Kaleng soda di tangan Kelsey hampir habis, sementara kotak pizza di hadapannya sudah bersih. Tentu saja, Hunter yang memakan enam dari delapan bagian pizza itu. Kini, mereka duduk bersama ketenangan dengan layar televisi yang menayangkan sebuah film tentang bertemunya cinta lama.
"Kau tahu, aku tidak pernah mendengarmu menceritakan tentang cinta lamamu," ucap Kelsey.
"Karena tidak ada yang bisa kuceritakan." Hunter membalas santai.
Tidak bisa atau tidak mau? Karena Kelsey yakin, pria setampan Hunter pasti memiliki penggemar yang menjamur. Tidak sedikit gadis yang tentunya bersedia melemparkan diri tanpa syarat pada Hunter.
Kelsey mengerucutkan bibirnya, lalu bertanya, "Sebenarnya berapa usiamu? Aku baru menyadari hal ini; aku tidak tahu tanggal ulang tahunmu."
Tertawa, Hunter meneguk habis bir di tangannya.
"Aku lahir 28 tahun yang lalu, di musim dingin," jawab Hunter dengan satu kedipan mata.
Kelsey berdecak. "Aku membutuhkan tanggalnya, Hunter."
"Kau tidak memerlukannya," balas Hunter penuh percaya diri. "Karena aku tidak ingin kau memberiku hadiah."
Kedua alis Kelsey terangkat naik.
"Mengapa tidak?" tanya Kelsey penasaran.
Hunter tersenyum, kemudian mengulurkan tangan dan menyentuh wajah Kelsey.
"Karena kau adalah hadiah terbaik yang bisa kuharapkan dari hidup ini."
Jawaban itu diucapkan dengan segenap kesungguhan hingga Kelsey terpana selama sesaat. Lalu otaknya kembali mampu berpikir jernih dan Kelsey tertawa.
"Kau dan mulut manismu itu benar-benar berbahaya," balas Kelsey. "Hm ... bagaimana dengan masa kuliahmu? Hingga kau memutuskan untuk menjadi pelatih?"
"Aku mengambil jurusan bisnis saat kuliah, namun aku lebih fokus pada American Football." Hening sesaat, lalu Hunter melanjutkan, "Aku mendapat tawaran untuk bergabung bersama salah satu tim profesional dari Phoenix, namun ... aku mengalami cedera. Setelah itu aku memutuskan untuk kembali ke sini. Dan memulai hidupku dari awal."
"Apakah itu ... menyakitkan?" tanya Kelsey pelan. "Kehilangan cita-citamu?"
Hunter menoleh, mata hijaunya menatap Kelsey tanpa ragu.
"Aku sudah merasakan kehilangan yang jauh lebih besar dari itu."
Kelsey tertegun. Apa maksudnya? Apa itu berhubungan dengan ... keluarga Hunter? Karena jika harus jujur, Kelsey merasa Hunter menyembunyikan sesuatu. Belum lagi mimpi buruk yang kerap mendatanginya kala tidur. Setelah satu bulan terlewati dan Hunter tetap tidak memberi penjelasan, Kelsey merasa semakin yakin ada hal menyakitkan yang terjadi pada hidup Hunter.
"Bagaimana denganmu? Ada cinta lama yang harus kuwaspadai eksistensinya?" tanya Hunter dengan senyum menggoda.
Kelsey tertawa.
"Kau tidak akan percaya. Aku bertemu dengan banyak pria aneh sepanjang hidupku," jawab Kelsey. Lalu ia pun mulai menjelaskan, "Ada seorang pria yang menanyakan gajiku pada kencan pertama kami. Lalu seorang pria yang lain menanyakan berapa anak yang ingin kumiliki. Namun kau tahu, pertanyaan apa yang paling menyeramkan?"
Hunter menggeleng.
"Seorang pria pernah bertanya padaku, apakah rambutku juga pirang di bawah sana? Astaga, aku langsung menyiramnya dengan minuman di tanganku!"
YOU ARE READING
Lost Girl (Lost #2)
RomanceKelsey Eiren tidak pernah berpikir dirinya akan kembali ke kota yang telah menghancurkan hidupnya. Namun ketika lima tahun berlalu dan keadaan tidak memberinya pilihan, Kelsey pun melakukannya; kembali ke kota Holy. Kali ini, tidak hanya harus berha...