conscious

793 63 0
                                    

Okuda POV

Badai salju sudah datang, dan meratakan kota Tokyo dengan putihnya salju. Burung kecil yang dulunya berkicau, sekarang sudah hampir tak terdengar karna rintikan salju yang keras, menabrak jatuh atap atau benda keras lainnya.

Sungai, kolam, danau, sudah menjadi sangat dingin sekarang. Cukup letakkan kakimu diatas sana, dan meluncurlah di atas papan mengkilat yang sangat tipis. Dingin, dan keras.

Perapian dinyalakan, penghangat ruangan juga sama sama di nyalakan. Secangkir coklat panas, atau syal rajutan yang hangat bisa sedikit melindungi tubuh dari cuaca yang menusuk di luar sana.

Sayangnya, pemuda bersurai merah ini harus tidur lebih lama di atas ranjang rumah sakit. Sudah dua hari semenjak Karma selesai operasi, tapi ia tak menunjukan tanda tanda bahwa ia akan siuman.

Dokter dan beberapa perawat yang berlalu lalang berkata ini masih hal yang wajar, dan tunggulah hingga pasien terbangun.

Aku tau jawaban nantinya pasti akan begitu.

"Okuda-san"

"Huh, Maehara-kun? Bagaimana kabarmu?" Sontak akupun menoleh cepat ke arah pintu masuk dan melihat Hiroto datang kembali

"Aku baik, Okuda-san~~" kalimatnya menggantung "Apa kau baik baik saja? Kau terlihat sakit? Dan wajahmu pucat" ekspresi aneh di keluarkan olehnya kepadaku yang masih heran dengan kata katanya

"Ah? Aku baik kok~ aku hanya"

Kruykkk~~~~

Kami sempat terdiam sebelum Maehara membuka suara "Kau yakin? Tampaknya perutmu tidak bisa berbohong" dia terkekeh geli mendengar suara perutku yang tiba tiba terdengar

Wajahku tertunduk karna menahan malu. Entah apa yang akan di katakannya nanti jika aku seperti ini. Sungguh memalukan~~

"Nee, pergilah untuk makan. Aku tau kau mau, jadi pergilah"

"Tapi, Karma bagaimana?"

"Tenang saja. Aku akan menjaganya disini" dia melangkah mendekatiku dan menaruh paket buah di salah satu meja.

"Baiklah. Mohon bantuannya" ku tersenyum sesaat, lalu berjalan pelan meninggalkan ruangan bersama Maehara dan Karma yang masih tertidur

*di lorong rumah sakit, jalan menuju kantin

Ku berjalan pelan menuju kantin rumah sakit dengan raut wajah yang tak pasti. Bagaimana aku bisa tersenyum sedangkan Karma di sana masih belum sadarkan diri.

Sejenak ku tutup mataku, dan mengambil nafas dalam lalu

"Aduh!"

Aku menabrak seseorang karna kecerobohanku. Dia sempat terjatuh, lalu ku tolong ia kembali berdiri. Dan, ternyata orang yang ku tabrak adalah Kayano Kaede

"Kaede-chan, kau tidak apa apa? Maaf, ini salahku karna aku tak memperhatikan jalan tadi" aku tersenyum kikuk. Tapi, semua orang tau, bahwa senyumanku itu palsu.

"Ah, tidak apa apa Okuda-san. Ini juga termasuk salahku karna~~"
Apa semua orang yang kutemui hari ini, dan berbicara kepadaku hari ini, pasti ada jejak jeda kata di kalimatnya.

"Kenapa dengan wajahmu Okuda-san? Kau terlihat pucat." Katanya kemudian. Senyum yang terukir di bibirku, pudar perlahan mengikuti perkataan Kayano yang spontan.

Apa aku terlihat seme-yedihkan itu? Hingga semua orang yang ku temui pasti membuka obrolan dengan menanyakan keadaanku. Aku baik baik saja kok

"Aku baik~~ aku sedang mau ke kantin sekarang. Kau tau sendiri kan? Aku belum~~"

Kruuykk

Suara itu terdengar lagi. Perutku sudah tak bisa menahannya lagi hingga ia berteriak sedari tadi.

Pandangan mataku masih menatap polos Kayano yang balik menatapku heran. Apa sebegitunya jika ia mendengar suara perutku yang sedang lapar?

"Kayano-chan?"

"Okuda-san, tadi kau bilang mau ke kantin bukan? Boleh aku ikut?" Nada suaranya tiba tiba berubah

"Ah, tentu"

Masih terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis dan menggangguk pelan. Membuka langkah kaki menuju kantin yang tak jauh lagi

*20 menit sesudah itu...

Di kantin, kami makan bersama. Terkadang sedikit berbincang membuka kesunyian karna waktu itu kantin agak sepi. Tampaknya, paket makananku yang paling penuh.

Kayano pun terkekeh geli saat aku makan dengan sedikit terburu buru. Lagi, aku merasa malu

"Okuda-san, Kayano-san!" Kedatangan Maehara membuat mata kami membola melihatnya. Dia tampak lelah karna habis berlari.

"Ada apa? Kau tampak cemas?" Kayano membalas sapaannya

Sebelum membuka suara, Hiroto menghela nafas dan, "Karma~~"

Sontak aktivitas makanku terhenti, dan aku memasang wajah terkejut. Netra violetku membulat karna ucapannya yang menggantung lagi.

Tanpa aba aba, aku langsung berlari meninggalkan mereka berdua menuju kamar dimana Karma tertidur. Senyum simpul perlahan terukir jelas di bibir wajahku. Mataku tampak berkaca kaca jika dugaanku benar, Karma telah~~

Dokter membuka mata Akabane dan memeriksanya dengan bantuan senter kecil.

Karma sudah bangun. Senyuman bulan sabitpun terukir di wajah chabiku. Tanpa ku tau, kedua temanku yang tadi di kantin sudah disini sejak aku disini.

"Wah, wah, wah~~ pengeran tidur sudah bangun dari tidurnya."

"Dan, di sini ada tuan putri yang sedang tersenyum bahagia karna pangerannya sudah bangun"

Aku tak bisa berbuat banyak. Mereka mengolokku seperti itu yah, kuanggap biasa saja. Dan ku yakin, wajahku sangat merah sekarang.

"Siapa dia?"

Ruangan sempat hening sejenak sehabis Karma yang baru sadar itu mengatakan sesuatu. 'Siapa' yang dia maksud?

'Apa jangan jangan aku?'

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang