ke enam

11.7K 452 94
                                    

Satu jam yang lalu semua anggota keluargaku beserta rekan kerja mama dan papa serta teman teman kak Felly telah menunggu kak Felly di rumah sakit. Mungkin mereka semua sangat merindukannya, akupun juga. Tapi sesuai rencana, aku memang minta ijin ke semua orang kalau aku tak mau ikut ke rumah sakit. Alasanku karna aku takut darah, dan alasan itu pula yang aku pakai agar ginjalku tak aku donorkan kepada kak Felly.
Dan saat ini, aku sedang menulis surat untuk semua orang yang aku cintai dengan tulus. Karena aku telah memiliki firasat bahwa nanti setelah kak Felly terbangun, aku tak mungkin ada di antara mereka.
Setelah semuanya telah kusiapkan, surat, boneka, diri, serta jiwaku, akhirnya aku memesan gojek. Karena kurang dari setengah jam lagi permainanku akan dimulai. Dan setelah gojek yang kupesan tiba, aku bergegas pergi tanpa berpamitan pada bi Sum.
^_^
Aku menuju ruangan yang bertulisan 'ruang operasi' ini melewati jalur kushus, sesuai dengan yang aku pesan kepada pegawai di sini. Di ruangan ini, yang aku lihat dan yang aku cium hanyalah sejenis gunting dan pisau. Setelah itu dokter perempuan itu memberikanku cairan, dan tak lama akupun tak sadarkan diri, dan mungkin inilah akhir hidupku.
^_^
"Felly.. Mama kangen nak sama kamu nak. Akhirnya kamu bangun juga! Selamat datang sayang di rumah ini lagi!" sorak mama kegirangan, dan terus terusan menciumi Felly yang baru saja sadar dari koma lamanya. Lantas Felly pun duduk di tempat tidurnya.
"Selamat ulang tahun juga ya sayang!!!" sahut papa yang tak kalah kegirangan. Karena hari sadarnya Felly sama dengan hari ulang tahunnya.
"Iya sayang selamat ulang tahun!!" ucap mama.
"Selamat ulang tahun ya Fel" ucap Fian.
"Selamat ulang tahun ya Fell!! Semoga makin dewasa ya!!" ucap om Bram sekeluarga, terlebih Marko yang sangat bahagia melihat kekasihnya telah sadar.
"Makasih semuanya... Oh iya, Febi mana ma? Hari ini dia juga ulang tahun kan ma?!" tanya Felly, yang masih melihat lihat semua orang yang sedang mengelilinginya dan yang memasang tampang bahagia.
"Oh iya ya... Bi Sum Febi mana ya? Coba panggilin dia ya.. Mungkin di kamar" perintah mama pada bibi Sum.
"Baik nya. Kelihatannya non Febi memang ada di kamarnya, karena sejak hari operasinya non Felly, dia tak keluar kamar sama sekali setahu saya " ucap bi Sum, lalu menuju ke kamar Febi. Di sana bi Sum tak menemukan sosok Febi di manapun, melainkan sepucuk surat dan juga boneka bear merah muda besar yang telah lama menduduki kamar Febi. Di ceknya sekali lagi oleh bi Sum seluruh isi kamar Febi, tapi tetap saja tak ada Febi di manapun. Akhirnya bi Sum keluar dan menuju ruang keluarganya dengan boneka besar itu dan sepucuk surat yang indah. Semua orang yang melihatnya tampak bingung karna tak ada Febi yang mengikutinya. Lalu, diberikannya semua barang itu ke tangan mama. Mama segera membuka surat itu. Dan membaca dengan keras agar seisi ruangan dapat mendengarnya.

dear semua orang yang sangat Febi sayangi dengan tulus

Hai kak Felly...
Gimana udah sembuh ya? Udah dong pastinya. Jangan sakit sakit lagi ya kak Fell. Soalnya kedua ginjal itu udah aku program kok, jadi ga bakal rusak. Dan mudah mudahan keduanya bisa ngebantu kamu buat wujudin semua mimpi mimpi kamu ya... Amin.

Mama...
Ma... Makasih ma... Mama sudah mencintai aku dengan semampu mama. Febi sendirilah ma yang tak bisa memanfaatkannya. Sumpah ma aku kangen banget sama mama. Sama pelukan mama. Sama ciuman yang mama berikan padaku sejak kecil. Ciuman terkahir kalinya aku masih sangat ingat ma. Waktu hari ulang tahunku yang ke sepuluh. Tapi aku tetap bersyukur kok ma, aku masih sempat menerima ciuman mama. Aku sadar kok ma aku ini boooodooohhh!!! Sesuai kan dengan kata kata mama. Aku terima ma.. Aku ga sepintar kak Felli dan juga kak Fian. Dan aku juga sangat ingat sama boneka bear pink yang mama berikan ke aku sewaktu kita masuk kelas satu. Itu bukti suport mama kan karna kita sudah mau sekolah. Makasih ma.
Aku sangat kangen ma dengan pelukan hangat, lembut dan tulus dari mama. Kecupan cinta mama. Kasih yang tak terbagikan kepada ketiganya. Aku sangat kangen ma dengan itu semua. Aku iri ma, mama hanya mencium kak Felly dan kak Fian di setiap malamnya. Sangat iri ma.

Papa...
Pa makasih atas semua yang telah papa berikan ke Febi. Pa aku kangen sama pelukan papa dan ciuman papa yang papa beri setiap hari sebelum kami sekolah tiap paginya. Tapi semuanya itu hanya menjadi kenangan pa yang hanya bisa Febi rindukan. Papa selalu menggendongku di sebelah kanan dan kak Felly di sebelah kiri. Aku sadar pa saat ini aku udah besar. Tapi aku iri pa sama kakak kakak aku. Karena papa lebih sering berekreasi bersama anggota keluarga yang lain.

Kak Fian.
Kak... Makasih atas semuanya ya kak. Karena kritikan kritikan kakak Febi bisa menjadi sosok yang lebih kuat. Meskipun setiap malamnya Febi harus menahan maag yang selalu menyerang. Kak Fian harus lebih kuat dari Febi. Dan Febi tahu itu. Belajar yang lebih rajin ya kak, karena kakak sangat beruntung memiliki kedua orang tua yang sangat menyayangi kakak dengan tulus. Karena kakak pintar, sopan, ganteng, dan perfect deh pokoknya ga kaya Febi!

Kak Felly...
Hai kak Felly. Makasih kak, udah bisa bertahan jadi saudara kembarku yang sangat berbeda sifat ini selama hampir tujuh belas tahun. Sehat terus ya kak. Manfaatin kasih sayang yang di berikan berlebih oleh mama papa sama kakak. Terus berprestasi ya kak! Benar kata mama papa, tempat piala piala itu memang ga cocok kok buat Febi. Tapi harusnya buat kak Fian dan kak Felly!
Oh iya...
Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas tahun Kak Felly!!!! Udah genap sweet seventeen nih!! Udah tambah besar aja ya.. Ulang tahun yang sweet banget kata banyak orang, dan yang sangat Febi tunggu tunggu. Namun itu semua tak akan terjadi dalam hidup Febi. Selamanya.

Bi Sum..
Bi... Makasih banyak ya bi atas semua perhatian bibi, Pelukan bibi, ciuman bibi, kasih sayang bibi yang udah bibi berikan buat Febi! Meski selama hampir tujuh tahun Febi tak menerima kasih sayang yang tulus dari keluarga kandung Febi, namun Febi masih bersyukur kok. Tuhan mengutus bi Sum yang dengan tulus mau memberikan seluruh kasih sayangnya buat Febi.

Oh iya. ngomong ngomong Febi ini anak kandung mama papa bukan ya? Secara fisik mungkin tak mungkin terjawab, tapi Febi telah menyimpulkan di setiap tangisan Febi. Febi bukan anak kandung, secara perbuatan.

Jujur aja. Kedua ginjal Febi sudah hilang kok. Dan sekarang posisinya sudah berada di tubuh kak Felly. Kalau kak Felly ga mau sama ginjal anak bodoh ya udah gapapa, ganti aja dengan ginjal orang yang pintar, Febu ga keberatan kalo lagi lagi harus ditolak oleh saudara sendiri :) Mungkin ginjal Febi hanya berfungsi sementara buat Felly. Silahkan kak di ganti.
Aku melakukan semua ini memang tak ingin ada satupun orang yang mengetahuinya. Karna aku tak ingin semuanya mencintaiku karena kasihan atau berbelas kasih padaku, karena fisikku. Namun yang aku butuhkan hanyalah kasih sayang yang tulus dan iklas.

Febi hanya berharap. Semoga tak ada lagi yang mengalami pengalaman di dunia ini yang sama seperti Febi. Yang selalu merindukan kasih sayang setiap harinya dari keluarga.
Maaf juga semuanya kalo selama ini Febi sudah menjatuhkan nama baik keluarga kita, dan membuat kalian semua malu punya Febi :)
Tapi bagaimana pun perasaan kalian ke Febi, Febi selalu sayang mama, papa, kak Fian, dan kak Felly.

Salam rindu,
Anastasya Febi

Lebih Baik Aku Yang PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang