Prolog
Perkenalkan namaku Hyuuga Hinata. Usiaku 17 tahun. Menurut taman -tamanku aku ini termasuk gadis termanis yang ada disekolah. Tapi menurutku itu hanya bualan belaka, mereka bilang begitu hanya mau makan gratis saja di kedai milik ibuku. Oh ya ibuku bernama Hyuuga Naomi dan ayahku Hyuuga Hiashi. Aku punya adik yang sangat cerewet, Hanabi.
Aku bersekolah di KHS, tepatnya aku menduduki kelas 3-3 , kelas yang lumanyan, tidak terlalu buruk maupun terlalu baik. Berbeda dengan kelas sebelah kelas 3 -1, yang merupakan kelas unggulan dan disana pula pangeran hatiku berdiam. Pemuda tampan dengan rambut pirang berantakan dan mata sebiru samudera. Naruto Uzumaki.
Kami sudah satu sekolah sejak sekolah dasar tapi sayang aku tidak pernah satu kelas dengan si pirang itu. Jadi aku sama sakali tidak tahu bagaimana perasaannya padaku. Kuharap dia juga menyukaiku...Naruto's POV
Namaku Uzumaki Naruto. Aku orang biasa dari keluarga yang bisa dibilang aneh. Pasalnya ayahku, Minato yang notabenenya menjabat sabagai kepala keluarga salalu kalah dari ibuku, Kushina. Aku punya adik yang sangat menyebalkan. Dia selalu saja mengurusi urusanku, bahkan dia dengan sombongnya menggurui kakaknya ini. Benar-benar adik kurang ajar.
Aku saat ini tengah menempuh tahun terakhirku menduduki bangku sekolah SMA. Tahun depan aku akan meninggalkan masa-masa labil ini. Aku hanya berharap diterima di Universitas yang aku inginkan dan lulus tepat waktu agar aku tak menjadi beban bagi orang tuaku lagi. Bisarpun keluargaku termasuk keluarga yang berlebih tapi aku tidak mau dianggap anak manja yang hanya bisa bergantung pada kekayaan orang tua. Dan untuk urusan percintaan aku tidak terlalu memikirkanya, bagiku perempuan hanya akan membuat kacau hidupku.
Normal POV
Neng... Neng.... Neng....
"Saya rasa cukup sampai disini, jangan lupa kerjakan tugas yang saya berikan. Jika ada yang tidak mengerjakan kalian akan menanggung akibatnya, megerti?" ucap guru cantik barambut hitam itu.
"Mengerti Sensei!" koor seluruh siswa kelas 3-3.
Seluruh siswa berdiri lalu memberi hormat pada sang guru . Setelah guru yang diketahui bernama Anko itu meninggalkan kelas, kebanyakan para siswa bersorak gembira. Akhirnya penderitaan mereka berakhir bersamaan dengan keluarnya guru killer nomer wahid KHS.
Tapi hal ini tidak terjadi pada gadis bersurai indigo panjang yang malah dengan wajah tertekuk membereskan peralatan sekolahnya. Jangan salah paham, dia senang karena pelajaran maniak itu telah usai, yang membutnya lesu adalah waktu yang ia miliki untuk mengamati sang pengeran hati kini telah usai. Jadi dia harus mmenungu hari esok untuk bisa memandangi si pirang itu lagi.
"Hinata," seorang gadis berabut coklat cepol memanggilnya.
"Hmm, iya Tenten?" jawabnya sambil menoleh ke arah lawan bicaranya.
"Kita jadikan ke toko buku?" tanya Tenten sambil menopang dagu di meja Hinata.
"Tentu saja, kau lupa dengan hukuman Asuma-sensei? Kita kan disuruh mencari buku referensi. Dan hari ini adalah hari terakhir kita bisa mencarinya. Aku tidak mau kena hukum lagi," ucap Hinata seraya memasukkan semua buku pelajarannya.
"Iya aku tahu. Tapi hari aku ada pertemuan club, dan..."
"Tenten kita ini sudah kelas tiga, kita kan tidak boleh ikut kegiatan club lagi,"
"Iya Tapi kau tahu kan kalau aku itu...."
"Mantan ketua club karate yang bertanggung jawab," Hinata menyela sahabatnya itu yang akan membuat alasan.
