6.

80 14 7
                                    

Aku berdiri menghadap bangunan itu. Bangunannya cukup luas, namun nampak sepi. Benar-benar sepi. Aku melangkahkan kakiku mengelilinginya sambil berusaha mencerna pikiran diotakku.

Bangunan macam apa ini, keluh ku begitu aku menempelkan tangan yang melengkung dimataku pada kaca bagian depan.

Tidak ada satu benda pun didalam bangunan ini. Jika dilihat dari luar mungkin terlihat seperti toko roti pada malam hari. Ya, sepi dan gelap. Karena tidak ku temukan lampu atau apapun diluar yang sekiranya bisa menjadi penerangan. Keadaan didalam bangunan ini sangat tidak terurus, lantai dibagian dalam sangat kotor. Entah itu kumpulan debu-debu atau apa. Dibagian lantai depan, tempat aku berdiri pun tak jauh berbeda. Hanya ada tambahan kotoran hewan diujung bangunan dengan bau yang samar-samar pada tumpukan sampah.

Bangunan ini terletak diujung jalan, hanya orang yang mencari jawaban seperti aku inilah yang meluangkan waktu mendatangi tempat kotor ini.

Aku meragukan penglihatan mama yang mengatakan bahwa ia melihat Billy masuk kedalam bangunan ini. Memijakkan kakiku pada tiap lantai ini saja aku udah tak sanggup.

Aku membalikkan badanku.

Braakkk!!

Wajahku terbentur benda agak keras, kurasa otot.

Tunggu, tapi apakah tiang listrik memiliki otot? Atau benda dihadapanku ini adalah gumpalan otot-otot pria dewasa pada film yang ditonton Vanessa minggu malam lalu?

Aku mendangak.

Pria berkacamata itu mempertegas pandangannya.

"Apa yang nona lakukan disini?"

"Hhh, a-aku hanya me-mencari.." jawabku terbata-bata.

Pria itu mengerutkan dahinya. Seolah tak puas mendengar jawaban gagapku. Tangannya membawa kantong plastik hitam yang kuyakini adalah sampah.
Dari pakaiannya kurasa ia penjaga toko kue disebrang jalan lengkap dengan topi bordir bertuliskan CakeOhCake.

Biar ku tebak, pria ini berusia kepala tiga atau bahkan kepala empat. Rambut putihnya hampir menjulang disekitar rambut hitamnya yang hampir terkikis habis.

"Me-mencari.. temanku. Ya! aku mencari temanku, Pak."

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, pria itu menarik lengan kananku. Bibir tuanya mendekati daun telingaku.

"Tidak ada temanmu disini, nona. Jadi lebih baik kau pergi atau.."

Bisikan pria itu terasa gantung sepersekian detik.

"Pulanglah, nona." lanjutnya.

Dengan raut penuh tanda tanya aku berjalan menjauhi pria itu, matanya masih berisyarat cepat pergi!.

Aku menyebrang jalan. Tanpa ia sadari aku terus memperhatikan gerak-geriknya. Plastik hitam yang ia bawa, dimasukkannya kedalam bangunan itu setelah terlebih dahulu mengetok-ngetok kaca bagian depan. Menurutku agak aneh saja, pekarangan dan lantai bagian luarnya saja penuh sampah. Bagaimana mungkin toko CakeOhCake membuang sisa kue yang tidak laku terjual didalam bangunan itu? Apakah dinas kebersihan kota mengetahuinya?

Aku akan kembali mencari Billy, aku harus menemukannya!

***

Really sorry for the late update ya:(
Vote dan comment yang membangun selalu ditunggu!

Full of love,
Anjojam

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Peluk Aku Hingga FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang