Tulip [5] - END

1.7K 182 50
                                    

Soonyoung melakukan tes kesehatan. Dokter menyatakan bahwa Soonyoung telah siap menjalani operasi. Operasi akan dilaksanakan esok hari.

Soonyoung meminta satu permintaan kepada dokter, "Dok, jangan bilang kepada Jihoon bahwa akulah pendonornya."

"Tapi...."
"Kumohon jangan bilang...."
"Baiklah."

Kemudian, Soonyoung menemui Seokmin.

"Yak! Kau darimana saja?"
"Aku dari rumah sakit lah."
"Kau jadi melakukan operasi itu?"
"Iya, doakan saja aku tidak mati, haha..."
"Sst.. jangan ngomong seperti itu, pasti kau akan hidup."
"Jika aku mati tolong jaga Jihoon untukku."
"Sudah ku bilang kan, kau pasti hidup!"
"Iya, iya."

Sementara itu, Jihoon di kamar rumah sakit terihat senang. Ia tahu kalau ada pendonor.

"Dok, siapa pendonor itu?"
"Dia tidak ingin identitasnya kau ketahui."
"Apa-apaan ini, bukan dari keluargaku kan?"
"Kurasa bukan."

Dengan hati yang senang ia mengirim sms ke Soonyoung.

"Soon-ah, aku akan hidup! Aku tidak akan mati! Seseorang telah menyelamatkanku."

"Jinjja? Selamat." balas Soonyoung dengan mata berkaca-kaca. Ia masih tidak rela meninggalkan Jihoon. Tapi apa daya, ini semua dilakukannya agar Jihoon tetap hidup. Ia memilih mati daripada orang yang dicintainya yang mati.

Hari yang dinanti telah tiba, yaitu hari dimana jantung Soonyoung akan menjadi milik Jihoon.

Jihoon telah bersiap-siap. Ia telah memakai pakaian khusus operasi. Soonyoung yang masih berkeliaran di rumah sakit melihat Jihoon telah siap. Dokter menyuruhnya bersiap-siap.

Sebelum bersiap-siap, Soonyoung meletakkan amplop bewarna putih kecoklatan dengan bunga tulip bewarna pink kemerahan di meja dekat kasur Jihoon. Dengan tatapan sedih, Soonyoung meninggalkan kamar Jihoon dan bersiap-siap untuk proses operasi.

Soonyoung dan Jihoon memasuki ruangan operasi dengan tertidur di atas ranjang yang berbeda. Soonyoung menatap Jihoon, begitu pula Jihoon. Namun, Jihoon masih tidak tahu bahwa orang disampingnya yaitu Soonyoung.

"Gomawo..."

Soonyoung hanya mengangguk. Ia tersenyum di balik masker hijaunya. Tanpa sadar Soonyoung menetaskan air mata. Ia merasa bahwa hari ini adalah hari terakhirnya bertemu dengan Jihoon.

Tak menunggu lama, dokter segera menyuntikkan bius ke tangab mereka. Gelap, itu yang mereka rasakan.

Setelah 3 jam, operasi transplantasi jantung berakhir. Kini jantung Soonyoung menjadi milik Jihoon. Kondisi Jihoon perlahan membaik. Tetapi, kondisi Soonyoung semakin kritis, sampai-sampai ia dipindahkan ke ruangan khusus. Dokter masih berusaha untuk memulihkan kondisi Soonyoung.

Detik demi detik berlalu. Menit demi menit berlalu. Kabel-kabel masih menancap (?) di dada Soonyoung. Dokter mencoba mengejutkan dada Soonyoung. Namun nihil, tekanan jantung Soonyoung tidak kembali normal.

'tit..'

'tit..'

'tit..'

'tit..'

'tiiiiiittt............'

"Gagal..."

Dokter memberikan tatapan sedih ke Soonyoung. Ia menutupi seluruh tubuh Soonyoung yang tergeletak di ranjang dengan selimut.

Sementara itu, Jihoon telah sadar. Ia telah kembali ke kamar vip-nya. Jihoon terlihat kebingungan. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
Tiba-tiba raut mukanya berubah drastis menjadi senang. Ia merasa nyaman dengan jantung barunya itu. Tak lama kemudian, ibu dan kakanya masuk ke kamar Jihoon. Tanpa berpikir panjang mereka langsung berpelukan. Ibu dan kakak Jihoon senang sekali.

Tiba-tiba dokter masuk ke kamar Jihoon. Ia mengatakan sesuatu, "Jaga jantung itu baik-baik Jihoon-ah."

"Baik dok. Hm, dimana orang yang telah memberikan jantungnya padaku?"
"Dia telah tiada."
"Apa?? Aku belum membalas kebaikannya."

'drrt..'

Hp Jihoon bergetar. Ia menerima sms dari operator, "Pfft.....kukira siapa." Jihoon mengotak-atik hp nya, ia tak menemukan satu sms pun dari Soonyoung. Ia sampai mengirimi sms ke Soonyoung beberapa kali.

"Soon-ah, operasiku lancar hari ini, kesinilah ayo jalan-jalan lagi, kau boleh mendorongku lagi, hehe."

"Soon-ah, aku masih hidup. Kau dimana? Sudah dua hari aku tak melihatmu."

"Soon-ah, aku kangen..."

"Yak!! Jawab sms ku!! Kau tidak peduli denganku, eoh!"

"Hey, kau mencueki aku? Balas sms ku! Sudah kelima kali ini aku mengirim pesan, ayolah sekedar say hi."

"Aku mencintaimu."

"Sudah setengah jam-an kau tidak membalasku? Pulsamu habis? Atau sudah nggak cinta aku lagi?"

"Jika kau tidak membalas pesan ini, aku akan membencimu."

"Kau tidak peduli aku lagi hm? Kau mengacuhkanku? Biasanya 5 menit sudah di jawab! Apa kau dulu hanya kasihan denganku? Kasihan dengan seseorang yang berpenyakitan? Aku tidak perlu kau kasihani. Aku tidak ingin bertemu kamu lagi."

"Dasar...." gumam Jihoon.

Akhirnya Jihoon menelpon Seokmin.

"Yak! Dimana Soonyoung?"
"Mengapa kau tanya itu?"
"Dia sudah seharian tidak membalas pesanku! Apa dia tidak mencintaku lagi?!?!"
"Dia sangat mencintaimu.."
"Lalu kenapa tidak membalas pesanku?"
"Dia sudah pergi."
"Kemana?"
"Ke tempat yang sangat jauh, kau tidak akan bisa mengikutinya."

Seokmin menutup telepon. Jihoon sangat kesal. Ia membanting hp nya ke meja.

'srrkk..'

Jihoon mendengar suara benda jatuh. "Apa ini?" gumamnya. Ia mengambil dan mencium bunga tulip itu.

"Harum..."

Ia membuka amplop yang jatuh bersama bunga tulip. Jihoon membaca kertas yang ada di dalam amplop itu.

Annyeong Hoon-ah,
Ini aku Soonyoung, maaf tidak menghubungimu selama dua harian. Waktu awal bertemu denganmu, kau bilang kalau suka bunga tulip kan? Ya memang seleraku tak sebagus kamu. Hm, mungkin kau membaca surat ini saat aku telah tiada. Maaf, aku telah pergi jaug, sangaaaat jauh. Maaf, aku tidak memberitahumu ini semua demi kebaikanmu. Walaupun aku jauuuh darimu, aku masih berada di hatimu, haha. Selamat ya, operasimu berhasil. Jantungku kini menjadi milikmu. Jaga jantungku baik-baik. Aku tidak tau harus menulis apa lagi, haha. Maaf kalau selama ini aku ada salah. Tuhan akan mengirim seseorang yang lebih baik dariku. Jangan khawatir kehilangan aku.
Goodbye forever.
~순~

Jihoon langsung menjatuhkan kertas itu. Air matanya menetes. Ia tidak menyangka akan seperti ini.
Tiba-tiba Seokmin masuk, ia langsung memeluk Jihoon. Ia mencoba menenangkan Jihoon. Tangis Jihoon semakin menjadi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dua tahun telah berlalu. Kesedihan Jihoon telah lenyap. Kini toko bunga Jihoon sukses besar sampai ke mancanegara. Sementara Seokmin, ia menjadi asisten Jihoon mengelola toko bunganya.

Suatu hari, seorang pelanggan datang. Ia membawa bunga tulip bewarna pink kemerahan. Ia langsung menghampiri Jihoon.

"Permisi, kau punya bunga seperti ini? Aku butuh banyak."

Jihoon terdiam memandangi pelanggan itu. Ia sungguh tak percaya apa yang telah ia lihat.

"Hey, kau punya bunga seperti ini? Kau bisa merangkainya kan?"
"Apa kau............"

Seseorang yang pernah ia cintai, seseorang yang pernah merelakan nyawa demi dirinya, telah kembali

".....Kwon Soonyoung?"

tulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang