Hanya itu yang Zeroone katakan padaku, sebelum kami melanjutkan apa yang tertunda. Karena selanjutnya pria itu sudah menanggalkan seluruh pakaianku dan hanya menyisakan segitiga penutup bagian kewanitaanku.
Tubuhku bergetar tidak terkendali saat bibir Zeroone yang dingin menelusuri seluruh tubuhku. Memainkan payudaraku dengan lidahnya yang lancip dan basah. Rasanya begitu geli namun membuatku ketagihan.
Ini gila. Aku benar-benar bukan lagi wanita terhormat, dan Zeroone bukan lagi seorang Gentleman. Karena percintaan ini, dilakukan dengan cara yang tidak terhormat dan di tempat yang menjijikan.
Sungguh, aku tidak peduli dengan itu semua.
Aku menggila ketika jemari Zeroone secara perlahan mulai bermain di bagian bawahku. Menelusup di antara kain yang membungkus rapi kehormatanku.
Yang sebentar lagi, mungkin akan segera kuserahkan kepadanya.
Dadaku bergerak naik turun bersamaan dengan tubuh kekarnya yang menempel begitu erat dengan tubuhku. Ia menciumku lagi, mengaduk-aduk rongga mulutku dengan lidahnya yang sangat terlatih.
Tentu saja, Zeroone pasti sudah sering melakukan ini. Dia adalah seorang Servant. Dia akan melakukan apapun sesuai apa yang diinginkan customernya.
Dan kini, akulah customernya.
"Apa kau mengizinkanku, Alana."
Aku menatap Zeroone dengan penuh damba. Kenapa pria ini bertanya lagi, tidakkah ia melihat kenyataan yang ada.
Aku bahkan terlalu mabuk kepayang hingga lupa bertanya apa itu sweeper.
"Apakah kau perlu bertanya." Hanya kalimat itu yang mampu kukatakan sebagai jawabanku.
Zeroone tidak tersenyum. Rahangnya bahkan terlihat mengeras karena menahan hasrat yang nyaris tidak dapat dibendungnya. Mungkin, setidaknya begitulah asumsiku.
Karena kini, setelah kejantanannya yang sudah berdiri tegak berada tepat di depan mahkotaku. Zeroone kembali melumat bibirku dan ia mulai mendorong masuk dirinya ke dalam celah sempit yang kumiliki.
Rasanya benar-benar menyakitkan.
***
Jantungku berdebar tanpa henti.
Sedikitpun aku tidak pernah menyangka, jika bercinta rupanya seperti ini. Andai saja aku tahu, mungkin aku sudah melakukannya sejak dahulu dengan Travis.
Tapi- mungkin juga tidak, karena meski aku mencintai Travis. Sedikitpun tidak pernah terlintas dibenakku untuk melakukan hal seperti ini bersamanya.
Perih, rasanya memang sangat perih. Bahkan ketika aku hanya menggerakkan sedikit kakiku. Dan Zeroone yang masih terengah, mungkin sedikit lelah, menatapku seraya memiringkan kepalanya.
Ia tersenyum padaku. "You're great, Alana"
Aku langsung tertunduk. Tersipu malu akan pujian yang baru saja Zeroone bisikkan padaku. "Rasanya- aku agak sulit berdiri dan kalau kau berkenan. Bisakah membantuku?", mungkin aku terdengar manja. Tapi ini kenyataannya, sakitnya bahkan semakin menjadi saat aku berusaha turun dari wastafel ini.
Zeroone meraih pakaianku. "Pakai ini, aku tidak ingin mereka semua melihatmu dalam keadaan seperti ini." Ujarnya.
Aku melihat tubuhku sendiri dan tersadar, yang dikatakan Zeroone benar. Saat ini aku tidak mengenakan sehelai pakaian pun dan tubuhku yang telanjang benar-benar terekspos dengan jelas.
"Thanks", satu kata itu mewakilkan segalanya yang tak mampu kuungkapkan. Dan kini, meski aku tak tahu kapan kami akan bisa bertemu lagi. Hanya satu harapanku, aku ingin pria ini berbahagia. Aku ingin ia terbebas dari tempat mengerikan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Gentleman
RomantizmDear My Gentleman, Beritahu aku siapa dirimu Seperti apa wajahmu Seperti apa keindahan tubuhmu Karena aku tidak ingin hanya selalu bermimpi Hanya selalu membayangkan Seperti apakah sosokmu yang sesungguhnya. -Alana- Story by : Zeroone .Fiction Sto...