Author Note :
Tadinya ane mau buat Sasuke itu kena Sindrome Asperger, akan tetapi ternyata ane salah dengan itu sindrome. Jadi ane pilih Sasuke kena Tuna Grahita, Namun terlalu sayang kalau Sasuke benar- benar pengidap Tuna Grahita. Jadi ane tetapkan Sasuke mengidap sindrom/tuna versi ane *digeplak.
Ini hanya sebuah fiksi karangan. Jadi maklumi saja isinya. Kita bebas berekspresikan *mencibir.Mungkin lebih mendominasi Tuna Grahita hanya saja tidak keseluruhan, termasuk sifat serta fisik Sasuke yang normal. Disini Sasuke hanya bermasalah dengan kerja otaknya. Dan tubuhnya yang lemah
.
.
.
"Aku ingin punya Ayah dan Ibu Hanami-san, juga seorang Kakak dan adik. Aku ingin punya keluarga bahagia seperti yang Hanami-san katakan."Sorot matanya terlihat kalut, memandangi manusia-manusia yang berlalu lalang didepan sana. Ia berdiri di depan pagar sebuah panti asuhan. Memperhatikan keluarga kecil yang saling berpelukan, bermain bersama bergandengan tangan. Dirinya yang sudah berusia 13 tahun kini masih meratapi diri, atas penguncilan orang-orang terhadapnya. Menganggapnya seperti orang yang memiliki penyakit menular yang memang patut untuk dihindari. Mencercanya di setiap kesempatan yang mereka miliki.
Sasuke Uchiha menatap langit kelabu yang mulai merintikkan tetes demi tetes air. Membasahi wajah serta rambut ravennya juga tubuh berkulit putihnya yang terdapat beberapa luka lebam.
"Hanami-san aku menginginkan itu."
Ia menutup mata, meresapi tiap tetesan air hujan yang menerpa kulit tubuhnya.
..
..
..
Naruto © Masashi KishimotoChara : Uchiha Sasuke dan (Uzumaki) Namikaze Naruto
Warning : Kemungkinan cerita ini akan berakhir ke BoysLove dan jika itu terjadi jelas ane akan gunakan pair (Sasunaru), jika tidak maka mereka akan tetap jadi Saudara.
Ok stand by
.
.
.
Sasuke menatap pintu kamar adiknya yang tertutup rapat. Si pirang mengunci pintunya dari dalam.Sakura sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu. Meninggalkannya dalam keheningan. Sasuke tidak begitu yakin dengan perasaanya. Kenapa dadanya terasa kian sesak setiap hari yang ia lewati.
Ia ingin merasakan bahagia seperti yang wanita itu pernah katakan padanya. Bahagia tidak akan membuat dadanya terasa sesak. Hingga bernapas pun tidak akan sulit baginya.
Ia sadari kekurangannya namun pantaskah kekurangan itu menutup jalan kebahagiaannya.
Sasuke duduk menyandar pada pintu yang sudah ia belakangi. Percuma meminta Naruto untuk membuka pintunya. Ia tahu sang adik tidak akan mau membukakan.
.
.
.
Naruto terbangun ketika hari sudah menjelang siang. Ia membuka pintu kamarnya dan mendapati Sasuke terlelap diatas lantai. Ia mendecakkan lidah sebelum melangkahi tubuh yang belum terbangun itu, tidak peduli dan berjalan menuju dapur.Ia sempat berpikir mengapa si idiot itu tidur di atas lantai didepan pintu kamarnya dan bukannya memilih sofa yang ada di ruang tamu.
Lagi-lagi Naruto berdecak kesal ketika membuka lemari es dan tidak terdapat makanan apapun didalamnya. Ia merutuk dan mengumpat. Dengan langkah cepat ia kembali ke kemarnya masih dengan Sasuke yang terlelap di depan Pintu, merasa hatinya sedang dalam keadaan tidak baik Naruto dengan sengaja menginjak tangan kanan si raven yang berada di depan wajah si pemilik tangan-posisinya yang mengarah kedepan memberikan celah untuk si pirang melakukan tindak kekerasan terhadapnya.
.
.
.
Tidur Sasuke terusik saat merasa nyeri pada telapak tangannya, sepasang onyx pun membuka dan melihat sepasang kaki tepat didepan mata yang salah satu berpijak di atas telapak tangannya.Sasuke melihat keatas, onyxnya menangkap senyum jahat dari bibir sang adik, senyum yang tidak jarang ia dapati selama ia tinggal di panti.
Melihat Sasuke yang hanya menatapnya dan tidak bereaksi, perasaan jengkel semakin menghinggapi, Naruto menambah intensitas pijakannya pada telapak tangan si raven, bahkan ia memutar tumit kakinya.
