"Lo kenapa sih cemberut kayak gitu? udah jelek tambah jelek tau nggak" ledek Letta mencoba untuk menaikkan mood temannya itu.
Sejak masuk kelas muka Melody sudah ditekuk membuat orang yang ingin menyapanya mengurungkan niatnya daripada kena semprotan seperti yang dialami Radit tadi pagi.
Radit yang memang tidak tahu apa yang terjadi dengan Melody, dengan santainya bicara kepada gadis itu untuk meminjam PR matematikanya, dan hasilnya memang Radit mendapatkan apa yang dia inginkan tapi sebelum itu terlebih dahulu mendapatkan semprotan dari Melody.
"Gara-gara Alan lagi?" tebak Letta, dan sepertinya tepat sasaran. Karena dia melihat reaksi Melody yang semakin cemberut. Letta menghela nafas,
"Dia kenapa lagi sih?" Letta tak habis fikir dengan sikap Alan yang sampai saat ini tidak sadar bahwa Melody mencintainya. Terkadang dia bimbang apa cowok itu memang nggak bisa peka sedikit atau memang nggak tahu arti tatapan Melody untuknya.
Akhirnya Melody mengangkat kepalanya menatap Letta, dan Letta kaget ketika melihat mata Melody berkaca-kaca.
"Diaa..." ucapan Melody terputus karena mendengar suara orang yang sedang jadi objek pembicaraan mereka. Alan. Dengan cepat Melody merubah raut mukanya dari wajah sedih menjadi wajah biasa, tak lupa menghapus bekas air mata yang sempat turun dipipinya.
"Serius amat bu, ngomongin apa sih?" Alan menarik bangkunya menghadap dua gadis yang tengah sibuk ngobrol "Ngomongin gue ya" lanjutnya dengan alis yang ia naik turunkan.
Letta dan Melody saling berpandangan dan langsung mencibir "PD" ucap mereka bersamaan, dan membuat cowok itu terkekeh geli.
***
Melody melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan yang sering dia kunjungi jika ia sedang ingin menyendiri, seperti hari ini. Setelah terdengar bunyi bel istirahat dia langsung meluncur ke Ruang Musik. Ruang dimana dia bisa menyalurkan perasaannya secara tak langsung tanpa diketahui oleh orangnya. Bukan dia tak ingin mengatakannya tapi ah sudahlah mengingatnya saja membuat dia sesak.
"Kak Melody kesini juga?" ucap sebuah suara yang membuat Melody langsung menolehkan kepalanya kebelakang.
"iya, kamu juga?" tanyanya balik saat mengetahui siapa yang bertanya kepadanya Sasa, adik kelas sekaligus teman satu ekskul musiknya.
Gadis itu mengangguk lalu mengampiri Melody yang tengah memegang sebuah gitar ditangannya "Iya kak, lagi suntuk nih makanya kesini. Hari ini gitar ya kak" tanyanya ketika melihat Melody mulai memetikan gitar yang ia pegang.
"Ia, nih lagi coba-coba aja sih."
Sasa menjentikkan jarinya "Nyanyi dong kak, lagu Maudy Ayunda." Ucapnya tiba-tiba dengan suara yang sangat semangat
Melody yang mendengar itu langsung mengernyitkan dahinya heran,tapi langsung terkekeh
"Lo ya, baru dateng udah nyuruh gue nyanyi aja" candanya sambil geleng-geleng kepala. Jujur dia sangat jarang bernyanyi didepan orang lain apalagi dengan sesorang yang belum terlalu dekat dengan dirinya contohnya Sasa ini.
Sasa nyengir, dia merasa salah tingkah mendengar perkataan kakak kelasnya itu "Yah kak sekali doang, boleh ya" dia menggabungkan tangannya, meminta dengan sangat pada Melody untuk mengabulkan permintaannya itu.
Dia benar-benar ingin mendengar Melody menyanyi. Selama dia mengikuti ekskul musik belum pernah dia mendengar suara kakak kelasnya itu, padahal kata temannya yang tak sengaja mendengar Melody menyanyi mengatakan suara Melody bagus sangat bagus malah.
Melody tertawa kecil "Boleh, tapi yang mana" akhirnya kalimat itu yang dikeluarkan Melody. Tak apalah sekali-sekali dia juga ingin menghilangkan rasa sesak yang ia rasakan saat ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Alan✔
Teen Fictioncerita klise tentang perasaan seorang gadis yang mencintai dalam diam sahabatnya. Melody Alan. Melody mencintai Alan yang terus menerus bersamanya. Mencintai cowok yang sudah menemaninya sejak kecil, mengetahui segala tentang dirinya. Tapi, hanya sa...