Chapter 4

223 28 6
                                    

"Kau bisa berkata seperti itu karena aku belum mengenal Hyuuga Hinata. Jika kau sudah mengenal gadis itu, aku berani menjamin kalau kau akan sangat mengilainya..." Kini Kiba menanggapi Naruto dengan terus memperhatikan sang sulung Hyuuga yang memasuki perpustakkan.

"Heh... Dan akan kubuktikan padamu kalau sudah mengenal gadis bodoh itu pun aku tidak akan pernah menggilainya!" ucap Naruto membara tidak seperti biasanya.

Setelah berkata seperti itu pemuda bersurai pirang itupun berlalu pergi meninggalkan teman-temannya.

Satu hal yang kau tak tahu Naruto, kalau bisa saja suatu hari nanti kau akan termakan ucapanmu sendiri. Dan jika saat itu tiba, tak seorangpun yang bisa menolongmu.

#####

Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 lewat tapi, Hinata masih berada di halte tak jauh dari gerbang sekolahannya. Sesekali kepala bersurai Indigo itu menoleh ke arah kanan guna memastikan bus yang akan ditumpanginya telah datang atau belum. Hinata menghela nafas lelah ketika tak mendapati transportasi umum yang sering ditumpanginya itu. Sedikit menggerutu dalam hati pasalnya teman piketnya hari ini kabur lebih dahulu, hingga Hinata harus membersihkan kelas seorang diri.

"Iya, aku dengar Naruto-senpai tidak bisa melupakan mantan pacarnya makanya sampai sekarang masih sendiri,"

"Wah, tidak bisa dipercaya ternyata Naruto-senpai ternyata tidak bisa move on,"

"Iya, padahal dengan wajahnya yang tampan itu dia bisa mendapatkan gadis yang lebih baik lagi kan?"

Hinata mendongak ketika telinganya mendengar ada yang menyebut nama Naruto. Sontak saja ia tolehkan kepala bersurai indigonya kearah sumber suara tersebut, ternyata itu adalah sekumpulan kohainya yang sedang bergosip ria. Ada sekumpulan anak perempuan yang berdiri tak jauh dari posisinya saat ini, sepertinya mereka baru selesai dengan kegiatan organisasinya hingga pulang sesore ini. Tapi atensi Hinata hanya terfokus pada fakta baru bahwa Naruto yang tidak bisa melupakan mantan kekasihnya itu, dan sepertinya perjuangannya untuk membuat sang pangeran es itu untuk jatuh cinta padanya akan sangat sulit.

###

Hampir pukul lima sore dan Naruto masih berada diruang guru. Berterima kasih saja pada teman sekelasnya yang Minggu lalu banyak yang membolos kelas Orochimaru hingga Naruto harus mengerjakan laporan penelitian sendiri.

Setelah lima belas menit mengerjakan semua laporan yang diperlukan, Naruto bergegas mengemasi seluruh barang bawaannya. Sambil memainkan kunci motor ditangan kirinya, ia telusuri koridor-koridor sekolah yang sudah sepi. Ia menyegerakan langkahnya ketika kelereng sewarna langitnya melihat jam sudah menunjukkan pukul lima lewat lima menit. Ia harus segera pulang jika tidak ingin kena amukan ibunya tercinta itu.

###

Hujan terus mengguyur kota yang terkenal akan udaranya yang sejuk itu. Sekitar lima belas menit yang lalu setelah Hinata memutuskan untuk berjalan kaki ke sebuah kafe yang tak jauh dari sekolahannya, untuk menunggu sang sepupu yang katanya akan menjemput dirinya, dan sudah selama itu pula hujan mengguyur kota ini. Memaksa kaki pendek Hinata untuk berlari mencari tempat untuk berteduh. Kelereng sewarna mutiaranya mendongak menatap langit yang masih berhiaskan awan gelap tebal, mengancam akan menurunkan hujan lebih deras lagi. Awan gelap, hujan deras dan sesekali terdengar suara gemuruh petir membuat suasana menjadi mencekam, apalagi hanya Hinata seorang yang tengah berteduh disini. Kebanyakan orang memilih menerobos derasnya hujan mengingat hari yang sudah semakin sore.

Hinata menghela nafas lelah ketika mendapati ponselnya dalam keadaan mati. Hingga mau tak mau ia harus tetap menunggu disini sampai hujan reda, karena jujur saja ia takut kena marah sang ibu jika nekat menerobos derasnya hujan. Berdoa saja kalau Neji- kakak sepupunya yang saat ini tengah menempuh pendidikan kedokteran itu- masih berada di kafe tempat mereka janjian untuk bertemu.bjika tidak entah bagaimana nasib Hinata nantinya untuk bisa pulang ke rumah dengan selamat.

Asik dengan fikirannya sendiri, Hinata sampai tak menyadari jika ada sekor anak kucing yang terus mengeong di sebrang jalan. Sepertinya anak kucing itu terluka karena dia hanya terus mengeong tanpa berpindah tempat, membuat bulu kecoklatannya lepek. Tanpa pikir panjang, Hinata segera menerobos hujan, menggendong kucing kecil yang malang itu. Dan benar saja kaki kiri depan anak kucing itu, terluka cukup dalam. Pantas saja dia tidak bisa berjalan mencari tempat untuk berteduh.

"Kasihan..." pikir Hinata sambil menggendong kucing malang itu. Tak dihiraukannya seragam sekolahnya yang sudah basah kuyup terkena derasnya air hujan. Dengan segera Hinata membawa anak kucing itu bersamanya. Ia langkahkan kaki mungilnya kearah kafe tempat sepupunya akan menjemput, toh seragamnya sudah basah, jadi sekalian saja hujan-hujanan dari pada pulang terlalu malam, seperti itulah yang ada di benak Hinata saat ini.

Dipercepat langkahnya menuju kafe tujuannya tak mau membuat kucing yang ada dipelukannya semakin kedinginan. Yah berdoa saja nanti Hinata tidak kena marah sepupu tersayangnya yang sebelas dua belas mirip sang ibu.

#####

Mata sebiru samudera itu terus menatap tajam sosok gadis mungil yang dengan bodohnya menerobos hujan hanya untuk memungut sekor anak kucing. Rambut pirangnya sedikit lepek didahinya tak terlalu diperhatikan. Matanya terus mengamati tajam gadis yang perlahan mulai tampak mengecil sampai tak terlihat lagi karena ditelan bangunan diujung jalan.

"Bodoh, dasar gadis bodoh," gumamnya pelan.

#####

"Hatchim"

"Itulah akibatnya kalau kau hujan-hujanan," tegur ibu Hinata sambil mengusap lembut rambut panjang putrinya. "Kenapa tadi tidak telfon saja? Paling tidak kau mengirimkan pesan supaya bisa kaa-san jemput," gerutu wanita cantik itu.

"Hmm, iya kaa-san," jawab Hinata lesu.

"Hah, anak ini," hening, "oh ya, mulai besok tolong kau antarkan bekal untuk Naruto-kun, ya sayang. Ibu dengar dia jarang makan siang,"

"T-tapi kaa-san, Hin-.." Hinata berusaha menolak. Oh ayolah, dia belum menyiapkan strategi mencairkan hati beku sang pangeran es itu.

"Tidak ada tapi-tapian! Kushina ingin membawakan bekal padanya tapi selalu gagal, nah karena kau calon tunangannya, kau harus melakukan ini ya sayang,"

Hah, sepertinya Hinata harus segera menemukan strategi untuk meluluhkan sang pujaan hati.

TBC

Tandai aja kalo ada typo dll ya... Aku perbaiki nanti

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Si Dingin Dan Si PolosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang