Chapter 3

8.2K 742 22
                                    


***

Sudah tujuh bulan Menma bersekolah di sekolah barunya. Menma sudah bisa akrab dengan teman teman sekelasnya. Walau, tetap saja ada yang tidak menyukai Menma.

Hari ini ada pelajaran Biologi. Salah satu pelajaran favorit Menma selain Matematika dan Fisika. Menma sangat senang memecahkan masalah rumus daripada harus menghafal pelajaran Kewarganegaraan.

"Ih apa sih, gue gak ngerti," Rio menaruh kepalanya di atas meja. Menma hanya tertawa.

"Ini tuh baru tentang tumbuhan doang. Belum nanti kalo tentang anggota tubuh," Ucap Menma sambil mengerjakan tugas.

"Iya tau, dulu waktu SD masih dasarnya aja. Belom dipisah pisah kayak gini. Kan pusing jadinya," Keluh Rio lagi sambil menulis jawaban di buku.

Ya, kalo ini sih memang pelajaran favorit Menma. Menma enggak akan ngeluh ini susah atau enggak. Semakin susah, malah Menma makin seneng.

Dasar aneh.

***

"Menma mau nitip apa?" Tanya Rio sambil berdiri.

"Beliin minum es aja. Ini uangnya," Menma menyerahkan uang pada Rio sedangkan Rio hanya mengangguk.

"Kalo lama jangan salahin gue ya,"

"Iya iya,"

Menma melanjutkan membaca buku pelajarannya. Beberapa murid masih ada yang menatapnya aneh. Menma berusaha tidak ambil pusing dengan tatapan orang orang itu.

***

Sepulang sekolah, Menma mendorong kursi roda nya menuju gerbang sekolah. Perasaan Menma saja atau memang koridor ini sangat panjang, Menma menghela nafas. Sekolah sudah lumayan sepi, karena tugas yang harus dikumpulkan sepulang sekolah. Rio sudah pulang duluan sesuai permintaan Menma. Tidak mungkin Menma meminta Rio untuk menunggu dirinya menyelesaikan tugas tersebut.

"Papa udah dateng belom ya?" Gumam Menma sambil mendorong kursi roda.

"Heh, Menma!" Menma menoleh. Di belakangnya berdiri dua orang cowok yang setahu Menma, mereka adalah pentolan di sekolah ini.

"Siapa lo?!"

"Lo gak tau kita? Keterlaluan," Dua orang itu terkekeh mendengar pertanyaan bodoh Menma. Menma mundur perlahan, lalu membalikkan kursi roda dan melanjutkan perjalanannya yang tertunda. Dia takut Papa nya sudah menunggu.

"Eits, lo mau kemana? Kan kita pengen ngobrol sama lo," Tahan Tatsu- salah satu pentolan itu.

Mereka membalikkan kembali kursi roda Menma sehingga posisi mereka berhadapan. Tatsu dan Kezu menatap remeh Menma yang duduk di kursi roda. Dan Menma membenci itu.

"Kalo gak ada hal penting yang mau diomongin, mending gue pulang," Ucap Menma kesal.

"Pulang aja kalo lo bisa!" Kezu mendorong Menma sehingga dia terjatuh dari kursi roda. Tatsu segera duduk di kursi roda dan memainkan kursi roda Menma.

"Gue pengen tau rasanya jalan pake ginian. Dorong gue Kez!" Kezu mendorong Tatsu sambil tertawa. Tapi tawa itu terdengar menyebalkan bagi Menma.

"JANGAN!" Teriak Menma saat melihat Kezu dan Tatsu naik turun memakai kursi roda nya.

TAK.

Kursi rodanya rusak.

Menma menggeram kesal. Tapi, ini memang salahnya karena tidak bisa berbuat banyak. Kenapa kakinya harus lumpuh?

"Hahaha, kasian kursi rodanya rusak ya?" Tatsu dan Kezu mendekat kearah Menma. Lalu, Tatsu menjambak rambut Menma dan menatap kesal pada Menma.

"Heh, lo tau diri ya! Lo tuh malu maluin sekolah tau gak. Sekolah ini tuh gak pernah punya murid cacat kayak lo! Apa yang bisa dibanggain dari orang kayak lo? Hah?" Ucap Tatsu sambil terkekeh melihat Menma yang berusaha melepaskan tangannya.

Shinin' ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang