Chapter 5

133 8 0
                                    

Yeay!! Maap jarang nge post... Maap yhaaa!! Oke ampuni gue! Thenkyu buat yang udahhh vote and comments!!! walaupun baru dikit, tapi gue uda seneng aja!!! Apalagi readersnya buanyak! *ga banyak2 bgt* oke Cekidots!!!

NORMAL's POV

"Mmm...mmm...."

Seseorang bersenandung mengikuti irama lagu yang ia dengar. Sesekali mengetuk setir kemudi yang ia genggam sekarang.

"Kau lapar?" Tanya lelaki yang sedang menyetir itu. Merasa tak ada jawaban dia pun menengok ke tempat duduk penumpang yang di duduki oleh gadis cantik itu. Lelaki bernama Manurios itu memarkirkan mobil nya di pinggir jalan, untuk melihat gadis yang disampingnya. 1 kalimat untuk mendeskripsikan apa yang dilakukan gadis itu, Tertidur dengan senyuman manis terpajang di wajah cantiknya. Manurios hanya tersenyum. Merasa bahagia mempunyai partner seperti Taylor.

+++

"Hey, Taylor. Wake up. . ."

Taylor hanya mengerang sesekali dan kembali tertidur.

"Okay, bukan salahku jika aku bertindak bodoh"

Manurios mencium pipi taylor sekilas, tetap tidak bangun. Akhirnya terpaksa dia mencium bibir Taylor lembut. Taylor yang merasakannya langsung terbangun.

"Matt!" Taylor mendorong dada Matt.

Matt hanya terkekeh.

"Well, were we going now?" Tanya Matt memecah keheningan.

"Fyi, besok aku ke kampus jadi tolong antar aku kerumah. Belum lagi aku dikejar deadline lusa" Kata Taylor menjelaskan. Taylor sungguh luar biasa.

ManuRios POV

"Fyi, besok aku ke kampus jadi tolong antar aku kerumah. Belum lagi aku dikejar deadline lusa" Kata Taylor menjelaskan. Taylor sungguh luar biasa.

Aku tersenyum simpul, lalu menancap gas menuju rumah Taylor.

2 menit . . .

5 menit

"Thanks, Matt" Taylor tersenyum manis, astaga. Nikmat dari tuhan mana yang kau dustakan.

"No problem, by the way kuharap pukul 7 kau sudah bersiap dengan pakaian rapih, aku akan mengantarmu ke kampus" Ucapku lalu mencium pipi kanan Taylor, aku terkekeh saat melihat wajah Taylor memanas. Dia memukul lenganku dan turun dari mobil.

Kami melambai-lambaikan tangan sebelum aku menancap gas pergi ke apartemenku.

***

Taylor POV

Astaga, mengapa aku bertindak bodoh. Aku merasakan pipi ku memanas. Gadis batinku memberontak. Sial kau Matt. Aku terus tersenyum mengingat kejadian itu. Astaga aku mulai gila.

"I'm homee!!!" Teriakku pada penghuni rumah. Yang sekarang kulihat Austin sedang berbincang-bincang dengan seorang gadis di meja makan. Aku menyipitkan mataku agar lebih jelas siapa dia.

"Astaga, Taylor!" Teriak gadis itu.

"Astaga, sial ternyata kau!!!" Kami terkekeh bersama. Aku dan Lyzy masih berpelukan. Aku akan memperkenalkannya pada kalian.

Lyzy adalah kekasih Austin. Aku dan Lyzy terakhir bertemu sekitar 2 tahun yang lalu, mengapa? Karena dia tinggal di Indonesia. Aku pernah mengunjungi kediamannya di Indonesia. Satu kata yang bisa ku deskripsikan dari rumahnya, sederhana. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kamarnya bernuansa putih dan hitam. Walaupun ada warna lainnya, tetapi dua warna itu yang menjadi sorotan. Ah ya, saat kami di Indonesia, kami sempat berlibur ke Toraja. Sungguh, adat istiadat nya masih ada. Dan kami sempat mengunjungi Suku Baduy, ah itu adalah momen favoritku. Jujur, aku sangat suka disana walaupun tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Disana aku memakai baju tertutup, bahkan perutku saja tak boleh terlihat sedikitpun. Dan yang paling kusuka, mereka masih menanami apa yang leluhur mereka ajarkan. Meraka bahkan tak menganut agama seperti Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan lainlain. Yang kutahu mereka mengikuti apa yang diajarkan oleh leluhur mereka. Maksud dari leluhur itu sendiri adalah orang yang lahir sejak dahulu sebelum mereka. Aku, Lyzy, Troy, dan Austin sangat menikmati saat-saat indah itu.

"Taylor" suara itu menamparku kembali ke dunia nyata. Astaga, aku sangat khusyu' dalam hal melamun. Hahaha. . .

"Aku sudah memasak, ayo makan" Ucap Lyzy mengajakku makan. Aku hanya tersenyum lalu mengangguk.

"Hey kalian, tunggu akuu!!!" Teriak Austin dari tangga.

'Brugh'

"Aaawww!!!"

"Astaga, Austin! Bodoh sekali kau!" Aku tertawa keras.

"Sial kau Taylor. . . Awwhh!!"

"Sial, aku tak bisa berhenti tertawa!" Aku masih saja tertawa saat melihat ekspresi Austin saat terjatuh. Astaga, itu lucu. Sedangkan Lyzy membantu Austin bangkit. Dia menatapku dengan 'tatapan membunuh'.

"Uh, akuu takuuttt" Ucapku dibuat-buat. Lyzy terkekeh melihat sikapku seperti ini. Austin memegang lututnya yang kupastikan terluka. Lihat saja, celananya pun sampai bolong. Konyol.

"Berhenti menertawaiku" Ucap Austin sarkastik. Aku langsung mengubah wajahku 'normal' seketika.

***

"Harry"

"..."

"Har--"

"Bisakah kau diam, Kendall?!! Aku sedang fokus mengemudi!" Bentak Harry-- suaranya membuat Kendall harus menutup telinga.

"Ma--maaf" seketika Kendall luluh dan menundukkan kepalanya.

Harry menghembuskan napas panjang, lalu memberhentikan mobilnya dipinggir jalan. Saat dia menengok ke arah kanan, Kendall tetap dalam keadaan menundukan kepalanya. Harry mengubah posisi duduknya ke arah kanan, dan menggapai ujung dagu Kendall.

"Maskaramu luntur. Jangan menangis tanpa sepengetahuanku, Ken" Ujar Harry lembut, lalu membersihkan Maskara yang luntur di wajah Kendall dengan tisu. Kendall menampakan senyumannya.

"Just like that, beautiful." Ucap Harry lalu mengelus puncak kepala Kendall halus. Kendall menatap Harry dalam.

"I can't do it Har--"

"You can do it, Kendall. I'll be here, by your side" Ucap Harry cepat. Lalu meninggalkan sebuah senyuman sebelum dia kembali mengemudikan mobil kembali.

"I'm sorry, Harry" Gumam Kendall dalam hati. Kemudian dia menutup matanya dan menghembuskan napas panjang.

HOLAAAAA WELCOME BACKKK!!!!

She's Mine [H.S and T.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang