Chapter 3

503 38 6
                                    

Mulut mungil itu terus saja mengunyah permen karet yang sendari tadi dikunyahnya. Tak dipedulikannya sang sahabat yang bercerita panjang lebar mengenai pemuda incarannya. Sesekali mata sewarna rembulannya itu mengedarkan pandangan memperhatikan seisi kelas, masih sama, masih sama ramai dan kacaunya. Ingatan gadis Hyuuga itu melalang buana kembali mengingat kejadian semalam, ia bingung memikirkan cara untuk memenangkan taruhan Naruto. Sebenarnya ia agak ragu menerima taruhan itu semalam, bagaimana bisa Hinata membuat Naruto yang terkenal sebagai ice prince two itu jatuh cinta padanya. Di alihkan perhatiannya kepada gadis bercepol dua yang masih asik dengan cerocosannya.

"Tenten, aku mau tanya," ucap Hinata memotong curahan hati gadis bersurai coklat di depannya.

"Eh, tanya apa?" tanya Tenten lengkap dengan wajah bingungnya yang terlihat menggemaskan.

"Apa yang harus aku lakukan supaya membuat seseorang jatuh cinta padaku?" tanya Hinata lesu.

"Memang kenapa? Kau masih mau memperjuangkan cintamu pada si kuning itu? Sadarlah Hinata! Di dunia ini ada banyak yang menyukaimu, tapi kau malah memilih mengejar si datar itu?" cerocos Tenten menggebu-gebu.

Sementara yang di ceramahi malah menatap polos gadis berambut coklat itu. Hinata sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.

"Apa maksudmu? Aku tahu aku ini bodoh tapi setidaknya jangan memberi harapan padaku?" ucap Hinata sebal, bibir ranum itu maju beberapa senti, cemberut, mempermanis wajah Hinata.

"Hah,"

"Tadi kau mengatakan kalau banyak yang menyukaiku, kau bohong, kan? Kau mengatakannya hanya untuk membuatku senang," ujar Hinata semakin memajukan bibirnya. Dan kata-kata yang keluar dari bibir merah muda itu sukses membuat Tenten cengo. Demi jasin yang disembah Hidan dan demi ular peliharaan Orochimaru, apa temannya itu tidak menyadari kalau mayoritas laki-laki di kelas mereka menaruh perhatian lebih pada gadis bersurai indigo panjang ini? Dan untuk contoh tak sadarkah Hinata kalau Kiba yang dari kelas seberang sana setiap hari ngejeng di depan kelas mereka hanya untuk menyapanya? Atau Toneri dari sekolah sebelah yang selalu berada di depan gerbang setiap pagi untuk menyapa Hinata? Sahabatnya ini terlalu polos, tidak peka atau terlalu bodoh sih. Kadang Tenten heran bagaimana Hinata bisa menjadi juara kelas setiap tahunnya dengan tingkat kepekaan yang begitu menghawatirkan.

"Lupakan, kujelaskan pun kau takkan mengerti. Memang kenapa kau menanyakan hal yang seperti itu?"tanya Tenten dengan wajah malas.

"Jadi begini..."

******************

Hening. Itulah suasana yang bergelanjutan manja di antara Naruto dan teman-temannya. Saat ini mereka sedang berada di atap sekolah, tempat berkumpul mereka jika guru yang seharusnya mengajar mereka tidak datang atau waktu istirahat, hanya sekedar berkumpul, tidak ada obrolan bahkan ada yang sedang terlelap di ujung sana. Dan jika kalian bertanya siapa saja yang ada disana maka jawabannya adalah seluruh geng Naruto baik yang sekelas maupun beda kelas. Ada Sasuke si rambut pantat ayam, Kiba maniak anjing, Shikamaru raja tidur, Chouji raja makan, Lee hulk cungkring, Shino penggila serangga,dan jangan lupakan si muka palsu Sai. Sesekali si pirang yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini melirik teman-temannya malas, lalu melanjutkan acaranya, berbaring sembari menatap kumpulan awan di langit yang biru.

Hahh...

Untuk yang kesekian kalinya Naruto menghela nafas lelah ketika pikirannya menerewang memikirkan kejadian semalam. Atau lebih tepatnya memikirkan perkataan gadis indigo keturunan Hyuuga yang menantangnya. Naruto tidak tahu apa yang dipikirkan gadis mungil itu, sampai-sampai Hinata menantangnya seperti itu, atau kesalahan apa yang telah Naruto perbuat dikehidupannya dulu sampai gadis semerepotkan Hinata bisa menyukainya dan yang lebih parahnya Naruto malah terjebak dalam perjodohan konyol dengan Hinata.

"Hei lihat, dia sudah keluar!" ujar Kiba sambil mencondongkan tubuhnya pada pembatas arap. Matanya yang tajam berbinar bahagia ketika melihat sosok gadis bersurai indigo yang tengah berjalan santai ke arah perpustakaan sekolah.

"Kami tidak tertarik dogboy, gadis seperti itu bukan tipe kami," ucap Shikamaru malas mewakili semua teman-temannya.

"Tapi aku yakin, Hinata pasti tidak akan memilihmu Kiba. Mana mungkin gadis semanis itu mau dengan pengecut sepertimu ya kan? Yang hanya bisa memandangnya dari jauh," kini giliran Sai yang bersuara sambil tersenyum palsu.

Sedangkan yang menjadi bahan pembicaraan yang tak lain dan tak bukan adalah gadia manis bersurai indigo itu terus berjalan lurus menuju perpustakaan. Dia memang bukan gadis yang pandai, tapi kemampuan otaknya juga tidak bisa di bilang tumpul. Ia suka dengan perpustakaan, alasanya karena di perpustakaan ia bisa memandangi berberis-baris buku yang warna-warni, dan entah mengapa memandangi buku-buku itu seakan-akan semua beban yang ada di dalam kepalanya menghilang.

Mata sewarna langit biru itu sontak melirik Kiba yang dengan sangat antusias menengok ke arah gadis yang telah mencuri perhatian temannya itu. Terlihat jelas sekali kalau pemuda bermarga Inuzuka itu sangat menyukai Putri sulung Hyuuga Hiashi itu. Kalau boleh, ingin sekali Naruto bertukar peran dengan si pemuda penyuka anjing itu, agar gadis bermata Bulan itu tidak lagi terus menggangguny.

"Apa bagusnya sih gadis bodoh itu??" Naruto berucap tiba-tiba, semua sahabatnya pun menatap pemud pirang itu heren. Pasalnya Sang Sulung Namikaze itu terkenal akan sikapnya yang cuek dan dingin terhadap perempuan, terlebih lagi yang memiliki kapasitas otak yang yah kurang memedai menurutnya.

"Apa bagusnya gadis bodoh sepertinya? Dia tidak cantik, peringkatnya rendah, dia payah dalam olahraga, dia bahkan payah dalam segala hal. Aku heran kenapa banyak sekali yang memujanya?"

"Kau bisa berkata seperti itu karena aku belum mengenal Hyuuga Hinata. Jika kau sudah mengenal gadis itu, aku berani menjamin kalau kau akan sangat mengilainya..." Kini Kiba menanggapi Naruto dengan terus memperhatikan sang sulung Hyuuga yang memasuki perpustakkan.

TBC

Si Dingin Dan Si PolosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang