CHAPTER TWO

504 38 7
                                    

Bibir merah itu jadi sasaran si empunya ketika semua mata kini tertuju padanya. Ia bingung. Keringat dingin kini bercucuran dari pelipisnya. Terlebih lagi si pirang yang menatap dirinya dingin seolah mengatakan untuk menolak rencana perjodohan ini. Ingin menolak, tapi hatinya berkata ya, ingin menerima tapi sang pujaan hati telah terang-terangan menolak dirinya. Bagaimana ini?

'Oh Kami-sama tolong aku,' batin Hinata menjerit.

Akhirnya setelah memikirkannya masak-masak Hinata membuat keputusan. Jika pilihanya ini salah maka ia akan menanggung apapun resikonya. Jika benar maka entahlah Hinata sudah tak tahu lagi.

"Aku,...mau menerima perjodohan ini," ucap Hinata lirih membuat senyum mengembang diwajah Kushina.
Sedangkan Naruto? Wajahnya sudah muram durja. Ia tahu bahwa gadis Hyuuga di depanya ini menyukainya tapi ia tadi sudah memberi kode untuk menolak acara perjodohan ini. Tapi apa yang ia dapat? Si Hyuuga itu malah menerima.

"Tapi aku tidak..."

"Asal kalian memberi waktu agar Naruto-kun bisa mengenalku lebih dahulu," Hinata memotong ucapan Naruto tegas.

***************

Naruto melirik gadis di sampingnya dingin ia sama sekali tidak tertarik dengan gadis penyandang nama Hyuuga itu. Sementara yang dilirik hanya mampu menundukkan kepala. Keheningan terus berkeliaran diantara mereka dari awal saat mereka berada di beranda samping kediaman Hyuuga sampai saat ini. Kedua remaja itu seolah enggan untuk memecahkan keheningan yang merajai mereka. Mereka memilih untuk bungkam.

"Sebenarnya apa maumu?! Kau tahu kan aku ini tidak menyukaimu?! Atau Kau mau memanfaatkan kesempatan ini untuk...."

"Aku tidak pernah berfikir seperti itu. Aku akui aku suka Naruto-kun tapi aku tidak akan melakukan hal seperti yang Naruto-kun katakan," ujar Hinata memotong perkataan Naruto yang datar tapi sinis itu.

Hening lagi. Keduanya saling diam.
"Kalau seperti itu kenapa kau menerima rencana perjodohan ini? Kau sudah jelas tahu aku tidak suka padamu dan aku..." ujar Naruto dingin.

"Beri aku waktu, aku yakin Kalau aku bisa membuat Naruto-kun jatuh cinta padaku, aku yakin itu," ujar Hinata penuh keyakinan.

Naruto hanya memandang gadis didepannya remeh. Dipandanginya Hinata dari ujung kepala sampai ujung kaki, gadis itu terlihat cupu dan samgat tidak menarik. Apalagi dengan menggunakan seragam yang sampai kini melekat pada tubuhnya yang terbilang pendek. Dengan perlahan ia melangkahkan kaki jenjangnya mrnghampiri Hinata. Sontak saja hal itu membuat gadis bermata rembulan itu melangkahkan kakinya kebelakang. Dan gerakan itu memunculkan seringai licik diwajah tampan Naruto. Naruto terus maju, dan Hinata terus saja mundur, sampai punggung kecil itu menabrak diding dibelakangnya. Tubuh mungil itu gemetar saat Kedua tangan berkulit kecoklatan milik Naruto mengungkung dirinya. Ragu-ragu Hinata mendongakkan kepala bersurai indigo miliknya. Dan yang didapatnya hanya Naruto yang menatap intens pada dirinya. Perlahan Naruto mendekatkan kepala pirangnya ke arah Hinata.

"Lakukan sesukamu, kerahkan saja semua yang kau bisa. Kau, kuberi waktu satu bulan, buat aku jatuh cinta padamu. Jika kau bisa, dengan senang hati aku akan menikahimu saat kita lulus nanti. Tapi...." bisik Naruto datar ditelinga Hinata.

"Ta..tapi apa?" tanya Hinata gugup.
Naruto menatap wajah bingung Hinata. Jika boleh jujur wajah Hinata saat ini sangat menggemaskan. Bagai mana tidak jika mata rembulan itu membulat dengan kedua alisnya saling menukik dan wajah polos itu.

"Kau harus jadi budakku selama satu minggu setelah itu kau harus pergi dari kehidupanku, bagaimana?" ujar Naruto sinis.

"Aku terima tantanganmu Naruto-kun," ucap Hinata yakin.

*****************

"Ku peringatkan kau Naru- chan, jangan sekali-kali kau sakiti Hinata. Kalau kau berani awas saja!" ancam Kushina pada putra samata wayangnya ketika mereka sampai di kediaman mereka.

"Aku heran Sebenarnya yang anaknya Kaa-chan itu siapa? Aku atau si Hyuuga itu sih," ucap Naruto jengkel.

"Ibumu benar Naruto, kau jangan coba-coba menyakiti Hinata-chan dia gadis baik, dan..."

"Aku tidak suka diatur, kalian juga sudah tahu itu, aku menerima rencana konyol kalian karena aku menghormati kalian. Aku ingin mengabulkan keinginan pertama yang Kaa-chan ajukan," Naruto memotong ucapan sang ayah. "Aku Sebenarnya heran kenapa kalian bersi keras menjodohkan aku dengan Hinata. Kalian tahu sendiri kalau aku tidak suka dengan Hinata, kami bahkan tidak saling mengen..."

"Kalian satu sekolah Naru- chan, kau pasti mendengar bagaimana perilaku Hinata. Dia gadis baik, ramah, dia juga penurut. Kaa-chan tidak mau tahu kau harus menerima perjodohan ini," putus Kushina memotong perkataan anaknya.
"Hanya ini yang dapat Ku lakukan untuk membalas kebaikan Naomi," kata Kushina lirih sambil berlalu masuk kekamarnya.

Sementara Minato hanya menatap Naruto dengan pandangan yang sulit diartikan. Cukup lama Naruto menerima tatapan itu sebelum Minato menyusul sang istri. Meninggalkan Naruto sendiri di ruang tamu.

Si Dingin Dan Si PolosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang