Lambaian Tangan

45 2 2
                                    

....
....
....
....
....

Reyhan

     Apa kabar kamu? aku yakin kamu baik-baik saja kan? tentu. cukup, cukup aku saja yang merasa tidak baikkan. Kini aku tinggal di Bandung, tepatnya berada di rumahku dahulu. aku telah bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Geologi. Perusahaan milik negara tentunya. umurku beberapa hari lalu sudah bertambah menjadi 28 tahun, sungguh rasanya baru kemarin aku berseragam putih abu penuh cerita itu, kini aku harus berpakaian formal lagi.
aku sangat bersyukur bekerja disini, karena pada akhirnya aku kembali ke Bandung untuk bertemu seseorang yang selama ini aku sayangi dan tentu aku cari. 
Clara. itu nama orang yang selalu ada dalam hatiku dan aku cari hampir di setiap sudut kota kembang ini, tapi tidak ada satupun yang mengetahui kemana dia pergi. Semenjak dia tidak menepati surat yang aku berikan pada dia beserta janji yang aku buat untuk bertemu di Monumen Nasional, DKI Jakarta. aku selalu bertanya ;
kenapa dia tidak datang?
kenapa dia tidak membalas suratku, setiap kali aku kirim surat untuknya?
kenapa dia tidak memberitahuku kemana dia pergi?
lantas, untuk apa aku datang jauh-jauh waktu itu hanya untuk memangkas jarak yang selama ini menjadi penghalang bagi kita?
ribuan surat aku kirim, prangko bertaburan di kamarku saat itu, kertas pun sudah bertempuk membentuk sebuah kata "Give Up". betapa konyolnya diriku ini hanya selalu memikirkan dia yang tidak pernah memikirkan perasaanku.
Clara, aku pernah berusaha untuk mengganti dirimu dengan orang lain. tahukah kamu? bahwa itu tidak pernah bisa aku lakukan, satu langkah menuju ke depan saja aku tidak sanggup. seperti satu langkah kakiku telah tertusuk ribuan jarum kecil yang terbuat dari rasa penyesalan selama ini karena telah mengambil keputusan untuk membuat jarak di hubungan sederhana milik kita dulu.
Clara, ketahuilah ketika kamu hanya mengirimkan sebuah gambar tak nyata yang tidak bergerak, itu sangat berarti sekali untukku. aku tau perasaanmu sungguh sangat sakit karena kamu berjuang disana sendiri menjaga perasaan yang kamu jaga baik-baik. aku pun sama, Cla.
Clara, bukankah kita pernah berjanji bahwa apapun yang terjadi dengan hubungan kita ini, kita akan selalu hadapi bersama? apa sebuah janji itu tidak mampu untuk membuatmu percaya dan  yakin bahwa aku disini akan selalu berusaha menenuimu dan berdo'a untukmu.
ataukah janji yang kamu buat untuk kita hanya sebuah emosi belaka karena kamu takut bahwa aku akan meninggalkanmu dengan cepat? sama seperti dengan mantan-mantanmu yang hanya datang untuk membahagiakan lalu menjatuhkanmu? seperti itukah? jawab Cla.

Jika memang suatu hari ini aku bisa bertemu dengan Clara, tolonglah beri kami sebuah waktu untuk bercakap-cakap tentang apa yang terjadi selama ini. atau pun jika kita bisa bercakap-cakap seperti sedia kala, berikan aku petunjuk bahwa dia telah berbahagia. entah dengan cara apapun itu, aku selalu bersedia mendo'akan keselamatannya dan kebahagiaannya. setelah itu terjadi, biar, biar saja Engkau yang menduga apa yang terjadi padaku dan pada Clara selanjutnya.
dengar Clara, untuk bisa berdiri dan mencabuti duri di kakiku ini, aku telah lewati seribu malam agar bisa menjadi seseorang yang termotivasi. walaupun debar ini masih saja milikmu, aku rasa akan ada dimana waktu yang datang menemuiku, lalu memintaku untuk segera bertemu denganmu. untuk itulah aku lebih memilih bekerja di Bandingkan menerima tawaran bekerja di Jepang. lalu selain itu, ada banyak hal yang aku korbankan demi mencarimu di Bandung. sayang sekali karena terlalu banyak, aku jadi malas untuk menyebutkannya.

Clara, boleh kan jikalau aku ini membuat sebuah kesimpulan dari hubungan kita selama ini beserta semua hal yang sudah menimpa kita?
Perasaan manusia itu tidak akan ada yang pernah bisa menduga. entah detik ini ataupun beberapa menit kemudian, kamu atau aku bisa saja tiba tiba perasaan kita berubah tanpa sebuah alasan yang logis. ketahuilah Cla, hanya dengan bertemu saja kamu akan semakin jatuh cinta padaku. dengan sebuah senyuman ikhlas nan indah pun aku yakin kamu akan semakin semkain menyayangiku. tanpa harus bertukar secarik kertas yang dipenuhi kata berdosa "Rindu". Karena jutaan kali kita bertukar pesan, sebanyak apapun kita menulis di dalam kertas polos itu, kita akan sampai pada titik jenuh. dimana semua manusia itu memiliki perasaan jenuh tersebut. sebab itulah aku memberi sebuah surat yang berisi perjanjian bahwa kita akan bertemu. hanya dengan bertemu, memelukmu, berbicara, sebuah perasaan yang penuh dosa yang disebut "Rindu" bisa terobati. bukan hanya aku, sebenernya kamu juga tau Cla.
Tapi sayang sekali, aku terlanjur kecewa sekarang, yang ada di kepalaku saat ini adalah apa yang aku lakukan, apa yang aku perjuangkan, semua yang aku korbankan, itu semua sia-sia.
aku sudah berlarut-larut dalam masalah ini selama beberapa tahun ini, jikalau aku bertemu denganmu detik ini, aku tidak akan hanya memelukmu dengan erat, aku akan langsung melamarmu saat itu juga. agar kau tau, selama ini aku pergi jauh adalah dengan tujuan akhir hidupku adalah tinggal denganmu di sebuah atap sederhana dengan penerangan lampu yang cukup untuk menyaksikan kita selalu berbincang berhagia-berduka bersama.
Andai waktu bisa kuputar, aku akan berusaha selalu didekatmu, Clara.

Pemangkas JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang