16 Januari 2008

7.6K 713 119
                                    

When I was young
I never needed anyone
(Eric Carmen - All By Myself)

***

Namaku Remi dan aku adalah gadis paling slebor sekomplek perumahan (karena menulis 'sedunia' akan hiperbolis). Tidak, aku bahkan tidak pantas menyebut diriku seorang gadis. Anak bengal, begundal culun, alien terkucil; barangkali tiga sebutan tersebut lebih tepat.

Yang paling penting, kamu tahu namaku dan tidak akan bertanya-tanya lagi siapa pemilik diari ini.

Keputusanku menulis diari (lagi) agak tidak terekspektasi. Terakhir kali aku menulis diari adalah pada bulan pertama aku masuk sekolah menengah atas. Lima lembar terakhir hanya tertulis 'INGIN MATI' berulang kali. Masih ada sedikit cipratan darah ketika dengan konyolnya aku mau mengiris pergelangan tanganku tetapi terlalu pengecut untuk melakukannya. Ya, aku tidak bangga. Jangan melihatku dengan tatapan itu, Para Pembaca dan Remi Masa Depan.

Kembali ke tujuanku menulis buku harian (lagi).

Tadi malam, aku bermimpi seram. Umurku lima puluhan tahun (sepertinya) dan aku hidup sendirian di dalam rumah kusam yang terlantar. Aku tidak menemukan orangtuaku, kakakku, juga adik-adikku. Aku punya banyak kucing tetapi tidak ada yang mau kupangku. Mereka hanya mendatangiku untuk minta makan dan melengos kabur selepas kenyang. Anak-anak kecil melempari rumahku dengan batu sambil melontarkan ejekan dan cekikikan. Ibu-ibu rumah tangga saling berbisik dalam gosip acap kali melewati rumahku. Tidak ada telepon di dalam rumah, lagi pula siapa yang mau kuhubungi? Apa aku punya kawan atau kerabat? Yang jelas, tidak siapa pun terpikirkan olehku.

Ketika aku melihat pantulan diriku pada kaca, aku nyaris menjerit (tidak benar-benar menjerit, sih, karena aku sedang tidur). Helai-helai rambutku putih semua, pakaianku lusuh compang-camping, dan kulitku kusut berkeriput.

Paling parah dari itu semua, aku menikmati ketuaanku sendirian.

Aku pun terbangun, seketika menangis.

Saat ini, pada usiaku yang keenam belas, aku santai-santai saja dengan kondisiku yang tak berkawan tak berlawan. Aku punya televisi dan novel untuk menemaniku. Stok mereka seakan tanpa akhir: tayangan-tayangan mutakhir dan cetakan-cetakan baru. Namun ... bila empat puluhan tahun kemudian aku masih begini, sungguh gawat.

Kuingat pakar psikoanalisis bernama Sigmund Freud pernah bercerita, dalam satu bab karyanya yang berjudul Anxiety, seorang bocah memiliki ketakutan terhadap gelap kecuali ketika sang bibi berbicara kepadanya. Bocah itu pun bertutur, "Ketika seseorang berbicara, sekitarku menjadi lebih terang."

Kurasa aku serupa dengan si bocah anonim itu: membutuhkan seseorang untuk diajak bicara dan melepas kesendirian.

Lalu aku sadari aku memang harus ... berubah. Sebelum semuanya terlambat.

Resilience: Remi's Rebellion (Novel - Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang