#14

22.1K 986 119
                                    

Oldman membawaku ke tempat yang sangat tidak asing.

Sebuah tempat di mana sang Master membangkitkanku. Dari alam kematian.

"Berlutut Zeroone," perintah Oldman.

Aku menurut. Membiarkan lelaki tua itu melepaskan topengku.

"Ahh, sudah sangat lama aku tidak melihatmu tanpa topeng ini Zeroone." Ujarnya.

Tentu saja.

Entah sudah berapa lama. Aku sendiri pun bahkan tidak lagi ingat.

"Seratus empat puluh tujuh tahun dan semua karena kebodohanmu hingga tertangkap olehnya Zeroone!"

Great. "Tak kusangka kau akan benar-benar datang Duncan." Ucapku.

Wajar, mengingat Duncan adalah strigoi liar yang bebas. Tidak sepertiku.

"Tentu saja asshole!" Tatapan Duncan teralih pada Oldman. "Kau tua bangka, tidak kusangka kau akan mau melakukan ini."

Oldman terbahak. "Kenapa tidak, kusarankan kau segera berlutut di sebelahnya Duncan!"

Duncan mengangkat dagunya penuh keangkuhan. "What! Apa kau bercanda? Dengar Oldman-" suara Duncan kini terdengar seperti bisikan."Tidak ada seorangpun, bahkan your stupid Master bisa merendahkan harga diriku!!" Tegasnya.

Aku menghela napas panjang. Waktuku tidak banyak, dan hasratku untuk menghabisi para korbanku semakin tidak terbendung.

Hanya ini satu-satunya cara. Ketika Duncan tengah membelakangiku, kuraih kedua lengannya dan memeganginya dengan sangat erat.

"F*ck! Zeroone. Lepaskan brengsek!" Teriak Duncan.

Terkadang aku merasa jijik dengan diriku yang satu ini. Apakah mungkin di kehidupanku sebelumnya. Mulutku sekotor Duncan.

"Tidak ada pilihan lain. Kau yang memaksaku Duncan," aku memeganginya sekuat tenaga. Meski yang ku tahu adalah, jika dalam satu detik ini Oldman tidak segera membuatnya hilang kesadaran maka Duncan pasti sudah menebas kepalaku.

"Fiuh-" Oldman mengedikkan kepalanya. "Apakah dia benar-benar bagian dirimu yang lain Zeroone?"

Aku memegangi tubuh Duncan. "Kau yakin dia benar-benar tidak sadar?"

Oldman menyipitkan matanya. "Tentu."

Dan ritual itu dimulai.

Oldman mengeluarkan kontrak yang telah menandaiku. Kemudian dengan entah mantra apa yang ia gumamkan.

Cairan berwarna merah itu secara perlahan menampakkan diri. Melingkari beberapa nama yang ada di dalam kontrak.

Kemudian, hanya dalam satu gumaman lagi. Cairan merah yang melingkari salah satu nama, perlahan memudar.

Mengalir jatuh menembus lapisan kertas dan berubah menjadi setetes api.

Kedua mataku spontan terbelalak.

Mengapa sang Oldman bersedia melakukan sihir yang serumit itu. Setidaknya, memanipulasi kontrak akan beresiko mengurangi usia keabadiannya.

"Kemarikan tangan Duncan," pinta Oldman.

Aku mengulurkan tangan Duncan. Memperhatikan dengan seksama ketika sang Oldman menggoreskan sebuah belati dan meneteskan darah Duncan ke atas kontrak.

Cairan merah di atas kontrak itu seketika berubah. Menjadi sehitam arang.

Apakah ini darah Duncan?!

"Apa yang terjadi Oldman? Mengapa saat darah Duncan kau teteskan-"

Oldman menyeringai. "Duncan adalah pecahan jiwamu yang terkelam Zeroone. Karena itulah dia tidak sama dengan para strigoi lainnya."

"Apa maksudmu dengan jiwa terkelam?" Tanyaku.

Oldman terus menggerakkan jemarinya di atas kontrak. "Apakah kau tahu kalau strigoi adalah vampire yang dikutuk?"

Aku meringis. "Derajatku jauh lebih terhormat dibanding Vampire Oldman."

"Yah, apa bedanya. Bukankah kalian sama-sama menyukai darah" suara Oldman terdengar mengejek.

Jelas aku tidak terima. Kami, kaum strigoi adalah makhluk abadi. Dan, tidak ada satu vampire pun yang mampu merubah wujudnya seperti kami.

"Berhenti memancing emosiku Oldman," aku tanpa sengaja menyeringai. Meski segera kuhentikan karena cemas kalau Oldman akan merubah pikirannya.

"Aku sudah mengikat kontrak ini dengan menyertakan darah Duncan. Ingat Zeroone, kau akan terkurung di tempat ini sampai Duncan menyelesaikan setengah dari tugasmu. Apa kau siap dengan resikonya?" Oldman menatapku tajam.

Ketika bayangan Alana melintas di depan mataku. Segalanya seakan gelap. Darahku terasa mendidih, hingga aku tanpa sadar membenamkan kukuku di kulit Duncan.

"Lakukan. Ugh... apapun resikonya, Oldman."

***

Aku bersumpah. Aku benar-benar tidak ingin melakukan ini.

"Akh!"

Zeroone menghujamkan kejantanannya semakin dalam. Menyakitkan.

Tapi... entah mengapa aku malah menikmatinya.

Ia kasar. Tidak memperlakukanku dengan lembut. Dan berbuat sesukanya.

Terlepas dari itu-

"Akh, tidak. Yeah, lebih dalam Zeroone! Oh God."

Aku tak bisa berhenti mengoceh dan mengomentari.

Faktanya adalah, Zeroone benar-benar luar biasa. Kejantanannya terasa memenuhi rongga kewanitaanku.

Basah dan terasa berdenyut. Tidak, mungkin ini adalah aku yang berdenyut.

Karena klimaks itu datang secara mendadak. Tanpa di duga, bahkan aku sama sekali tidak menyadarinya.

Ini benar-benar aneh. Aku tidak pernah melakukan seks dengan siapapun.

Dan mengingat ini adalah yang pertama kalinya bagiku. Mengapa rasanya seakan aku sudah seringkali melakukannya.

Terlebih...

Dada bidang Zeroone bergerak naik turun. Ia mendongak menatapku yang duduk di atas tubuhnya.

Sungguh, aku masih sangat menginginkannya. Melihat betapa keras dan berkilaunya otot-otot yang membentuk tubuh Zeroone-

"Kau masih menginginkanku Alana?" Zeroone menatapku dari balik topeng hitamnya.

Tanpa sadar aku mengangkat daguku tinggi. Berusaha menahan napasku yang kembali menggebu.

Tidak, aku tidak bisa menahannya lagi. Kudekatkan wajahku dengan dada bidangnya yang basah oleh keringat dan perlahan... tanpa sedikitpun ragu... aku mulai menjulurkan lidahku.

Bergerak menurun menelusuri ukiran tato yang melingkar di sisi perutnya.

Zeroone mencengkeram rambutku. Menekan kepalaku hingga wajahku menempel di perutnya. Mulut Zeroone mulai meracau penuh kenikmatan.

Sampai ketika lidahku perlahan mulai menyentuhnya.

Kejantanan Zeroone yang begitu besar kembali berdiri tegak. Aku tanpa ragu menggenggamnya. Mencecapnya dan terus menelusuri dengan lidahku.

"Damn Lana!"

***

Tbc. Next part just for 21+ only!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. GentlemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang