Suasana kembali sepi. Kebun yang semula menjadi tempat garden party telah dibersihkan. Beberapa bunga yang masih bisa diselamatkan kini menghias ruang tamu rumah Alea. Sisanya yang telah layu direndam di kolam ikan belakang rumah. Nindya sejak pukul 6 telah pulang karena harus mempersiapkan beberapa hal menjelang bulan-bulan terakhir kehamilannya. Sedangkan Alea sibuk membenarkan jadwal dengan butik, percetakan, catering juga gedung. Tashya menemani Rana yang berjalan ke depan untuk menunggu dijemput.
"Lu jalan sama Kevin?" Rana mengangguk dan tersenyum.
"Bima tau?" Mereka berdua menghentikan langkah di pagar rumah Alea.
"Engga?" Tebak Tashya telak.
"Dia belom ngehubungin sejak beberapa hari yang lalu. Sinyal disana susah kayanya." Rana melirik jam di pergelangan tangan kirinya.
"Lu udah cerita kalo ketemu Kevin?" Rana menggelengkan kepala pelan.
"Trus lu mau main kucing-kucing an sampe kapan sama Bima?" Rana menghela nafas berat.
"Kenapa sih lu sama Nindya hobi nya mojokin gua mulu? Pokoknya sampe gua yakin mau lanjut nikah apa ga, kalian gabole nge judge gua seenaknya gitu." Cibir Rana kesal.
"Naaa...." Tashya menyentuh pergelangan tangan Rana yang langsung ditepis.
"Kevin dah jemput." Mobil Kevin berhenti tepat dihadapan mereka. Kevin menurunkan kaca jendela miliknya dan tersenyum ramah pada Tashya juga Rana.
"Pagi Tashya, Kirana." Sapanya dengan ceria.
"Dadah. Jangan lupa mandi ya kalo mau kerja." Rana melambaikan tangan pada Tashya sebelum berlarian masuk ke mobil Kevin.
"Jangan macem-macem sama temen gua." Peringat Tashya dengan ketus.
"Siap! Pergi dulu yaa..." Kevin melajukan mobilnya perlahan meninggalkan Tashya yang masih menatap kepergian mereka dengan tajam.
"Kenapa Tashya jutek banget sih sama aku?" Kevin melirik Rana dan menatap jalanan secara bergantian.
"Kaya gatau Tashya aja sih." Rana melemparkan beberapa paper bag ke jok belalang.
"Kamu mau jalan-jalan pake gitu?" Kevin kembali melirik Rana. Rana terdiam dan mengamati dirinya sendiri. Ia mengenakan dress berwarna pastel dengan tali spageti yang diberi luaran sweater rajut berwarna putih serta heels yang kemarin dia pakai saat datang ke rumah Alea.
"Emang kenapa? Dressnya ga terlalu mencolok kok." Rana menatap Kevin dengan bingung. Rana tahu Kevin tidak suka kalau dia mengenakan dress yang terlalu mencolok atau menarik perhatian banyak mata. Terutama mata para lelaki.
"Bukan dressnya maksud aku. Itu loh heels kamu. Kamu mau jalan pake itu?" Rana mengangguk yakin.
"Aku gabawa sendal. Lagi juga biasanya aku jalan pake itu. Trus lagi sekarang kan kamu tinggi. Biar ga terlalu small akunya." Rana mengecek pesan Line nya yang mencapai angka 300. Padahal terakhir dia mengeceknya adalah kemarin pagi sebelum acara garden party dimulai.
"Kamu cantik kalo di cepol. Manis. Kaya boneka. Gemesin." Kevin mencubit pipi kanan Rana menggunakan tangan kirinya.
"Ishhh! Gombal. Udah basi. Ga berlaku lagi buat aku." Rana menepis keras tangan Kevin yang masih bersarang pada pipinya.
"Duhh, bu dokter jangan galak-galak dong ahh. Atutt..." Kevin menggidik an badannya.
"Jangan mulai kaya Jay, vin. Aku gasuka tau." Rana melipat bersedekap kesal.
"Hahahahhaa, iyaa maafin aku yaaa.." Kevin membelai lembut rambut Rana.
"Aku harus ngiket rambut aku nih jadinya?" Kevin bergumam pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stole Your Heart
RomanceMaharany Kirana dihadapkan oleh tekanan dan perang batin menjelang pernikahannya dengan Bima. Salah seorang yang pernah begitu berarti mengisi hari-harinya kembali hadir. Menghangatkan harinya lagi melebihi hari yang lalu. Cinta pertama yang setenga...