"Kalau begitu aku pergi sendiri saja. Kau juga pasti akan menyesal kalau besok Asuma-sensei menghukummu Lagi karena tidak mengerjakan tugas," ancam Hinata seraya bangkit dari tempat duduknya.
"Ayolah Hinata kau ini sahabatku kan? Apa kau tega melihat temanmu ini kesusahan?" melas Tenten. Tangan yang biasa membanting orang itu kini mamegang tangan putih mulis milik Hinata. "Kau mau menungguku kan? Kumohon,"
"Baiklah aku akan menunggumu," Tenten menyunggingkan senyum bahagia sampai...
"Tapi hanya setengah jam. Jika kau Tak muncul akan kutinggal kau,"
Dan senyum itupun lenyap seketika.#####
"Hei Naruto!" seru seorang pemuda berambut jabrik dengan tatoo segitiga merah terbalik dikedua pipinya-Kiba.
"Apa?" sahut orang yang bersangkutan."Nanti Lee akan mengadakan perlombaan makan ramen. Kau mau ikut tidak?"
Naruto tediam, mempertimbangkan ajakan atau lebih tepatnya tantangan itu. Sebenarnya dia ingin ikut tapi...
"Maaf aku tidak bisa,"jawabnya Setelah agak lama terdiam."Eh, tidak biasanya kau menolak tantangan makan ramen Naruto. Ada apa?" kini giliran pemuda bertubuh tambun yang bersuara.
"Aku ada urusan. Aku pergi dulu!" seru Naruto sambil berlari pergi.
"Urusan?" Kiba membeo, lalu menoleh pada pemuda yang sedang bermain ponsel di belakangnya," Hei Sasuke kau tahu si Dobe itu punya urusan apa?"
"Mana kutahu, lagipula kenapa kau bertanya padaku?" jawab pemuda emo itu datar.
"Kalian kan sepasang kekasih yang selalu pergi bersama," ceplos Kiba yang langsung dihadiahi tatapan membunuh milik Sasuke.
###
25 menit dan jika Tenten tidak muncul dalam waktu 5 menit bisa dipastikan bahwa Hinata akan pergi ke toko buku yang ada di ujung jalan sana sendiri. Sudah tak terhitung sudah berapa kali ia menengok jam tanga ungu yang bertengger manis di pergelangan tangan putih itu. Rasanya dia ingin melemparkan sepatu yang tengah ia pakai ini ke kepala bercepol dua milik Tenten agar gadis keturunan china itu sadar bahwa Hinata telah lelah menunggu dirinya.
Sekali lagi ia tengok jam tangan ungunya dan habislah sudah kesabaran gadis penyuka warna ungu itu. Dengan menghentakkan kaki ia berjalan menuju ke arah gerbang sekolah. Sesekali ia menengok ke arah kanan dan kiri guna mencari objek yang dapat mengalihkan rasa kesalnya pada sang sahabat. Tapi pemandangan yang didapatnya justru menyesakkan dada . Bagaimana tidak jika sepanjang jalan yang ia lalui banyak sakali pasangan kekasih yang asik bercengkrama seperti dunia milik berdua? Hei apa mereka sedang mengejek dirinya yang sampai saat ini tidak memiliki kekasih?
Dengan langkah yang samakin dihentakkan Hinata berjalan ke gerbang sekolah. Yang ada difikirannya hanya cepat beli buku lalu pulang ke rumah. Bibinya melengkung ke atas ketika halte bis yang ia tuju sudah terlihat. Semakin dipercepat langkah kaki kecilnya. Dan semua terjadi begitu cepat, yang ia rasakan hanya dirinya menabrak sesuatu atau lebih tepatnya seseorang dang berikutnya bokongnya telah berciuman dengan jalan."Maaf," gumam Hinata pelan.
"Seharusnya aku yang minta maaf karena menabrak gadis manis sepertimu. Maaf ya," suara seseorang menjawab gimaman Hinata. Hinata segera mendongakkan kepalanya dan yang menyapa penglihatanya adalah warna merah.
TBC
This is my first fic, and I republish after a long time 😅
Masih acak adul tapi yah this is it...
Still too lazy to edit it 😅Well hope you enjoy this chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Dingin Dan Si Polos
AcakAku mencintainya dan sangat bersyukur aku memilikinya. Aku takkan melepasnya dan membuat kesalahan yang sama. Naruto milik Masashi Kishimoto Cover is not mine