I SEE YOU

11.7K 178 2
                                    

Suasana stasiun kereta api itu tampak sepi. Hanya beberapa orang yang berlalu lalang. Desember kali ini begitu dingin, tumpukan salju memenuhi jalanan menuju stasiun kereta api itu.

Seorang pemuda kembali menggosok kedua telapak tangannya. Mencoba mencari sedikit kehangatan di suhu yang mencapai 0° itu. Nafasnya berat, dan mengeluarkan gumpalan putih. Sepertinya mantel dan syal yang ia pakai tidak terlalu membantu. Udara dingin itu masih menyentuh tubuh tingginya.

Ia melihat jam tangan yang menunjukkan pukul tujuh malam. Satu jam lagi, kereta yang akan membawanya pergi, tiba. Matanya melirik koper miliknya yang tergeletak begitu saja disampingnya.

"Tsk, kau benar benar tak mau menemuiku ya?" Tanya pemuda itu entah pada siapa.

◎◎◎

September, 20XX

"Jooo, buka pintumu!"
"Yuhuuu.. kau mendengarku kan? Jangan pura - pura tuli!"

Dengan cepat pemuda bernama Jonathan membuka pintu apartmentnya. Keringat sebiji jagung muncul di dahinya. Dihadapannya kini ada seorang gadis dengan senyum manis - tapi membunuh- melambai ke arahnya.

"A-ah hai Kana, a-aku tak mendengarmu tadi" ucap Jo mencari alasan.

Kana, gadis yang 5cm lebih pendek dari Jo tak ambil pusing. Tanpa basa basi ia masuk ke apartment pemuda itu. Melepas mantel coklat dan syal pinknya asal ke sofa di ruang tamu.

"Aku bawa soda dan beberapa snack, ah dan nanti aku akan makan malam disini ya Jo" ucap Kana lalu menuju kulkas di apartemen pemuda itu. Jo hanya menghela nafas, mengambil mantel dan syal milik Kana, lalu menyangkutkannya di tempat yang tepat. Sesudah memasukkan semua belanjaan ke dalam kulkas, Kana beranjak menuju lemari coklat yang ada di ruang tamu, mengambil satu stel kaus polos dan celana pendek miliknya.

Jo masih sibuk menyiapkan DVD, yap kedatangan Kana ke apartmentnya semata mata hanya untuk menonton film, yang ia sendiri tak tahu fim apa.

"Kan- whoaaa!"
Dengan cepat Jo mengalihkan pandangannya. Sialan gadis ini.
"Apa?" Tanya Kana tak mengerti "kenapa kau berteriak bodoh? Kau mengagetkanku"
"Sialan, kenapa kau harus membuka bajumu disitu sih? Kan ada kamar" Jo masih mengalihkan pandangannya.

Kana tertawa tanpa suara mendengar jawaban Jonathan, dengan iseng ia mengambil dress yang tadi dipakainya lalu melemparnya tepat diatas kepala Jonathan.

"Kanaaaa!" Jo melempar balik dress tak bersalah itu. Tawa Kana mengeras, ia belum memakai kaus ataupun celananya, terima kasih pada penghangat milik Jo yang bekerja sempurna, tubuh Kana tetap hangat walau salju terus turun.

"Joo~♡ aku pakai bra hitam kesukaanmu loo, kau tak ingin melihatnya" Kana mencoba menggoda pemuda itu.
"Ti-tidak mempan. Cepat pakai bajumu Kana! Kau mau sakit?"
"Pftt, Joo, dingin sekali, kau tak mau menghangatkanku?" Goda Kana lagi. Jo memilih bungkam, cari mati kalau ia menjawab pertanyaan Kana, gadis iseng itu tak akan berhenti menggodanya.

Tak mendapat jawaban, akhirnya Kana memakai kaus dan celana pendek miliknya yang ia titip di apartment Jo. Apartment sempit milik Jonathan adalah rumah bagi Kana. Ia kenal Jonathan dari umur 2 tahun. Papa Mama Kana yang super sibuk menitip Kana kecil di rumah keluarga Jonathan. Sahabat sejak kecil adalah sebutan yang tepat untuk Kana dan Jonathan.

"Kenapa kau harus malu sih? Bukannya kau sudah pernah melihatku telanjang?" Tanya Kana lalu duduk di karpet, disamping Jo yang masih sibuk menyetel DVD dengan semburat merah di wajahnya.
"Itu sudah 14 tahun yang lalu Kana! Semua sudah berubah" jawab Jo kesal. "Hem, tidak terasa ya, kita sudah berteman, hampir 14 tahun" Kana tersenyum mengingat pertama kali ia bertemu Jonathan. Bocah ingusan yang menjabat jangannya dengan senyum polos, saat pertama kali ia dititipkan, Kana tak pernah lupa akan hal itu.

하루Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang