Beberapa orang keluar dari apartment dengan tampang kesal. Beberapa lagi memaki. Dan sisanya memberi nasihat peringatan. Tapi Kevin tetap berusaha menggebrak-gebrak pintu apartment Rana. Sudah 10 menit berlalu dan belum ada tanda-tanda Rana akan membukakan pintu untuknya.
"Rana buka!!! Buka atau aku bikin sistem keamanan apartment kamu rusak!!!" Teriak Kevin jauh lebih keras kali ini.
"Ranaa....." Panggil Kevin akhirnya kelelahan dan hampir frustasi. Tiba-tiba terdengar bunyi kunci pintu terbuka, dan disusul Rana muncul dihadapan Kevin dengan penampilan berantakan. Baju Rana masih sama dengan yang terakhir dia kenakan dua hari lalu. Kunciran rambutnya setengah terlepas. Anak-anak rambutnya mencuat kemana-mana. Masih ada jejak air mata dipipinya.
"Kamu ngapain disini?" Lirih Rana.
"Kamu bikin aku khawatir." Tanpa permisi Kevin langsung membawa Rana kedalam rengkuhannya. Rana hanya diam tidak merespon apapun yang dilakukan Kevin.
"Masuk vin. Gaenak diliat tetangga aku." Rana masuk ke dalam apartment diikuti Kevin. Setelah itu Rana hanya berdiri memandang jalanan dibawah sana melalui jendela kaca yang besar. Hiruk pikuk pagi hari masih sangat terasa dibawah sana. Apartment Rana tampak kacau seperti pemiliknya. Tas yang rana kenakan terlempar diatas sofa menghamburkan isinya ke lantai. Televisi di dinding ruangan masih menyala dengan siaran yang tidak jelas. Kotak musik dikamar Rana menyala menguarkan suara Yiruma hingga ke ruang tengah. Semua lampu menyala tanpa ada tanda-tanda akan segera dimatikan. Kevin dengan sangat perlahan mendekati Rana. Wanitanya tampak teramat rapuh saat ini.
"Rana..." Kevin berdiri tepat satu langkah dibelakang Rana. Rana menghela nafas panjang sebelum kembali berujar,
"Kenapa dia vin... Kenapa setelah sekian lama dia dateng...? Aku ga baik-baik aja vin... Aku marah. Kecewa. Sakit. Benci. Dendam. Depresi. Aku gatau mana yang cocok buat aku sekaraangggggg!!!" Rana menjerit frustasi diiringi isak tangisnya yang kembali pecah. Kevin bahkan harus menebak-nebak sudah berapa lama wanita dalam pelukannya saat ini menghabiskan waktu untuk menangis. Dengan sabar Kevin mengusap-usap punggung Rana. Membiarkan dia terus menangis hingga lelah dalam dekapannya. Setelah tangis Rana mereda, Kevin mulai angkat bicara.
"Kamu udah makan?" Rana menggeleng pelan.
"Kamu mau makan?" Rana kembali menggelengkan kepala.
"Kamu butuh istirahat. Ayo, tidur." Rana kembali menggelengkan kepala.
"Aku gabisa tidur." Ucap Rana parau.
"Ayo, na. Kamu butuh istirahat. Aku temenin kamu. Aku gabakal kemana-mana." Kevin dengan perlahan memapah Rana ke dalam kamar. Merebahkannya keatas tempat tidur, setelah itu mengecilkan volume di kotak musik sebelum ikut berbaring di samping Rana.
"Aku cape vin..." Rana melingkarkan lengannya ke pinggang Kevin, memeluknya erat.
"Iyaa, aku tau. Makanya kamu tidur yaa." Kevin membelai helaian rambut Rana. Menyelipkan beberapa anak rambut ke belakang telinganya.
"Kamu disini?" Kevin mengangguk yakin.
"Aku nemenin kamu, naa." Kevin melepaskan ikatan pada rambut Rana dengan perlahan.
"Jangan pergi vin...." Kevin terdiam.
"Aku gamau dia balik. Aku ga siap... Jangan tinggalin aku lagi... Aku takut.... Takut buat kehilangan lagi....." Lirih Rana tak menentu sebelum akhirnya jatuh terlelap dengan air mata yang masih mengalir. Kevin menghela nafas berat. Ia memperhatikan Rana yang kini nafasnya mulai teratur. Ada rasa sakit yang terus menjalar saat melihat Rana seperti saat ini. Dia tidak tahu jika kedatangan Dewa mampu membuat wanita ini begitu rapuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stole Your Heart
RomanceMaharany Kirana dihadapkan oleh tekanan dan perang batin menjelang pernikahannya dengan Bima. Salah seorang yang pernah begitu berarti mengisi hari-harinya kembali hadir. Menghangatkan harinya lagi melebihi hari yang lalu. Cinta pertama yang setenga...