Chapter 3

16 0 1
                                    

Tugas terjemahan membuat Dinda harus berkonsentrasi mengerjakannya, yah dia paling gak suka sama tugas terjemahan karena capek musti buka-buka kamus belum lagi kalau kata-kata yang dicari adalah istilah yang tidak ada di kamus umum tapi baru nongol di kamus khusus. Keseriusan Dinda mengerjakan tugas terjemahan membuat dia tak menggubris bahkan mungkin tidak mendengar saat bel rumahnya berdering berkali-kali. "Din ......buka pintunya dong, ada tamu tuh, teriak ibunya dari dapur pada Dinda yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya di ruang keluarga. " Iya...iya, Dinda sudah tahu kok bu, jawab Dinda sambil berdiri dan melenggang ke ruang tamu. "Assalamu'alaikum, seorang cowok menyampaikan salam saat pintu rumah dibuka oleh pemiliknya. "Wa'alaikum salam.........., " jawab Dinda dengan pandangan yang sedikit agak kaget. "Apa kabar adik kecil, nih coklat kesukaanmu, cowok tersebut langsung mengulurkan bingkisan coklat begitu tahu Dinda yang membuka pintu. "Em....em....maaf....siapa ya?" tanya Dinda dengan tangan yang masih memegang coklat yang diberikan oleh tamu tersebut. " Wah....adik kecil yang manis rupanya lupa ya sama aku, " kata tamu yang ternyata seorang pemuda seusia Bayu itu. Dinda masih mencoba mengingat-ingat siapa pemuda tampan yang sekarang berdiri di depannya yang mengulurkan sebungkus coklat dengan hiasan pita berwarna hijau itu. 

Untuk beberapa saat pemuda dan gadis ini masih saling bertatapan tanpa berbicara. Seolah mesin waktu membawa mereka berdua menyusuri lorong-lorong peristiwa masa lalu. "Ndul...ini Bagas, emang kamu ndak ngenali wajahnya to," jelas Bayu pada Dinda yang gelagapan saat kakaknya tiba-tiba datang di antara mereka. "Eh...ah...maaf..maaf aku lupa, " jawab Dinda lirih sambil beringsut dan meninggalkan mereka berdua, Bayu dan Bagas. " Tapi sekarang sudah ingat kok...,"  Dinda berkata sambil berlari kecil dan tersipu-sipu.

"Ndul buatkan minum dong buat Bagas, please?" pinta Bayu pada Dinda yang disambut dengan anggukan. "Siapa Din tamunya? Tanya ibu Dinda sambil melap tangannya yang basah karena selesai membereskan pekerjaan dapur." Eng....anu bu, mas Bagas, jelas Dinda. "Bagas yang mana? Seingat ibu, teman mas-mu yang namanya Bagas kan ada dua. "Yang itu tuh lho bu, yang hitam manis dan agak jahil itu lho." jawab Dinda sambil memindahkan dua cangkir kopi dan sepiring pisang goreng hangat ke nampan. 

Ibu Dinda yang baru selesai membenahi dapur menyempatkan melihat ke ruang tamu untuk sekedar menyapa dan menyambut teman Bayu tersebut. Bagas segera bangkit dan memberi salam pada Ibu Bayu saat melihat wanita setengah baya itu mendatangi mereka. "Assalamualaikum ibu, bagaimana kabarnya? masih ingat kah dengan saya?" sapa Bagas sambil menanyakan kondisi ibu Bayu dan mencoba mengurai ingatan wanita setengah baya ini. " Wah...tamu jauh ini? apa kabarnya Bagas? Bapak dan ibu sehat kan?," ibu Bayu menyambut Bagas dengan keramahan yang didampingi Dinda disampingnya. Gadis manis itu masih saja mengingat-ingat tentang Bagaskara sambil sesekali melirik wajah ganteng Bagas. Begitu juga Bagas yang terlihat begitu terpesona dengan keluguan Dinda. Bagas yang sekarang bagi Dinda sangat berbeda dengan Bagas yang dulu suka menggodanya. 

*****

#Kisah cinta adalah sebuah kisah yang tak pernah lelah dan basi untuk ditulis 

Yuk vote kisah ini sehabis menbaca.....thanks a lot.

Aku Cinta Kamu Where stories live. Discover now