Aku berusaha menggapainya.
"Tunggu..."
Tidak. Jangan tinggalkan aku lagi. Kumohon.
"TRAVIS," aku menjerit sekuat tenaga, tapi dia tampaknya tidak mendengarku.
Aku berusaha mengejarnya setengah mati. Mengejar dia yang terus berlari melewati danau yang tampak begitu dalam. "TRAVIS TUNGGU!"
Lagi, untuk yang ke sekian kalinya aku meneriakinya. Dan kali ini ia menoleh, tampak berdiri dalam kebisuan di atas air. Sebentar- bagaimana bisa ia berdiri di atas air.
Aku mengangkat sebelah tanganku untuk menggapainya. Memohon agar ia mau kembali padaku. Tapi Travis tidak menatapku dan malah menatap ke arah lain. Ke arah jembatan batu. Yang terletak di kejauhan.
Aku mengikuti arah pandangnya. Dan terkejut saat melihat siapa yang berada di atas jembatan itu.
Entahlah...
Aku merasa mengenal sosok itu. Dia, yang memiliki rambut selegam arang. Berdiri sambil terus memandang ke arahku.
Sebenarnya siapa dia. Aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Tapi- mengapa ia mengulurkan tangan padaku.
Kedua kakiku secara perlahan melangkah ke air, jujur aku penasaran. Aku ingin melihat lebih dekat wajah itu. Tidak, ini bukan keinginan pikiranku, hatiku lah yang memerintahkannya.
Hei, bukankah aku hebat. Kedua kakiku jelas menapak di atas air, tetapi aku sama sekali tidak tenggelam.
Hanya saja, sesuatu seolah menyadarkanku...
"Lana, pergi-"
Aku menoleh ke arah Travis, yang akhirnya mengeluarkan suara.
"Travis?"
Travis menggeleng padaku. Raut wajahnya tampak sendu seolah berjuta kesedihan hinggap di dalam relung jiwanya.
"PERGI LANA, CEPAT!!" Aku tersentak saat mendengar teriakan Travis dan seketika itu pula, tubuhku tenggelam begitu saja ke dalam danau.
"TRAVIS..." aku berusaha meminta pertolongan padanya. Tapi dia menghilang begitu saja.
Tidak... aku akan tenggelam...
Air perlahan mulai memasuki hidung dan mulutku. Sesak! Sungguh sesak rasanya- 'Siapa saja, kumohon tolong aku...'
Dan perlahan, namun pasti. Sebuah tangan meraih tubuhku ke dalam dekapannya. Entah tangan siapa itu. Yang jelas, kini. Aku bisa kembali bernapas, berkat bantuannya.
"Alana, sayangku..."
***
"Lana bangun!!"
Seketika aku terlonjak. Terkejut akan teriakan Hellen yang begitu memekakan telinga.
"The hell! Hellen. Kau membuat telingaku sakit tahu," Ocehku. Tentu saja aku marah, bagaimana jika gendang telingaku rusak karena teriakannya.
Hellen melipat tanganya di dada sambil memelototiku. "Oh nona besar, sayangnya kita sudah tiba di kampung halaman tercinta."
"Benarkah?" Aku melihat keluar jendela.
Benar saja.
Oh Tuhan, akhirnya segalanya akan terjadi. Pertunangan itu pasti akan segera terlaksana. Tapi... Mimpi apa itu tadi? Mengapa Travis terlihat begitu mencemaskanku. Terlebih, pria yang ada di atas jembatan itu- tatapannya terasa begitu dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Gentleman
RomantizmDear My Gentleman, Beritahu aku siapa dirimu Seperti apa wajahmu Seperti apa keindahan tubuhmu Karena aku tidak ingin hanya selalu bermimpi Hanya selalu membayangkan Seperti apakah sosokmu yang sesungguhnya. -Alana- Story by : Zeroone .Fiction Sto...