day of execution

924 74 3
                                    

977 words
.
.
.
.

Hari eksekusi telah datang. Menunggu selama lima hari bagaikan menunggu kematian. Dan selama lima hari itu, Karma tidak bisa berbuat apa apa, selain bersenang senang, juga berpikir keras. Tapi, pemikirannya selama ini hanya sia sia. Tidak ada hasil sama sekali.

Salju yang sebelumnya turun malu malu, sekarang sudah menjadi sedikit lebat. Pepohonan dan atap rumah telah menjadi putih tertimpa oleh butiran salju. Meskipun begitu, jalanan masih saja terlihat abu abu karna mobil pembersih selalu membersihkan setiap salju turun.

Syal rajutan berwarna merah, sarung tangan silver, dan mantel bermerek yang tebal setia menghinggap di tubuh putih seorang Akabane Karma.

Sesekali ia melihat jam yang melingkar di pergelangannya pertanda ia sedang menunggu seseorang. Merasa sudah lama di tunggu diselingi rasa lelah karna berdiri cukup lama, Karma akhirnya menistirahatkan kakinya dan duduk di kursi taman tak jauh di sana.

9.05 am

'Mereka terlambat' manik merkuri terangnya langsung mengatup malas karna kesal dengan seseorang yang terlambat datang.

Siapa?

"Karma-kun?"

Suara lembut itu berhasil membuka manik merkuri Karma dan senyuman tipis langsung terukir jelas di wajah tampannya.

"Okuda-san, kalian juga?" Ukiran wajah bahagia Karma jadi sedikit hilang kala melihat semua temannya berkumpul di depannya.

"Tentu saja kami ikut"

"Yah~ awalnya Okuda-san memang tak mengizinkan. Tapi, apa daya jika sudah berhadapan dengan kami? Iya kan, Okuda-san?"

Manami hanya mengganggu kecil, dan sedikit berdehem saat teman temannya berkata seperti itu. Tapi di balik semua itu, pikirannya masih belum tersambung oleh pertanyaan Karma kemarin.

Kenapa ia tiba tiba bertanya seperti itu?

Sedangkan di sisi lain, terlihat seorang pemuda bersurai merah sedang tertunduk sambil memikirkan sesuatu.

'Apa yang harus ku lakukan? Rencanaku gagal total."

"Ada apa Karma?" Fuwa sedikit mengangguk untuk melihat Karma yang sangat tinggi darinya.

"Kau terlihat sakit" Kataoka mendekati Karma karna melihat ada hal yang janggal.

"Ah, aku tidak apa apa. Tolong jangan cemaskan aku"

"Tapi jika tidak bisa, janganlah dipaksakan"

'Memangnya apa yang di lakukannya?' Semua yang ada waktu itu sweetdrop di tempat karna mendengar ucapan aneh Okajima yang sama sekali tidak benar.

"Baiklah. Jika kalian sudah terlanjur kemari, maka aku akan traktir kalian makan makanan mewah"

"Wahh~~ traktir lagi?"

"Adakah sesuatu yang kau sembunyikan Karma? Kau terlihat sibuk"

"Ah! Tidak. Aku baik"

"Benar. Jawabanmu memang benar"

Shinigami no Jikan telah datang untuk menagih janji. Apa yang harus dilakukan Karma jika semua ini terbongkar?

"Wah~ semua ada di sini ya. Dan Karma, kenapa kau tidak membunuhnya?"

"Apa?"

"Karma, membunuh siapa?"
Manik merkuri Karma langsung melebar mendengar dan melihat semua temannya yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Lho~? Kalian belum di beritahu ya? Pantas saja kalian masih hidup" senyuman kejam sang Shinigami mengundang seribu tanya setiap siapa yang melihatnya. Netra merkuri keemasan itu sedikit bergetar menunjukkan situasi sang empunya raga.

"Karma akan membunuh kalian"

Bagai petir yang mengamuk di angkasa saat langit sedang hujan. Kata kata yang barusan keluar dari mulut sang Shinigami, sukses membuat semua yang hadir mematung terdiam.

Perlahan, pandangan semua orang beralih pada Akabane yang terlihat sedang menahan sesuatu. Semua menjauh perlahan dan memberi jarak antara mereka dengan Karma. Terkecuali oleh Okuda Manami.

Pada saat semua orang sibuk menjauh dari pria bersurai merah ini, Nagisa dan Manami dengan cepat langsung menghampiri Karma dan

Plaakkk!!!

Satu tamparan keras dari Okuda berhasil mendarat mulus di pipi Akabane Karma. Langkah kaki pemuda bersurai biru safir itu terhenti perlahan karna melihat kejadian yang amat langka terjadi di depannya

Manami menampar Karma

"A, aku sudah bilang padamu bukan?! Aku akan memukulmu jika kau menyembunyikan sesuatu yang besar di balikku! Ta, tapi kenapa kau~~ kenapa kau menyembunyikan rahasia yang begitu besar, hingga, hingga~ hik, hik-hhik~"

Terbongkar sudah. Rahasia yang sudah di sembunyikan, dan di tahan kuat oleh Akabane Karma terbongkar sudah. Hal ini pastikan terjadi suatu hari nanti, dan itu sudah terjadi sekarang.

Netra merkuri cerah itu menatap sayu seorang wanita mungil yang menangis kecil di depannya. Warna merah muda di pipi kirinya itu sebagai tanda bahwa Karma telah mendapat peringatan keras oleh Okuda.

"Okuda-san, aku tau~-"

"Ya! Aku melakukan semua ini karna aku sangat menghawatirkanmu! Aku baru saja menamparmu karna,~~"

"Hee? Kukira aku kesini hanya untuk menagih janji. Tapi apa boleh buat jika begitu"

Pandangan semua orang waktu itu langsung beralih pada seorang Shinigami yang menunjuk tajam selaras dengan pandangan sendu manik merkuri cerah Karma

"Ini hukuman karna kau tak menepati janji"

PUSHH~~

Okuda POV

Mata kami membelalak melihat kejadian yang sangat cepat terjadi di hadapan kami. Bukan berasal dari jari telunjuk sang Shinigami yg berasap karna peluru telah meluncur, tapi pandangan mata kami mendapati seorang lelaki merah yang sudah tergeletak di tanah.

Kami sempat terdiam sebelum mencerna habis peristiwa yang terjadi

"KARMA-KUN!!!~"

Suara lantang yang ku keluarkan menjadi pemecah kesunyian waktu itu. Dengan cepat, aku bergerak terduduk di sampingnya yang sudah bersimbah darah.

Aku merangkul kepalanya dengan hati hati di pangkuanku. Darah yang mengalir deras dari pelipis kanan matanya itu membuatku menjadi cemas. Mengalir dan mengalir, tangan mungilku sempat ku letakkan di atasnya guna mengentikan pendarahannya. Tapi terlambat, darahnya sudah banyak menggenang keluar.

Suara langkah kaki yang banyak membuatku semakin takut. Teman temanku yang terdiam sesaat di sampingku, mendadak mendekatiku dan terlihat cemas

"Ka, karma-kun! Tolong dia. Kumohon Nagisa-kun! Siapapun kumohon!" Aku hanya bisa berteriak histeris

"Bertahanlah Karma. Itona dan Kimura sedang memanggil Ambulance. Kuatkanlah dirimu"

"Aku~~"

Semua menangis melihatnya. Beberapa dari kami semua memalingkan wajah kami karna tak sanggup melihat derita sadis yang menimpa teman kami.

Sejenak, aku melihat wajah teman temanku yang menatap karma dengan sendu lalu berubah menjadi dingin saat menatap tajam sang Shinigami.

"Okuda-san, kau baik baik saja?" Suara kecil itu menjadi suara terkecil yang pernah di keluarkannya.

"Diamlah! Disaat saat seperti ini, nyawamulah yang sangat patut di cemaskan. Bertahanlah, kau akan, akan baik baik saja~"

"Ja, janji?"

"Janji lebih dari yang kau tau" air mataku mengalir hangat dari pipiku menuju mata sayu pemuda yang sedang ku rangkul erat.

'Berjanjilah. Jangan pernah tinggalkan aku, Karma-kun!"

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang