Dinda sedang bersiap-siap untuk pergi bersama ibunya. Dua hari lagi sahabatnya Yanti akan berulang tahun, dipakainya busana casual, t-shirt warna putih dengan tulisan I Love You dipadukan dengan celana jeans dengan model standard. Dinda tidak begitu suka berdanda menor, sehari-hari dia hanya memakai lipstik yang warnanya lembut serta memakai busana yang casual yang memudahkan dia beraktifitas. "Duh...kok papah belum datang ya? nanti bisa kemalaman nih pulangnya...," kata Dinda sambil mondar mandir di teras menunggu papahnya datang. Tiba-tiba telepon rumah Dinda berbunyi yang dengan setengah berlari Dinda mengangkatnya, " Pah...kok belum pulang sih...Dinda belum beli kado buat Yanti nih," rengek Dinda dengan manja. "Assalamualaikum....salam dulu lah kok marah-marahnya yang diduluin. Sayang...papah mohon maaf, ini ada audit internal mendadak dan papah harus menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan. Papah mungkin juga pulang agak malam sayang, makanya papah telepon karena kuatir nanti kamu dan ibu kelamaan nungguin papah. Dinda sama ibu perginya naik grab aja lah, assalamualaikum." "Waalaikumussalam, tapi pah....," ih papah nih belum selesai Dinda ngomong dah ditutup teleponnya.
" Piye nduk? (bagaimana nak?).....apa kata papahmu," tanya ibu Dinda sambil merapikan hijabnya dan siap berangkat. " Papah ada audit internal di kantornya, jadi gak bisa pulang cepet bu, kita diminta naik grab aja," Dinda menjelaskan sambil wajahnya nampak kecewa. "Ibu dan Dinda bisa nebeng Bagas deh, ntar pulangnya aja nge-grab," Bayu tiba-tiba nimbrung tanpa Dinda dan ibunya tahu kapan datangnya. Tak berapa lama Bagas juga masuk mengikuti Bayu dan mengiyakan perkataan Bayu. " Iya bu, mari saya antar nanti pulangnya pun akan saya antar balik, " pinta Bagas. "Piye iki penake? (bagaimana ini enaknya?)....,"ibu Dinda meminta pendapat Dinda sambil memandangi wajah Dinda yang masih mendung. "Udah deh buruan berangkat ntar kemalaman dijalan dan tokonya tutup, gak dapat apa-apa lho," pinta Bayu pada ibunya dan Dinda.
Dinda duduk di depan bersama Bagas, ada rasa yang tidak biasa akhir-akhir ini bila berdua bersama Bagas. "Ah...mungkin aku aja yang ge er, mas Bagas kan emang dari dulu suka usil, dari dulu juga saat jaman SMA kabarnya sudah banyak yang suka sama dia," bisik Dinda dalam hati. Dan begitulah rasa yang tidak biasa itu akhirnya dibiasakan Dinda demi bisa membeli kado buat sahabatnya Yanti yang esok lusa berulang tahun. "Din...kalau kita mampir dulu beli soto ayam bagaimana?"tanya Bagas pada Dinda sambil melirik Dinda dengan sayang. Dinda tidak menjawab pertanyaan Bagas namun hanya balas melirik Bagas dengan ragu-ragu karena pasti tak akan sanggup menahan tatapan Bagas yang tajam bagai elang. Darahnya semakin berdesir saat tanpa sengaja tangan Dinda bersentuhan dengan dengan tangan Bagas, " ah...maaf aku mau ambil tissue," kata Dinda sambil berusaha menarik tangannya namun Bagas lebih dulu meraih tangan Dinda dan menggenggamnya erat. Dinda berusaha menarik perlahan tangannya dari genggaman Bagas namun Bagas malah semakin erat menggenggamnya. "Bu...mas Bagas nih...mulai usil," kata Dinda sambil menoleh ke belakang namun tak menemukan ibunya di jok belakang. Dinda lupa kalau ibunya minta diturunkan di rumah bulek Tanti untuk membicarakan suatu hal penting. "Hm......ibu lagi gak ada sayang, ibu kan di rumah tantemu, siapa tadi Bu...lek..Tanti," ejek Bagas pada Dinda. Dinda hanya menunduk dan pasrah saat Bagas semakin menikmati menggenggang tangan Dinda dan baru dilepas saat akan menyalip mobil di depannya. Malam itu hati Dinda kacau balau, sebagian hatinya berbunga-bunga, sebagian bergetar-getar namun sebagian lagi ragu-ragu, semuanya campur aduk berdesak-desakan memenuhi hati dan perasaannya. Ingin dijalinnya sesuai kata hatinya namun tak sanggup jua dia memintal semua rasa yang membuncah karena sentuhan asmara atau apalah namanya. Diamnya Dinda adalah berkecamuknya hati dan pikiran yang membuatnya seolah kehabisan kata-kata untuk diutarakan.
Maaf yes...2 hari ndak sempet 'publish' kisah si Dinda, sebab musti membelah diri nih mengerjakan kewajiban lainnya, but still i will be back for all of you with the next story...
Jangan lupa vote ya usai baca kisahnya.

YOU ARE READING
Aku Cinta Kamu
RomanceAku Cinta Kamu Jendela kamar yang dicat merah jambu itu sedikit terbuka. Lamat-lamat dari balik jendela itu terdengar suara musik klasik karya Beethoven mengalun dengan lembut. Di bawah jendela tampak sebentuk taman yang tertata rapi dengan beberapa...