#5

9.4K 272 11
                                    

"Jangan bersuara! "Bisik Petra tepat di telinga Levi.

Levi melirik Petra dari ujung matanya. Wajah Petra berubah menegang,dia tampak berpikir keras. Lalu Petra mengedarkan pandangannya ke sekitar ruang kelas Levi dan berhenti pada jendela kaca yang terbuka lebar.

"Aku harus segera pergi!" Kata Petra.

Dia langsung melepaskan Levi dan melesat ke arah jendela. Petra sempat menoleh ke belakang sebelum akhirnya melompat keluar jendela. Levi melebarkan bola matanya seraya menjerit tertahan. Kelas Levi berada di lantai 3, dan Petra terjun begitu saja.Membuat detak jantung gadis itu lagi-lagi berdetak cepat. Vampire atau apapun itu, Levi tetap takut jika Petra terluka.

"Levi?"

Levi mengalihkan pandangannya pada seseorang yang berdiri di ambang pintu kelasnya. Levi menghembuskan nafas lega,karena itu hanyalah Reon teman satu kelasnya.

"Kau belum pulang? " Tanya Reon pada Levi. Dia menatapi Levi dengan cermat.

" Apa sebelumnya ada seseorang selain dirimu di sini?" Tanya Reon lagi.

Levi buru-buru menggelengkan kepalanya. Reon mendekati Levi dan berdiri tepat di hadapan gadis itu. Matanya menatap Levi lekat membuat Levi sedikit merinding. Reon mencondongkan badannya dan mendekatkan wajahnya beberapa centi dari wajah Levi.

" Lalu mengapa wajahmu memerah hm? Kau demam?" Tanya Reon lalu menjulurkan tangan pada wajah Levi.

Levi langsung menepis tangan Reon membuat Reon terkekeh setelahnya. Tak ada yang lucu memang namun Reon sudah tau jelas penyebab gadis di hadapannya itu memerah.

" Murid baru ya?" Kata Reon dalam hati.

Reon yang tadinya ingin memastikan suhu tubuh Levi tak sengaja menyentuh tangan Levi dan melihat lintasan kejadian yang  terjadi beberapa menit lalu. Ya, itulah keahlian Reon, melihat kejadian sebelumnya hanya dengan menyentuh suatu benda. Reon tentu saja bukan manusia, dia juga vampire meski darahnya bukan darah vampire murni. Dan alasan mengapa Reon kembali ke kelas karena aroma vampire yang tercium sekilas olehnya. Di sekolah ini ada Vampire lain selain dirinya,Reon pikir ini menarik.

" Maaf Reon." Kata Levi merasa tak enak menepis tangan Reon." Aku-aku harus pulang," Levi langsung berlari. Namun Reon sudah mencekal lengannya.

" Kau manis,saat pipimu memerah. " kata Reon sembari memunculkan senyuman yang teramat manis namun malah terlihat menakutkan bagi Levi.

"Bagian baiknya adalah kau penurut." Kata Reon lagi, kali ini dia menarik Levi ke arahnya dan tanpa basa basi dia mendekatkan wajahnya hendak mencium gadis di depannya itu.

'Brug' Reon terhuyung dan jatuh di lantai setelah seseorang memukulnya dari belakang. Levi kaget bercampur lega melihat Jean berdiri menatap Reon dengan tajam. Sedangkan Reon berdecak kesal karena rencana manisnya terhadap Levi gagal begitu saja. Padahal tinggal selangkah lagi.

" Apa yang kau lakukan brengsek! " ucap Jean sembari menarik kerah seragam Reon. Sedangkan Reon hanya menyeringai.

Jean melayangkan pukulan tepat di wajah Reon dan melepaskan Reon dengan kasar ke lantai. Levi mendekati Jean takut-takut lalu memegangi lengan Jean.

" Cih!" Umpat Reon sembari memegangi bagian wajahnya yang terasa nyeri.

Tanpa memperdulikan Reon lagi,Jean menggenggam tangan Levi dan membawanya keluar dari kelas. Jean terus menarik Levi hingga ke luar sekolah. Dan setelah melewati gerbang sekolah, barulah Jean melepaskan genggamannya. Dia melirik Levi yang hanya diam. Gadis itu memang tak terlalu banyak bicara.

" Aku tak apa-apa Jean, jangan menatapku terus." Kata Levi merasa Jean memperhatikannya.

" Ahh... hmmm," tak tau apa yang harus Jean katakan. Jean memalingkan wajahnya ke sisi jalan.

VAMPIRE +++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang