So Eun muncul di depan pintu kelasku. Tangannya melambai ke arahku dan tentu saja aku segera berjalan menghampirinya. So Eun dan aku satu kelas di tahun pertama, tapi kami terpisah di tahun kedua. Teman berdekatan bangku ketika kelas 1 menjadikan kami sahabat sekarang ini.
"Kantin?" tanyaku. Gadis bertubuh sedikit lebih pendek ini langsung mengangguk menyetujui.
"Tunggu sebentar. Aku ambil dompet dulu." Kemudian aku berjalan menuju bangkuku, mengambil dompet. Saat akan kembali ke depan, mataku sempat menangkap Sehun yang membenamkan wajahnya di antara tumpukan buku-buku yang berserakan di atas meja. Aku mengangkat kepalanya, namun kepala itu terhuyung dan menumpu pada lenganku. Kutumpuk buku-buku tersebut dengan satu tangan, lalu kumasukkan ke dalam tasnya. Setelah itu, kuulurkan tanganku ke depan wajah Sehun yang masih terantuk.
"Kantin?"
Ia meraih tanganku dan menggenggamnya. "Baiklah."
Kedekatanku dengan Sehun memang sangat mengagumkan (menurutku). Kami berdua sudah saling kenal sejak hari pertama ia pindah di apartemen Jaerim. Sehun datang menggantikan seorang wanita paruh baya yang sebelumnya tinggal di depan apartemenku.
Awalnya, aku sangat kecewa begitu nenek itu pindah dengan alasan ia harus menemani cucunya di kampung. Hampir setiap hari aku mendapatkan makan malam gratis darinya. Bahkan nenek tersebut tidak segan-segan memasakkan sarapan untukku sebelum berangkat ke sekolah. Kekecewaanku bertambah saat Sehun datang menjadi tetangga apartemen baruku. Seorang lelaki seangkatan dengan umur beberapa bulan lebih muda dariku. Ia memang tampan, tapi aku tidak butuh itu.
Setelah mengambil jatah makan siang, kami duduk di salah satu meja kantin yang tersisa. Hal yang sangat disukai oleh anak-anak di sekolahku adalah kantin yang luas, bersih, dan terpisah untuk setiap angkatannya. Jadi, di sini terdapat tiga kantin siswa ditambah satu kantin guru dan para tamu.
"Yoora, kudengar kelasmu kedatangan wali kelas baru, Jongin-saem. Sayangnya, ia hanya mengajar fisika di kelasmu," ujar So Eun.
Sehun meneguk air minumnya. "Hanya mengajar di kelas 3-1?"
"Dia menjadi wali kelas kalian dan mengajar fisika hanya di kelas kalian. Di kelasku dan kelas 3-3 diajar fisika oleh Lian-saem," jawab So Eun sambil melayang-layangkan sumpitnya di udara.
Aku mengusap pipiku. "Ini sedikit aneh. Apa gunanya ia pindah ke sekolah kita kalau hanya mengajar satu kelas saja."
"Dengar-dengar, tidak ada satu pun siswa yang tahu asal sekolah Jongin-saem. Dia hanya bilang kalau dia dari Gangnam tanpa memberi tahu nama sekolahnya. Entah sengaja atau tidak. Dan kalau dilihat-lihat, wajahnya familiar," jelas So Eun. Rupanya berita tentang wali kelas baru 3-1 sudah merembet kemana-mana.
"Ah, aku juga merasa familiar dengan wajahnya," celetuk Sehun sambil memutar matanya pelan, dan berhenti tepat saat mata kami bertemu.
"Sehun, kau baru melihatnya tadi malam, jelas saja kalau wajahnya familiar di matamu," kataku cepat.
Baru saja aku mau melanjutkan makanku, tiba-tiba aku teringat pesan Jongin-saem padaku sebelum meninggalkan kelas tadi. Segera kusambar air kemasan milik Sehun dan meneguknya hingga tak tersisa. Bayang-bayang wajah tampan Jongin-saem yang sedang marah seketika memenuhi otakku.
"Ah! Aku harus segera ke ruang guru," pamitku sambil berlalu meninggalkan kantin dengan tergesa-gesa.
Setelah sampai di ruang guru, kulihat Jongin-saem yang sedang duduk mengetik di meja milik Yoonji-saem. Dengan langkah takut-takut, kuberanikan diriku mendekat ke arah guru baru itu.
"Kau menikmati makan siangmu?" tanya Jongin-saem yang membuatku terkejut setengah mati. Langkahku terhenti di samping meja. "Maafkan aku, saem."

KAMU SEDANG MEMBACA
Remember The Galaxy
FanfictionKim Yoora, gadis penderita amnesia yang hidup sendiri di sebuah apartemen mewah. Dengan mengandalkan sejumlah uang yang terus mengalir di rekeningnya, ia hidup dengan sebuah pertanyaan yang tiada berujung di kepalanya. "Siapa aku ini?" Hingga suatu...