Chapter 8

6.9K 568 20
                                    


***

Hari ini seperti janji sang Ayah, Menma diajak menginap di rumah Sasuke. Setelah mendapat izin dari sang Paman dan Papa nya, akhirnya Menma pun sampai di rumah sang Ayah. Menma memandang sekelilingnya. Jelas, rumah ini lebih besar dari rumah Papa nya. Dan Menma berfikir 'Apa Ayah nya tinggal sendiri di rumah sebesar ini?'.

"Pilih sendiri kamar nya yang mana. Ada dua di lantai bawah deket tangga utama," Jelas Sasuke sambil membawa koper milik Menma. Akhirnya Menma memilih kamar pertama karena lebih luas dan nyaman.

"Ayah ke kamar dulu. Nanti kita makan di luar," Setelah sang Ayah berlalu, Menma menaruh tas ranselnya dan menatap koper lalu merapihkan bajunya.

Berasa hotel.

***

Malamnya, setelah makan malam diluar sesuai janji Sasuke, Menma duduk di ruang keluarga. Memandang antusias pada empat rak buku. Di salah satu rak, terdapat album foto keluarga milik Ayahnya. Tiba tiba, terbesit pikiran yang sudah lama dia hilangkan.

Rasa marah, kecewa dan sedih kembali menghampiri Menma.

Ayahnya memang kembali. Menma memang bersikap seakan akan baik pada Ayahnya.

Tapi, Menma belum pernah bilang kalau dia memaafkan Sasuke. Bagaimana pun, luka yang ditorehkan Sasuke pada Naruto dan Menma sangat dalam.

Menma menghela nafas pelan.

***

Sasuke duduk termenung di pinggir tempat tidurnya. Memikirkan kata kata apa yang akan dia katakan pada Menma dan Naruto?

Katakan saja pengecut. Sasuke belum berani meminta maaf karena kesalahannya yang benar benar fatal. Apalagi pada Menma. Walaupun mereka bersikap baik, pasti mereka membutuhkan penjelasan dan kata maaf dari Sasuke.

Sasuke menghela nafas pelan, siap atau tidak, Sasuke harus menerima semua resikonya. Apalagi dengan Menma. Sasuke sangat siap jika dia mendengar kata kata 'aku benci ayah'.

Sasuke keluar kamar lalu turun ke lantai utama. Menemukan Menma sedang duduk termenung di depan TV. Sasuke menuju dapur, mengambil dua minuman ringan untuk mencairkan suasana nanti.

"Menma,"

Menma menoleh, menatap sang Ayah yang duduk disamping nya. Lalu, menyerahkan minuman dingin rasa jeruk padanya. "Makasih Ayah,"

Sasuke hanya mengangguk. Lalu meminum minuman kopi tersebut sambil memikirkan kata kata yang tepat. Dia tidak bisa berlama lama seperti ini.

"Menma,"

"Kenapa Yah?"

"Maaf Ayah baru ngomong sekarang. Ayah minta maaf udah ninggalin kamu dari kamu baru lahir. Ninggalin Papa kamu juga. Ayah bener bener egois mikirin diri Ayah sendiri." Menma hanya diam. Tidak menjawab apapun.

Sasuke memijat pangkal hidungnya. "Ayah gak bisa cuma ngerasain baiknya kamu sama Papa doang tanpa minta maaf. Ayah tau kesalahan Ayah udah fatal banget,"

"Ayah dateng sekarang, karena bener bener pengen ketemu aku kan? Bukan karena prestasi aku aja?" Tanya Menma.

Pertanyaan itu menyentil hati Sasuke. Dadanya terasa lebih sesak dari sebelumnya. "Enggak. Ini bukan tentang prestasi Menma aja. Ayah sadar kalo Ayah butuh kamu dan Papa kamu. Gak ada yang bisa gantiin kalian. Walaupun Ayah cari sejauh apapun,"

"Kenapa Ayah baru sadar sekarang?"

Skak mat.

Sasuke terdiam. Menma pun hanya diam sambil menatap botol yang berada di genggamannya. Kalau Papa nya ada disini, pasti beliau sudah ngomel ngomel karena bikin Ayah nya terpojok seperti ini.

Shinin' ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang