Rana berulang kali mematut diri pada kaca spion seraya merapikan rambutnya. Kini dia tengah berusaha membuat kuncir kuda, namun itu membuat penampilannya terlihat sedikit aneh dengan perpaduan dress putih beberapa cm diatas lutut. Kevin yang sedari tadi memperhatikan tingkah Rana mulai jengah.
"Sini." Kevin menarik wajah Rana untuk mendekat. Perlahan ia merapikan seluruh rambut Rana ke belakang. Ia menyatukan helaian demi helaian dan menggulungnya hingga terbentuk cepol.
"Mana karetnya." Dengan sedikit gugup Rana memberikan karet rambut berwarna hitam yang sedari tadi melingkar di pergelangan tangannya.
"Kepanjangan sih rambutnya. Aku suka rambut kamu pendek tau na." Kevin menyelesaikan kunciran rambut Rana dengan pelan. Beberapa rambut yang tidak bisa ikut tergelung menjuntai disisi wajah Rana.
"Gini kan simple. Tapi manis." Kevin menyentuh pipi Rana dan tersenyum. Hal itu berhasil membuat jantung Rana berjumpalitan.
"Makasii..." Rana segera membuang muka dan merapikan rambutnya sekali lagi di hadapan kaca. Menghindari tatapan Kevin karna takut laki-laki itu dapat melihat wajahnya yang telah bersemu.
"Udaah. Kacanya nanti malu kamu liatin mulu." Rana menatap Kevin dan mencebik kesal.
"Nanti pulang sama siapa?" Kevin menatap Rana lekat-lekat.
"Besok pulangnya. Nanti jadwalnya padet. Jadi nginep." Rana mengecek kembali sling bag di pangukannya.
"Emang mau ngapain aja?" Rana menghentikan aktivitasnya dan menatap Kevin bingung.
"Sejak kapan kamu hobi wawancarain aku?"
"Engga gitu. Aku kan cuma mau tau. Soalnya kamu kayanya gabawa baju ganti trus mau nginep. Emang ga risih?"
"Aku ke mall sama salon trus ke kafe juga."
"Pake baju gitu?" Kevin menunjuk dress yang Rana kenakan hari ini. Sebuah dress berwarna putih polos dengan tali spageti, dan hiasan bunga dibagian tengah pingganya. Sangat sederhana.
"Emang kenapa?" Kini giliran Rana kembali mengamati penampilannya.
"Ya kamu, pergi? Pake gitu?"
"Sweater rajut aku ketinggalan di rumah ini pas main beberapa bulan lalu. Aku pake itu buat luaran. Gausa jadi old fashion banget gitu deh. Nyebelin." Cibir Rana. Dari pertama kali mereka bersama, Kevin selalu memprotes pakaian Rana. Mulai dari jangan terlalu ketat, hingga jangan terlalu pendek. Terkadang hal itu membuat Rana kesal. Rana bukan anak kecil lagi yang harus diatur pakai baju ini baju itu. Begitu pikirnya. Namun terkadang perkataan Kevin menjadi benar tatkala ia diganggu beberapa pria iseng di jalanan ketika melintas.
"Aku selalu jadi orang yang paling nyebelin dimata kamu kan kalo udah urusan fashion." Kevin menyelipkan helaian rambut yang menjuntai ke balik telinga Rana.
"Aku dah telat. See you." Rana melangkah keluar dari mobil Kevin.
"Besok jadi kan?" Teriak Kevin dari dalam mobil menghentikan langkah Rana.
"Iyaa. Jam 8. Jemput disini ya." Kevin mengangguk paham. Setelah Rana menghilang di balik pagar Alea, Kevin meluncurkan mobilnya menuju rumah sakit.
Rana berlarian kecil melintasi kebun rumah Alea yang telah disulap menjadi tempat yang manis. Berbagai jenis bunga berwarna putih menghiasi setiap sudut dan sisi kanan kiri jalan setapak menuju kursi-kursi di tengah kebun. Pada salah satu meja di tengah kebun, Tashya, Alea dan Nindya tengah sibuk bercakap-cakap sambil sesekali tertawa geli. Rana melangkah cepat ke tempat mereka.
"Maaf gua telat." Rana mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sling bagnya.
"Selamat yaa." Rana memberika kotak itu dan memeluk Alea erat-erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stole Your Heart
RomanceMaharany Kirana dihadapkan oleh tekanan dan perang batin menjelang pernikahannya dengan Bima. Salah seorang yang pernah begitu berarti mengisi hari-harinya kembali hadir. Menghangatkan harinya lagi melebihi hari yang lalu. Cinta pertama yang setenga...