2.

131 24 8
                                    

Ini semua salahmu! jika terjadi sesuatu padanya, kaulah manusia pertama yang ku cari!

Ku dengar suara teriakan laki-laki itu sebelum ia membanting pintu uks.
Derap kakinya sekarang berjalan menuju arahku.

"Kau sudah sadar?" tanyanya.

"Apa yang kamu lakukan pada Vienna?"

"Kau temanku, jika ada yang menyakitimu berarti dia menyakitiku juga. Dan aku tidak terima begitu saja"

Aku diam tak bergeming.

Pikiranku berkecamuk, seolah kata-kata yang dilontarkan Millen menarikku ke beberapa tahun lalu, tepatnya 11 tahun silam.

"Kekes kenapa kok nangis?"

"Mama kasih barbie-ku ke Mia, aku benci sama Mia!" jawab Kesha kecil.

"Mia? siapa itu Kes?" Billy yang baru bangun tidur siang sibuk mengunyah permen susu di mulutnya sore itu.

"Mia itu anaknya tante Thea, Bill."

"Ohh tante Thea yang temennya mama mu itu ya? Ih jahat ya, masa princess ku yang cantik ini dibuat nangis. Awas aja tuh si Mia, kalau ada dia disini pasti aku bejek-bejek hidungnya sampai hilang!" kini tangan Billy seolah-olah ingin meremukkan badan Mia yang lebih kecil dari tubuhku yang saat itu berusia 5 tahun.

"Kau temanku, jika ada yang menyakitimu berarti dia menyakitiku juga. Dan aku tidak terima begitu saja."

Sekarang bagimana keadaan Billy?
Apa yang ia lakukan diluar sana?
Bagaimana jika dia melupakan teman kecilnya ini?
Oh, Bill.

"Sha, are you ok?"

Aku mengangguk pelan.

Sial! Vienna menjatuhkan makan siangku. Apa yang harus kulakukan, bahkan membawa tubuh mungilku ke kantin saja aku tak kuasa.

"Aku rasa kamu lapar, Sha."
Millen menyodorkan tempat makannya.

"Bagaimana jika makan berdua, kamu tidak keberatan kan?"
Siapa pun tidak akan menolak ajakan seperti ini, lagi pula perutku sudah lapar.

At least, sangat lapar.

Tanpa kusadari, Millen menyuapiku.
Selumpuh ini kah aku?
Oh Tuhan.

Satu sendok kita gunakan secara bergantian, kalau mama di posisiku pasti ia lebih memilih tidak makan ketimbang makan dengan satu sendok bergantian dengan oranglain yang belum tentu bersih.

"Bagaimana jika dia mengidap HIV atau bahkan AIDS? kamu masih tetap mau?"

Aku mengesampingkan opini mama, yang kutahu sekarang beberapa siswi sedang berusaha mencari celah di depan jendela uks saat aku berada di satu ruangan dengan pintu tertutup rapat bersama Millen, cowok pujaan di sekolah yang sekarang menyuapi ku bak puteri raja.

***

Hai, stay tuned dan terus vote ya!

Peluk Aku Hingga FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang