Chapter 6

7.4K 725 49
                                    


***

Semenjak kemenangannya di Cerdas Cermat saat kelas 7, Menma selalu dipercaya untuk mengikuti lomba Cerdas Cermat, Olimpiade dan semacamnya.

Sudah beberapa kali Menma meraih juara disetiap perlombaan. Membuat Naruto dan Kurama semakin menyayangi Menma yang sangat berprestasi di bidang Akademik.

Waktu berlalu dengan cepat, Menma sudah semakin dewasa. Sekarang, Menma sudah masuk kelas satu SMA. Karena terkenal dengan kepintarannya, jadi banyak yang ingin berteman dengan Menma.

Walau yang tidak suka masih ada.

Sekarang, Menma menyibukkan diri dengan buku buku Matematika di Perpustakaan. Menma dengan serius menyelesaikan semua soal yang bertuliskan angka.

Insap.

***

Naruto memandang anaknya yang masih sibuk dengan buku buku di meja belajar. Naruto melirik jam dinding di dekat pintu taman belakang.

23:40 PM.

Naruto hanya menggeleng pelan lalu tersenyum. Mendekati Menma yang ternyata tertidur di meja belajar. Naruto memindahkan Menma ke tempat tidur dan memasang selimut sampai pundaknya.

"Papa selalu bangga sama Menma. Oyasumi,"

***

Selasa, 09:15 AM. Kantor Pendidikan Konoha.

Menma memainkan jari dengan gugup. Ini adalah perlombaan yang tidak biasa. Dia mewakili sekolah untuk Olimpiade Matematika melawan semua sekolah yang ada di Negara Api.

Olimpiade Nasional.

Menma pusing rasanya, melihat banyak murid yang berdatangan. Tiba tiba, rasa percaya dirinya hilang. Apalagi, tatapan orang orang itu.

Huh.

Menma mendongak, menatap sang Papa yang asik membaca brosur. "Pa,"

"Ya?" Naruto berjongkok, menyamakan tinggi dengan Menma.

"Nanti kalo Menma salah jawabnya gimana? Terus kalo Menma lupa rumusnya gimana? Menma takut,"

Naruto tertawa. "Ini bukan pertama kalinya kamu ikut lomba kan? Kenapa masih segugup itu?"

"Papa, ini lomba Nasional pa! Nasional! Papa gimana sih," Menma merengut kesal.

"Iya, tapi kenapa sama kata kata 'Nasional' itu? Kan ini tetep kayak lomba sebelumnya. Kenapa perlu takut?" Menma terdiam. Bener juga sih kata Papa nya.

"Mau ini lomba Nasional bahkan Internasional sekalipun, kalau Menma udah usaha, semua gak akan sia sia kok. Kamu ikut lomba nya aja udah bikin Papa dan pihak sekolah bangga," Ucap Naruto sambil tersenyum lebar melihat Menma yang mulai tenang.

"Iya juga sih Pa. Makasih ya Pa," Menma memeluk Naruto erat. Sedangkan Naruto hanya tertawa pelan dan balas memeluk Menma.

Naruto melepaskan pelukannya saat pengumuman terdengar. "Nah, lima belas menit lagi mulai. Kamu masuk sana. Jangan lupa berdoa dulu ya,"

"Iya Pa, Papa juga doain aku ya!"

"Iya, pasti."

Dua hari kemudian ...

Menma hanya diam sambil menunggu makanan datang. Olimpiade selesai hari ini, dia sudah sms Papa nya. Tapi, Papa nya tidak kunjung datang.

Karena sudah kelaparan, akhirnya Menma menunggu di salah satu Café dekat Kantor tempat tadi Menma lomba. Menma mendengus kesal. 'Papa ngapain sih?!' Batin Menma.

"Menma," Menma mendongak menatap sang Papa yang duduk diseberangnya.

"Papa lama nih,"

Naruto tertawa pelan. "Iya maaf ya, tadi Papa belanja dan taruh belanjaan ke rumah dulu. Ternyata kamu udah selesai," Menma hanya mengangguk. Kemudian, makanan pesanan Menma datang.

"Papa gak dipesenin?"

"Habis Papa lama sih. Yaudah aku pesenin ya," Setelah memesan makanan untuk sang Papa, mereka mengobrol santai dan menghabiskan waktu berdua.

***

Seminggu kemudian ...

Sasuke menghempaskan punggungnya pada kursi kerja. Dia merasa lelah karena belakangan ini banyak pekerjaan yang tidak di handle dengan baik.

Sasuke menyalakan TV untuk menghilangkan lelahnya sejenak. Awalnya, Sasuke menatap tidak minat pada acara berita itu. Tapi, tiba tiba salah satu topik berita menarik perhatian Sasuke.

"Olimpiade Matematika Nasional yang diadakan satu minggu yang lalu, dihadiri banyak peserta. Banyak peserta yang sangat antusias mengikuti Olimpiade tersebut,"

Awalnya hanya basa basi tentang berjalannya Olimpiade tersebut. Sampai pemenang juara satu diwawancara dan membuat Sasuke menatap tidak percaya.

"Aku seneng banget. Awalnya sempet pesimis karena ngeliat saingan yang banyak banget, tapi temen temen, Paman dan Papa dukung aku, jadi aku bisa optimis lagi,"

Menma.

Astaga, itu benar benar anaknya. Sasuke masih ingat bagaimana wajah anaknya. Lihat, sekarang Menma sudah besar bahkan mengikuti Olimpiade Nasional.

Di berita tersebut, terlihat bagaimana Menma berinteraksi dengan teman temannya dan orang tua nya. Disana ada Naruto.

"Kakashi," Panggil Sasuke.

***

Hari ini, Menma sedang berjalan jalan keliling Mal Konoha. Papa nya sedang ada janji dengan teman satu sekolahnya dulu. Karena Menma bosan menunggu disana, akhirnya Menma memutuskan untuk pergi ke toko buku.

Setelah memilih dan membeli buku, tiba tiba seseorang memanggil Menma. "Menma?"

Menma menoleh, menatap seorang laki laki tampan, usianya kira kira sepantaran sang Papa. "Ya? Anda siapa ya?"

"Kamu gak tau saya?"

"Ehm, enggak. Maaf,"

Laki laki itu berjongkok didepan Menma yang duduk di kursi roda. Lalu menepuk puncak kepala Menma dan menatap Menma yang masih menatapnya bingung.

"Ini Ayah Menma,"

***

GEWLAAAA W PUSING.

Jadi gini, jangan aneh sama kata kata Negara Api. Sumpah saya bingung mau nulis nama Negara nya apa. Jadi, Suna dan desa yang lain masuk ke dalam satu negara.

Dan saya buntu kata kata banget jadi ada beberapa kata kata yang gak nyambung:')

So, jangan lupa buat Vote and Comment! 💓💓

See you next chap!

Edited : 7 August 2016.
Published : 16 August 2016.

Shinin' ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang