11: Mengirimmu Sekantong Tisu Toilet

875 42 1
                                        


"Bai Luo Yin"

Bai Luo Yin memutar kepalanya dan melihat Dong Na, kakak kelasnya. Dia tersenyum lembut seperti bunga, langkah kakinya membentuk angka delapan, berjalan bolak-balik didepan ruang 27 sambil mengawasi orang didalam kelas itu.

"ada yang ingin aku tanyakan."

Bai Luo Yin melihat sekilas, "apa?"

"siapa laki-laki tampan dikelas mu yang duduk dua baris dari belakang?"

"ada lebih dari satu orang yang duduk dua bari dari belakang, mana aku tahu yang mana yang kau maksud."

Dong Na melihat dengan hati-hati lalu mendekat ketelinga Bai Luo Yin dan ebrbisik, "laki-laki tampan yang selalu menggunakan kemeja kotak-kotak dan sering mendengarkan musik dengan earphone. Semua gadis di kelasku juga berpikir kalau dia sangat keren."

Bai Luo Yin sebenarnya tahu siapa yang dimaksud Dong Na, tapi dia tidak pernah berpikir tentang ciri-ciri yang disebutkan tadi sebelumnya. Dia hanya ingat laci yang penuh tisu bekas.

"menurutmu kalau aku mengejarnya, apa dia akan menerimaku? lihat, aku cantik tidak? apa aku punya kesempatan?"

Bai Luo Yin ingin pulang dan makan secepat mungkin, jadi dia menjawab dengan cepat, "ya, tentu."

"benarkah?" Dong Na menarik-narik Bai Luo Yinm "lalu katakan padaku apa yang dia suka? aku lihat kalian selalu bersama setiap hari."

Bai Luo Yin melepaskan tangan Dong Na, mengatakan sejujurnya, "kau hanya perlu memberikannya sekantong besar tisu toilet. Ingat bukan satu rol tapi satu kantong besar."

Setelah selesai bicara, Bai Luo Yin segera melangkah menuju tangga. Dong Na berteriak dari belakang, "kantong dengan isi 12 rol atau 10 rol?"

Bai Luo Yin sudah menuruni tangga. Yang Meng bersemangat mengejar Bai Luo Yin dari belakang dan merangkul bahu Bai Luo Yin dengan riang.

"hari ini kelas kami mengadakan voting gadis tercantik dikelas. Hasilnya ada lima siswa perempuan yang mendapatkan jumlah voting yang sama dan semuanya memang cantik. Menurutku gadis tercantik adalah gadis yang punya tahi lalat di sudut mata kirinya."

Tatapan tajam Bai Luo Yin ini terus mengikuti celah-celah dinding batu bata merah.

Yang Meng mendorongnya dengan satu tangan, "apa kau mendengarku?"

"iya, kau bilang nenekmu membeli satu pon buah persik."

Yang Meng menepuk dahinya sendiri karena putus asa dengan omong kosong Bai Luo Yin yang masih memiliki ekspresi kosong diwajahnya, dengan ragu dia bertanya, "apa kau memikirkan Shi Hui?".

Are You Addicted ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang