Seseorang selalu dihadapkan pada sebuah pilihan. Dimana seseorang akhirnya dapat memilih setelah hasil menimang-nimang kedua pilihan tersebut. Keluarlah jawaban, keluarlah pemenang dari setiap pilihan. Seseorang memilih artinya orang tersebut sudah menentukan yang menurutnya terbaik dengan mengorbankan pilihan lainnya atau dengan menerima konsekuensi bahwa pilihan lain adalah biaya peluang yang tidak bisa ia raih kembali.
Namun setelah keputusan diambil. Pantaskah kita masih berpikir? Apakah kita berada pada pilihan yang benar ataukah salah? Apakah yang kita pertahankan dan apa yang kita korbankan itu keduanya sudah berada pada posisi yang sesuai? Atau kita masih saja keliru dengan keputusan kita? Tapi kenapa pertanyaan-pertanyaan itu ada?
Bukankan sebelum memilih kita berpikir dengan matang? Hati kita pun mantap bukan saat mengorbankan pilihan lain? Darimana datangnya keraguan ini?
Semua pertanyaan tak bisa terjawab begitu saja, sulit! Mungkin jawabannya hanya lamunan. Astagfirullah, ya Allah cabutlah segala kepahitan ini.Pahit?
Kenapa pahit rasanya memilih itu?
Mungkin karena dengan memilih kita harus rela mengorbankan yang lain. Kita harus ikhlas mengetahui bahwa apa yang kita korbankan bukan lagi menjadi milik kita.
Bukan ini yang kita harapkan, bukan!
Apa bisa ini dibilang penyesalan, tapi bagaimana jika keadaannya terbalik? Bagaimana jika yang dikorbankan adalah yang terpilih sekarang? Apa keadaannya masih sama? Menjadi lebih baik? Atau mungkin semakin buruk dari sekarang? Bertanya-tanya soal apakah ini penyesalan atau bukan, semua yang terjadi sulit dimengerti. Bisa jadi kita keliru, bisa jadi ini bukan penyesalan melainkan keserakahan.Bicara tentang keserakahan, satu kata itu mungkin bisa menggambarkan keadaan hati saat ini. Apa sebenarnya dari tadi yang kita bahas. Mengenai pilihan, kepahitan, penyesalan sampai keserakahan. Sebenarnya ini hanyalah cerita cinta seorang wanita yang mulai beranjak dewasa.
Ternyata menjadi dewasa itu, ya lumayan!
Tetapi dibalik kepahitan dan kesulitan menjadi dewasa ada banyak kebahagiaan disana. Cerita cinta ini mengisahkan betapa beruntungnya seorang wanita yang dicintai dengan tulus oleh 2 lelaki sekaligus.
Memang akhirnya kita harus memilih. Sungguh kedewasaan ini mengajarkan kita banyak hal penting. Cobaan memang datang sesuai porsinya. Wanita yang beranjak dewasa ini pun sedang bimbang dengan perasaannya. Dengan calon imamnya kelak,dengan jodohnya!Sekarang kita tidak hanya memikirkan, tampannya pacar kita atau begitu populernya pacar kita. Bukan juga soal pacaran ala ala anak gaul.
Tetapi wanita yang beranjak dewasa ini memiliki persoalan lain, ia sedang memikirkan lelaki yang nanti akan menjadi imamnya,menjaganya,tidak hanya mencintainya, tetapi juga mencintai penciptanya. Yang kelak akan membawanya menuju jalan yang lebih indah. Sungguh menjadi dewasa ini memanglah sulit. Karena kita tidak lagi memikirkan soal berpacaran, mendebatkan film apa yang akan kita tonton dibioskop dengan sang pacar. Sulit, lebih sulit lagi karena yang kita pikirkan sekarang adalah mengenai imam kita kelak.Apakah kita sudah memilih imam yang benar? Yang benar menurut Allah untuk kita. Jawabannya tentu harus kita cari, harus kita temukan dalam istikharah kita. Selain itu, tetap berusaha melakukan yang terbaik, istiqamah, berdoa dan yakin. Bisa jadi kita sudah benar dengan pilihan kita. Bisa jadi juga kita salah dan memperbaikinya. Bisa jadi malah kita belum bertemu dengan jodoh kita. Banyak kemungkinan.
Yang pasti yakinlah pada Allah. Yakinlah bahwa Allah selalu memilihkan yang terbaik untuk kita. Kita hanya harus terus berusaha dan melakukan yang terbaik pula. Soal nanti bagaimana, soal nanti apa yang terbaik untuk kita. Biar Allah yang mengurusnya. Jangan takut. Semua mudah bagi Allah.
Allah dapat membulak-balikan hati manusia. Insya Allah, semoga kita selalu ada dalam lindungan Allah. Dan untuk sekarang semoga Allah mengangkat segala kepahitan dan kesedihan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Beranjak Dewasa
Non-FictionSungguh menjadi wanita dewasa ini memanglah sulit. Mengetahui cobaan yang kita hadapi adalah sesuai porsinya. Semakin dewasa tidak indah jika masalah kita tidak semakin rumit, karna kedewasaan mengajarkan kita bagaimana masalah bisa kita kalahkan.