Tulip [2]

1.3K 166 3
                                    

Jihoon membuka matanya pelan-pelan. Ia mencium bau obat-obatan. Selang infus sudah terhubung dengan tangannya. Wajah Jihoon pucat pasi. Tubuhnya lemas tidak berdaya. Sulit sekali baginya untuk bergerak. Ia memandangi seseorang yang duduk disamping tempat tidurnya.

"Hyung..." kata Jihoon dengan lemah.
"Tidurlah Hoonie, kau masih sakit, jangan bergerak dulu."

'Ah, kambuh lagi. Sakit'

Dada Jihoon terasa sakit sekali. Tapi ia berusaha untuk menyembunyikannya. Ia tidak ingin merepotkan orang lain.

Jihoon masih ingat dengan perkataan dokter yang merawatnya, "Jika tidak ada yang bersedia mendonor, umurnya akan semakin pendek."

Dada Jihoon sesak setiap mengingat perkataan itu. Jihoon masih ingin hidup. Ia belum siap mati. Ia ingin hidup normal seperti orang lain.

Setelah opname selama tiga hari, Jihoon dibolehkan pulang ke rumah. Namun, ia belum bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.

Di rumah, ia teringat pada pelanggannya. Pada malam hari, diam-diam ia pergi ke toko bunganya. Ia menyelesaikan rangkaian bunga pesanan Soonyoung. Setelah 2 jam, rangkaian bunga itu terselesaikan. Jihoon segera memberitahu Soonyoung lewat sms.

'Rangkaian bunga pesananmu telah selesai'
'Besok akan ku ambil' balas Soonyoung.

Jihoon kembali ke rumah dengan tenang, tak dibebani tugas apapun itu. Ia berencana menutup tokonya selama dua hari untuk istirahat.

Keesokan harinya, Jihoon datang pagi-pagi sekali ke tokonya. Tak diduga, Soonyoung sudah berdiri di depan pintu tokonya.

"Maaf menunggu lama."
"Tidak apa-apa. Aku boleh mengambilnya sekarang-kan?"
"Tentu saja boleh."

Jihoon memberi rangkaian bunganya ke Soonyoung. Begitupun Soonyoung, ia memberi beberapa lembar uang ke Jihoon.

'drrt..'

Ponsel Soonyoung bergetar. Ia mendapat sms dari pacarnya

"Temui aku di taman biasanya, sekarang!"
"Iya, tunggu."

"Jihoon-ssi, boleh aku menitipkan bunganya dulu disini?"
"Tentu saja boleh."

Soonyoung berjalan menuju taman dan mencari-cari kekasihnya itu.

"Channie!!" teriak Soonyoung agak keras.

Kekasihnya, Lee-chan hanya menoleh tanpa ekspresi ke Soonyoung.

"Mengapa kau mengajakku kesini?" tanya Soonyoung
"Ada sesuata yang ingin kukatakan padamu."
"Apa?"
"Aku ingin kita putus."
"Ha? Kenapa? Sudah hampir 2 tahun kita menjalani hubungan ini."
"Ada seseorang yang membuatku lebih nyaman daripada kamu."
"Apa? Jadi kamu nggak nyaman denganku?"
"Mungkin....."
"Sudah 2 tahun aku berusaha membuatmu nyaman dan tak bosan denganku, dan apa yang kau lakukan?"
"Hm..."
"Sudah salah aku memilihmu! Aku menyesal, kau tak setia padaku!"
"Terserah kamu saja, aku pergi dulu. Ingat, kita tak ada hubungan apa-apa lagi."

Sakit, itu yang dirasakan Soonyoung saat ini. Ia merasa usahanya tak dihargai oleh kekasihnya.

Soonyoung hanya merenung sendirian di taman. Ia berjalan mengelilingi taman sambik mengingat kenangan bersama Lee-channya dulu. Tanpa sengaja, ia menginjak sesuatu.

"Apa ini?" gumamnya.

Soonyoung menginjak bunga tulip yang telah layu. Bunga itu bewarna kuning kecoklatan dan telah kering. Ia membuangnya ke tempat sampah.

Tak sengaja ia melihat bunga tulip bermakaran di tengah-tengah taman. Bunga itu bewarna kemerahan. Tiba-tiba ia teringat perkataan Jihoon yang menyarankan bunga tulip dan ia ingat dengan rangkaian bunganya.

Sore hari ia kembali ke toko bunga milik Jihoon. Dia melihat Jihoon menunggu di dalam toko sampai tertidur. Ia mengetuk pintu toko pelan.
"Jihoon-ssi." panggil Soonyoung.

Jihoon menguap dan terbangun.

"Maaf membuatmu menunggu Jihoon-ssi."
"Tidak apa-apa. Jadi bagaimana?"
"Hmm, rangkaian bunganya untukmu saja, kau suka tulip kan?"
"Iya, kau tidak jadi mengambilnya?"
"Bukan begitu, aku mengambilnya, dan sekarang aku memberinya untukmu."
"Aku tak tahu apa maksutmu."

Jihoon memajang rangkaian bunga tulipnya di dinding. Sementara wajah Soonyoung masih bersedih.

"Kau kenapa?"
"Tidak apa-apa."
"Ceritakan padaku, tenang aku tak akan memberitahunya ke siapa-siapa."
"Aku baru putus dengan pacarku."
"Apa? Kenapa?"
"Dia selingkuh, dia juga yang memutuskanku."
"Sabar, Tuhan masih sayang kamu, Tuhan melindungimu dari kesalahan."
"Terima kasih."

Soonyoung melihat tangan Jihoon berkeringat. Soonyoung tak berpikir panjang, ia langsung mengelap tangan Jihoon.

"Mengapa tanganmu berkeringat?"
"Tidak apa-apa, ini sudah biasa."
"Jika berkeringat.......... Apa kau menderita penyakit jantung lemah?"
"Hm, iya sejak aku kecil. Sering kambuh akhir-akhir ini."
"Jinjja? Apa bisa sembuh?"
"Aku tidak tahu. Tapi kecil kemungkinannya."

tulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang