa ya??? Aku lupa.. '' Leonel mencoba mengingat ingat. 

Spring in ClovellyWhere stories live. Discover now